Hikmah & Wawasan

Kiat agar Anak Lelaki Mampu Mengontrol Cinta dalam Islam, Simak

TSIRWAH INDONESIA – Cinta merupakan fitrah yang dapat muncul di setiap hati manusia. Anak lelaki maupun perempuan yang memasuki usia remaja umumnya mulai memiliki ketertarikan dengan lawan jenis, lalu tumbuh menjadi rasa cinta.

Anak lelaki perlu dibina untuk memiliki prinsip hidup yang baik sejak kecil karena kelak akan menjadi pemimpin, yaitu dalam keluarga maupun masyarakat. Namun, saat masuk ke fase remaja dan mengenal cinta monyet, anak lelaki sering goyah prinsip hidup dan keimanannya.

Saat remaja, pergaulan anak akan mulai meluas dan menjadi tantangan bagi setiap orang tua untuk memastikan sang anak tetap berada di jalan yang Allah subhanahu wa ta’ala rahmati.

Jatuh cinta bukan hal yang salah, perasaan ini alami dan normal sebagai manusia. Hanya saja, perlu dikontrol agar tidak terjerumus dalam maksiat. Berikut kiat-kiat yang dapat orang tua lakukan untuk membantu anak lelaki mengontrol cinta:

Cinta dan kasih sayang adalah kebutuhan bagi jiwa setiap manusia, termasuk anak-anak. Adanya bentuk cinta dan kasih sayang dari keluarga, membuat anak merasa berarti.

Anak-anak, terutama anak lelaki jarang mengutarakan perasaan cinta dan sayangnya pada orang tua secara verbal. Namun, mereka tetap butuh kepastian cinta dari orang tuanya.

Orang tua jangan merasa segan untuk mengungkapkan rasa cinta mereka pada anaknya secara terbuka. Ungkapkan rasa cinta dalam bentuk kata-kata maupun perhatian.

Saat jiwa anak merasa dipenuhi oleh cinta dan kasih sayang yang cukup dari keluarga, hal ini dapat meminimalisir kecenderungan untuk mencari cinta di luar.

Anak lelaki cenderung tidak suka bercerita banyak seperti hal nya anak perempuan.

Umumnya, anak lelaki menyukai aktivitas fisik seperti bermain game atau berolahraga. Orang tua dapat mengadakan family time dengan cara mengadakan pemainan seru di waktu luang.

Suasana hangat yang tercipta saat keluarga beraktivitas bersama akan membuat anak merasa nyaman dan aman. Momen ini dapat dimanfaatkan orang tua untuk mulai menggali perasaan anak, mengetahui keseharian di luar dan mendengarkan keluh kesahnya.

Saat keluarga mampu menjadi sumber cinta utama anak dan tempat yang nyaman untuk berbagi perasaan. Maka, selanjutnya orang tua dapat dengan mudah menanamkan pendidikan dan pengetahuan agama lebih mendalam.

Islam menganjurkan beberapa cara agar manusia mampu mengontrol cinta untuk lawan jenis dengan baik, berikut cara-caranya:

BACA JUGA: Dalamnya Ketulusan Cinta Nabi Muhammad SAW, Ini Salah Satunya

Memohon ampunan pada Allah SWT merupakan cara paling dasar untuk membentengi diri dari perbuatan-perbuatan dosa. 

Saat jatuh cinta pada lawan jenis, akan ada fase saat anak lelaki terpikat pada kecantikan seorang gadis. Memendam perasaan cinta yang belum saatnya, hingga menimbulkan angan-angan tanpa sadar sudah masuk dalam percikan dosa.

Bimbing anak untuk senantiasa beristigfar, memohon ampun pada Allah SWT dalam setiap aktivitasnya. Istigfar juga membentengi diri dari bisikan-bisikan setan yang menjerumuskan dalam keburukan.

Rasa cinta terhadap lawan jenis dapat berasal dari tatapan mata. Mata yang terus-terusan memandang dan terpesona secara berlebihan dapat mengundang rasa cinta berlebih bahkan syahwat.

Oleh sebab itu, anak lelaki dalam usia remaja sudah dianjurkan untuk mulai membentengi diri dengan cara menjaga pandangan mata. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah An-Nur ayat 30:

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

Artinya: “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”

Tanamkan dalam diri anak bahwa berteman dengan semua orang adalah hal yang baik. Namun, untuk pertemanan yang akrab hendaknya memilih lingkungan pergaulan yang baik dan positif.

