Jejak Sejarah Hagia Sophia: Gereja, Masjid hingga Museum
TSIRWAH INDONESIA – Hagia Sophia adalah monumen bersejarah penting di Istanbul, Turki. Monumen tersebut sering dikunjungi oleh tiga agama besar dan menyimpan banyak sejarah menakjubkan.
Berdiri megah dengan prasasti Islam dan mosaik Kristen di dalamnya. Hagia Sophia mencerminkan perubahan dan warisan kebudayaan agama di Turki selama berabad-abad.
Hagia Sophia sebagai Gereja
Mengutip dari nu.or.id, pembangunan Hagia Sophia bermula pada tahun 325 Masehi sebagai gereja agung oleh Kaisar Konstantinus I dari Kekaisaran Romawi.
Pada tahun 360 M, Kaisar Konstantinus II menetapkan Hagia Sophia sebagai bangunan suci dan penduduk Konstantinopel menggunakannya untuk beribadah.
Hagia Sophia yang fondasi awalnya hanya bangunan beratap kayu terbakar karena terkena letusan api saat terjadi konflik pada tahun 404 M.
Hagia Sophia awalnya beratap kayu dan terbakar saat konflik pada tahun 404 M. Kaisar Theodosius II kemudian membangunnya kembali dan digunakan lagi pada tahun 415 M.
Sayangnya, Hagia Sophia kembali terbakar habis pada tahun 532 M akibat Pemberontakan Nika yang bertujuan menggulingkan pemerintahan Byzantium.
Kaisar Justinianus I kemudian merencanakan pembangunan Hagia Sophia kembali setelah berhasil meredam pemberontakan.
Dua arsitek terkenal, Isidoros dan Anthemios, berhasil menyelesaikan pembangunan dalam waktu enam tahun atas perintah Kaisar Justinian I.
Hagia Sophia yang baru berdiri megah dengan kubah besar, dikelilingi empat kubah kecil dan menara. Fondasi ini masih kokoh bertahan hingga hari ini.
Hagia Sophia sebagai Masjid
Pada tahun 1453, Dinasti Utsmaniyah berhasil menaklukkan Konstantinopel. Hagia Sophia jatuh ke tangan umat Islam dan berubah menjadi masjid.
Sultan Mehmet II yang memimpin saat itu, menambahkan elemen-elemen Islam, seperti mimbar, mihrab dan kaligrafi. Beliau tetap mempertahankan nama Hagia Sophia.
BACA JUGA : Jejak Surga di Kejayaan Andalusia, Simak Selengkapnya
Hagia Sophia sebagai Museum
Setelah Kesultanan Utsmaniyah runtuh pada tahun 1924, Turki menjadi negara republik.
Presiden pertama, Mustafa Kemal Atatürk, membangun sistem pemerintahan sekuler. Pada tahun 1937, Hagia Sophia diubah menjadi museum.
Ornamen-ornamen Kristen yang ditutupi selama era kesultanan kembali dibuka dan dipajang bersama kaligrafi-kaligrafi Islam, memperlihatkan perpaduan budaya di dalamnya.
Pada tahun 1985, UNESCO mengakui Hagia Sophia sebagai salah satu warisan dunia.
Hagia Sophia kembali menjadi Masjid
Status Hagia Sophia sebagai museum bertahan hingga Presiden Erdogan mencabut dekrit Mustafa Kemal Atatürk pada 10 Juli 2020.
Keputusan ini berdasarkan pada petisi yang menyatakan bahwa Hagia Sophia adalah aset milik Sultan Mehmet II setelah penaklukan Konstantinopel.
Berdasarkan petisi itu, Keputusan Sultan Mehmet untuk menjadikan Hagia Sophia sebagai masjid dianggap tidak bisa diganggu gugat.
Keputusan ini menuai pro dan kontra, baik di dalam negeri maupun internasional.
Banyak umat Islam di Turki dan seluruh dunia menyambut gembira kembalinya Hagia Sophia sebagai masjid. Sementara pihak lain, seperti Paus Fransiskus, menyuarakan kekecewaannya.
Erdogan menegaskan bahwa meskipun Hagia Sophia kembali menjadi masjid, seluruh umat beragama tetap bebas mengunjunginya.
Kesimpulan
Hagia Sophia adalah simbol kompleksitas sejarah yang melibatkan perubahan kekuasaan, budaya dan agama.
Monumen ini memiliki sejarah panjang mulai dari gereja agung, masjid, museum sekuler hingga kembali menjadi masjid.
Terlepas dari statusnya, Hagia Sophia akan selalu menjadi warisan dunia.
Tidak hanya menyimpan jejak masa lalu, tetapi juga mencerminkan keberagaman dan toleransi yang terus berkembang di Turki.
Wallohu A’lam
Oleh Nazly