Tokoh & Sejarah

3 Tokoh Islam Asal Indonesia Ini Ternyata Pernah Kuliah di Barat

TSIRWAH INDONESIA – Edisi ketiga tentang ‘Kuliah di Barat’ ini mengulas tentang tokoh Islam asal Indonesia yang pernah kuliah di barat. Hal ini cukup mencengangkan yang mana biasanya tokoh islam lebih banyak menghabiskan waktunya belajar di timur.

Namun demikian, hal yang perlu muslim catat ialah, Allah subhanahu wa ta’ala akan menaikkan derajat hamba-Nya bila mana ia beriman atau memiliki ilmu, sebagaimana firman-Nya pada penggalan surah Al-Mujadilah ayat 11:

يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Artinya: “Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

Berdasarkan ayat di atas, boleh jadi belajarnya orang alim yang menembus sekat-sekat tempat tidak lain untuk mengharap ridho Allah. Berikut ini tiga tokoh nasionalis islam yang pernah mengenyam pendidikan di barat:

Prof (HC-Unissula) Yahya Zaenul Ma’arif Jamzuri Lc, MA, PhD, atau biasa dikenal buya Yahya adalah seorang pendakwah terkenal asal Blitar, Jawa Timur. Namun kini beliau tinggal di Cirebon dan juga mengelola Lembaga Pengembangan Dakwah (LPD) Al-Bahjah.

Ulama kelahiran 16 Rojab tahun 1393 Hijriyah atau 10 Agustus 1973 Masehi ini memiliki kultur keagamaan salaf kental sejak kecil. Sebagaimana bersumber dari staialbahjah.ac.id, beliau telah belajar agama sejak bangku Madrasah Diniyah.

Beliau juga belajar ke beberapa ulama dan pesantren seperti Kiai Muhammad Ruba’i Marzuqi sampai belajar ke Darullughah wa Da’wah, Bangil, Pasuruan. Beliau juga mendapat kesempatan belajar di Hadramaut, Yaman, selama Sembilan tahun.

Semasa di Yaman, buya Yahya mengenyam Pendidikan formal di Universitas Al-Ahgaf Hadramaut Yaman sampai ke jenjang Magister.

Pasca belajar di sana, mengutip dari albahjahjamblang.or.id, beliau melanjutkan Pendidikan bidang Doktoral di program Ph.D di American University for Human Sciences California.

Prof. H. Azyumardi Azra, M.A., M.Phil., Ph.D., CBE adalah seorang akademisi dan cendekiawan Muslim Indonesia yang terkenal karena kontribusinya dalam bidang sejarah, sosial, dan intelektual Islam.

Beliau lahir pada 4 Maret 1955 di Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatera Barat. Sebagai seorang akademisi, Azra telah menorehkan banyak hal bagi negara Indonesia.

Salah satu penghargaan prestisius yang ia peroleh adalah memperoleh gelar kehormatan Commander of the Order of British Empire (CBE) dari Kerajaan Inggris pada tahun 2010.

Bersumber dari liputan6.com, Gelar CBE adalah salah satu gelar kehormatan tertinggi yang diberikan oleh Kerajaan Inggris dan merupakan pengakuan atas dedikasi di bidang seni, ilmu pengetahuan, kerja amal, dan pelayanan masyarakat.

Ia mendapat penghargaan tersebut karena kontribusinya terhadap terjalinnya hubungan baik antar agama, khususnya antara Indonesia dengan Inggris.

Pada 18 September 2022, Ayzumardi Azra meninggal dunia setelah terkena serangan jantung saat mendarat di Malaysia untuk menjadi narasumber dalam sebuah acara, sebagaimana berita dari laman uai.ac.id.

Perjalanannya belajar di barat ia mulai sejak mengenyam pendidikan magister sampai jenjang doctoral yang beliau tempuh di Universitas Columbia, Amerika Serikat. Dalam kurun waktu tiga tahun, dari 1988 sampai 1990, beliau mendapatkan tiga gelar Master.