Pertemanan memengaruhi bagaimana seseorang bersikap, bertindak dan berpikir. Jika teman-teman memiliki sikap baik, maka diri sendiri juga akan menjadi baik.

Sebaliknya, saat lingkungan pertemanan buruk, maka diri sendiri juga berpotensi terpengaruh buruk, bahkan dapat terjerumus dalam jurang kemaksiatan.

Remaja selalu disibukkan dengan mencari pengakuan sehingga selalu merasa ingin mengikuti tren agar dapat diakui di lingkungan pergaulannya. Orang tua dapat mengambil peran lebih untuk berdiskusi tentang baik dan buruknya tren yang sedang terjadi saat ini.

Sudah sejak lama tren berpacaran menjadi hal yang dianggap wajar pada kehidupan remaja. Orang tua dapat berperan mengingatkan anak untuk tetap membentengi diri dari perilaku maksiat dan meneguhkan pendirian untuk tetap berada di jalan Allah SWT.

Para ulama sepakat bahwa berpacaran merupakan salah satu perbuatan yang berpotensi menimbulkan zina. Oleh karena itu, islam melarang berpacaran. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Isra ayat 32:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.”

Batasan yang dimaksud adalah menjaga interaksi antara lelaki dan perempuan agar tidak keluar batas untuk menghindari fitnah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرٍو عَنْ أَبِي مَعْبَدٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ وَلَا تُسَافِرَنَّ امْرَأَةٌ إِلَّا وَمَعَهَا مَحْرَمٌ فَقَامَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ اكْتُتِبْتُ فِي غَزْوَةِ كَذَا وَكَذَا وَخَرَجَتْ امْرَأَتِي حَاجَّةً قَالَ اذْهَبْ فَحُجَّ مَعَ امْرَأَتِكَ

Artinya: “Telah bercerita kepada kami [Qutaibah bin Sa’id] telah bercerita kepada kami [Sufyan] dari [‘Amru] dari [Abu Ma’bad] dari Ibnu ‘Abbas radliyallahu ‘anhuma bahwa dia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Janganlah sekali-kali seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita dan janganlah sekali-kali seorang wanita bepergian kecuali bersama mahramnya’. Lalu ada seorang laki-laki yang bangkit seraya berkata: ‘Wahai Rasulullah, aku telah mendaftarkan diriku untuk mengikutu suatu peperangan sedangkan istriku pergi menunaikan haji’. Maka Beliau bersabda: ‘Tunaikanlah haji bersama istrimu‘,” (HR Bukhari).

Anak saat remaja pasti memiliki kepentingan seperti belajar, kursus atau kerja kelompok yang mengharuskan adanya kerja sama dengan lawan jenis.

Hal ini dapat disiasati dengan berkumpul di tempat ramai, terdapat kehadiran orang lain seperti teman sebaya atau lebih baik lagi jika ditemani oleh mahram.

Langkah terakhir adalah menyemangati anak lelaki untuk hidup penuh ketakwaan. Perjalanan hidup manusia punya banyak tahap dan anak lelaki akan mengambil peran banyak di masyarakat.

Masa remaja merupakan waktu untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya agar saat dewasa kelak dapat menjadi pribadi yang bermanfaat. Pertemanan di masa remaja pun silih berganti mengikuti jenjang pendidikan.

Anak lelaki akan terus bertemu dengan orang-orang baru hingga beranjak dewasa dan menemukan cinta sejatinya. Tantangan zaman juga menjadi batu-batu loncatan yang harus dihadapi.

Bentuk-bentuk ibadah wajib dan sunnah harus selalu diamalkan selama proses pencarian jati diri, agar keimanan dan ketakwaan diri semakin kokoh.

Anak lelaki pundaknya harus tegar, tumbuh tangguh dan memiliki ketakwaan yang baik pada Allah SWT. Hingga waktu yang tepat, anak lelaki yang tumbuh dewasa nanti akan menemukan cinta sejati, seorang gadis yang juga bertakwa.

Wallohu A’lam
Oleh Tridika Syaidharni

Editor: St. Chikmatul Haniah

Aktivis Dakwah, Penulis, Content creator, serta peniti karir akhirat dengan membangun rumah santri virtual melalui media sosial.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator