Jangan Ditertawakan, Ini Dia Etika Kentut dalam Islam
TSIRWAH INDONESIA – Kentut atau yang dikenal sebagai buang angin dapat dikatakan sebagai hal wajar yang sering dialami oleh manusia.
Umumnya, rata-rata tubuh manusia mengandung 0,5 hingga 1,5 liter gas di dalam saluran pencernaan setiap hari.
Bahkan saat tidur, manusia bisa kentut. Sehingga, banyak yang tidak sadar bahwa ia dapat kentut hingga dua puluh kali sehari.
Sesungguhnya, Islam juga telah mengatur bagaimana hendaknya seorang muslim untuk beradab atau beretika ketika kentut.
1. Adab ketika Orang Lain Kentut
Orang-orang sering menertawakan orang lain yang ketahuan kentut. Oleh karena itu, ketahuan kentut dianggap sebagai hal yang memalukan.
Ternyata, saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan khutbah, pernah ada jama’ah yang menertawakan seorang peserta lainnya.
Menertawakan orang yang kentut nyatanya adalah perilaku jahiliyah. Rasulullah SAW menasehati sikap para sahabat yang menertawakan kentut tersebut.
Rasulullah SAW berkata:
لَمَ يَضْحَكُ أَحَدُكُمْ مِمَّا يَفْعَلُ
Artinya: “Kenapa kalian menertawakan kentut yang kalian juga bisa mengalaminya,” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sebagai umat yang saling menghormati, hendaknya seorang muslim menjaga sikap dan tidak mencela orang lain karena hal yang manusiawi terjadi.
BACA JUGA : Adab Makan dan Minum dalam Islam, Setan Otomatis Takut
2. Etika Saat dan Setelah Kentut
Islam menganjurkan muslim untuk tidak membiarkan suara atau bau kentut yang dikeluarkan menganggu orang lain.
Hendaknya, jika memungkinkan, muslim tidak kentut di depan umum atau pada situasi tertentu yang tidak tepat.
Sebagai muslim, kita harus menjaga kebersihan diri kapanpun dan di manapun, terutama saat akan beribadah.
Oleh karena itu, muslim harus mengulangi wudhu ketika akan melakukan ibadah sholat setelah kentut.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 222:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”
Pada saat kentut, muslim dapat beristighfar atau mengucapkan astaghfirullah.
Tindakan tersebut hendaknya menjadi pengingat atas kebesaran Allah SWT dan bentuk intropeksi diri.
Manusia dapat melakukan beberapa hal untuk mengatasi kentut. Salah satunya berdiri dengan salah satu kaki lebih maju untuk mengurangi suara yang dihasilkan.
Mengatur pola makan, asupan makanan dan minuman juga dapat membantu menanggulangi permasalahan jika seseorang sering kentut.
Kesimpulannya, sebaiknya kita selaku umat Islam tidak menertawakan saudara kita yang kentut karena hal tersebut sesungguhnya adalah perilaku jahiliyah.
Rasulullah SAW mengatakan bahwa kentut suatu hal umum terjadi dan tak seharusnya umat Islam merasa malu ketika kentut atau menertawakan orang lain yang kentut.
Wallohu A’lam
Oleh Divya Aulya Wulandari