Melansir dari laman ppim.uinjkt.ac.id, tahun 1988 Gelar Master of Art (MA) dari Departemen Bahasa dan Budaya Timur Tengah. Tahun 1989 mendapat gelar Master of Art (MA) dari Departemen Sejarah, dan terakhir, gelar Master of Philosophy (MPhil) dari Departemen Sejarah.

Dua tahun berselang pasca kelulusan magister ketiganya, beliau berhasil menyelesaikan jenjang Doktoral (Dr. Phill) dengan disertasi yang berjudul The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Network of Middle Eastern and Malay-Indonesian ‘Ulama in the Seventeenth and Eighteenth Centuries (Transmisi Reformasi Islam untuk Indonesia: Hubungan Timur Tengah dan Ulama Malaysia-Indonesia pada Abad ke Tujuh Belas dan Delapan Belas).

BACA JUGA : 3 Kampus Terkemuka di Barat untuk Studi Islam

Nama tokoh yang terakhir ini tentu tidak asing di telinga masyarakat muslim Indonesia. Ia adalah Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA yang kini menjadi seorang Imam Besar Masjid Istiqlal 2020 lalu. Ia adalah seorang tokoh Islam Indonesia yang berasal dari Ujung-Bone, Sulawesi Selatan.

Beliau juga pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Agama Republik Indonesia dari tahun 2011 sampai 2014.

Berdasarkan Wikipedia.org, ia telah menerima Bintang Mahaputera Utama, sebuah penghargaan tinggi dari pemerintah Indonesia.

Kiprah lainnya di Indonesia antara lain: pendiri organisasi lintas agama Masyarakat Dialog Antar Umat Beragama, pernah menjabat sebagai Sekretaris Umum Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan (LSIK) di Jakarta, serta terlibat dalam organisasi Nahdlatul Ulama (NU) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Riwayat pendidikannya dimulai dari sekolah dasar di SDN 6, Ujung-Bone tahun 1970. Beliau kemudian melanjutkan Pendidikan  ke Madrasah Ibtida’iyah di Pesantren As’adiyah Sengkang tahun 1971.

Selanjutnya, ia melanjutkan pendidikan sarjana dan pascasarjana di IAIN Alauddin Ujung Pandang tahun 1984. Beliau kemudian melanjutkan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, di mana ia mendapatkan gelar Magister dan Doktor sejak tahun 1990 sampai 1998.

Adapun riwayat pendidikan di barat beliau adalah sebagai visiting student (belajar di kampus lain, namun masih tercatat sebagai mahasiswa di kampus asal).

Mengutip laman wikipedia.org, beliau menjadi visitor student di Universitas McGill, Kanada (1993-1994), dan Universitas Leiden, Belanda (1995-1996).

Beliau juga tercatat di laman fulbrightscholars.org sebagai salah seorang peserta visiting program periode 2002-2003 di Universitas Georgetown, Amerika Serikat. Tahun ketika beliau telah menjadi dosen.

Adapun proyek penelitian yang ia geluti selama periode tersebut berjudul Bias Gender di Penafsiran Al-Qur’an: Studi Penafsiran Teks Perspektif Gender.

Itulah tiga tokoh islam asal Indonesia yang pernah mengenyam pendidikan di barat asal. Apa yang mereka pelajari memberikan dampak dan manfaat baik bagi umat, bangsa, bahkan hubungan antar negara. Pun begitu, juga tak ternilai harganya bagi perkembangan sejarah islam di Indonesia.

Wallahu A’lam
Oleh Muhammad Wildan Syaiful Amri Wibowo

Editor: Divya Aulya

Penulis bau amis yang menulis sejumlah karya fiksi dan non-fiksi. Memiliki ketertarikan dalam dunia kebahasaan, memiliki visi dalam memajukan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator