Memahami Lebih dalam Makna Ulama: Tinjauan Alquran dan Hadis, Simak
TSIRWAH INDONESIA – Jika sebelumnya, Wildan dalam laman jurnalistik.tsirwah.com menulis pengertian ulama dengan pendekatan bahasa, tulisan ini akan mengulas lebih dalam menurut tinjauan Alquran dan hadis.
Sebagai latar belakang, topik ini tidak lepas dari hadis nabi yang menyebutkan bahwa ulama merupakan pewaris para nabi. Hadis ini diriwayatkan salah satunya oleh Imam At-Tirmidzi:
إن العلماء ورثة الأنبياء وإن الأنبياء لم يورِّثوا دينارًا ولا درهمًا، إنَّما ورَّثوا العلم، فمن أخذَه أخذ بحظٍّ وافر.
Artinya: “Sesungguhnya pada ulama merupakan pewaris para nabi, sesungguhnya para nabi tidak mewariskan (uang) dinar dan tidak juga dirham. Sesungguhnya (para nabi) mewariskan ilmu, barang siapa yang mengambil warisan tersebut, ia telah mengambil bagian yang banyak,” (HR. Tirmidzi).
Pada hadis di atas dijelaskan bahwa nabi mewariskan ilmu. Orang yang mau mempelajari dan mengamalkan terhadap apa yang diwariskan nabi disebut ulama. Dikutip dari laman islam.fiqihonline.net, hadis di atas merupakan penjelasan dari firman Allah subhanahu wa ta’ala di dalam Alquran surah Al-Mujadilah ayat 11:
يَرْفَعِ اللهُ الذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ والذِينَ أُوتوا العِلْمَ دَرجاتٍ
Artinya: “Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dari kalian dan orang-orang yang diberi ilmu menjadi beberapa derajat.”
Ayat ini di dalam Tafsir Alquran Kemenag dijelaskan bahwa termasuk dalam kategori orang berilmu ialah orang yang dengan ilmunya digunakan sebagai sarana menegakkan kalimat Allah SWT. Oleh karena itu, tidak termasuk golongan ini orang berilmu namun tidak mengamalkan ilmunya.
BACA JUGA: Memahami Lebih dalam Makna Ulama: Pengertian Secara Bahasa, Simak
Tidak Sekedar Nama, Ini yang Membedakan
Selaras dengan hal tersebut, dalam kitab Bidayatul Hidayah dikatakan bahwa terdapat seseorang yang pandai berdebat dan bersilat lidah. Al-Ghazali menyebutnya sebagai ulama buruk (ulama’ su’). Beliau menulis dalam kitabnya:
وَمَنْ خَالَطَ مُتَفَقِّهَةَ الْعَصْرِ .. غَلَبَ عَلَى طَبْعِهِ الْمِرَاءُ ، وَعَسُرَ عَلَيْهِ الصَّمْتُ ، إِذْ أَلْقَى إِلَيْهِمُ الْعُلَمَاءُ السُّوءِ أَنَّ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ ، وَأَنَّ الْقُدْرَةَ عَلَى الْمُجَادَلَةِ وَالْمُنَاقَشَةِ هُوَ الَّذِي يُمْتَدَحُ بِهِ ، فَفِرَّ مِنْهُمْ فِرَارَكَ مِنَ الْأَسَدِ ، وَأَعْلَمْ أَنَّ الْمِرَاءَ سَبَبُ الْمَقْتِ عِنْدَ اللَّهِ وَعِنْدَ الْخَلْقِ
Artinya: “Barang siapa yang bertemu ulama ahli fikih pada zamannya, maka sifatnya (sifat mereka) didominasi oleh perdebatan (perbedaan pendapat). Dan Sulit baginya (seseorang) untuk diam, karena ulama’ su’ menyampaikan kepada mereka bahwa hal tersebut adalah keunggulannya. Dan sesungguhnya kemampuan untuk berdebat adalah hal yang terpuji. Maka berlarilah dari mereka sebagaimana kamu lari dari kejaran singa, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya debat merupakan sebab dari kebencian di sisi Allah dan makhluk-Nya.”
Ulama dalam kategori ini disebut Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai orang berilmu namun jauh dari Allah SWT sebagaimana hadis berikut:
من ازداد علماً ولم يزدد هدى لم يزد من الله إلا بعداً
Artinya: “Barang siapa yang ilmunya bertambah, namun tidak menambah hidayahnya maka ia semakin jauh dari Allah,” (HR. Abu Mansur Ad-Dailami).
Tentu yang dimaksud nabi bukan ulama kelompok ini. Ulama sebagai penerus para nabi ialah orang yang ilmu dan akhlaknya selaras dengan nabi.
Istilah lain mengatakan, ilmu yang ia miliki tidak berhenti di kerongkongan saja, melainkan meresap di sanubari dan tercerahkan melalui perbuatan. Nabi Muhammad SAW dalam suatu hadis dijelaskan memiliki misi menyempurnakan akhlak umat manusia:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
Artinya: “Sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan kesalehan akhlak,” (HR. Ahmad).
Beratnya tugas yang Beliau emban menjadi sebuah konsekuensi, bahwa ilmu yang nabi miliki harus selaras dengan perbuatan. Siti Aisyah radiyallahu ‘anha menjelaskan bahwa akhlak Nabi Muhammad SAW ialah Alquran, sebagaimana hadis berikut:
وَعنْ عائشة رضي اللَّه عَنْهَا قَالَتْ: “كَانَ خُلُقُ نَبِيِّ اللَّه ﷺ الْقُرْآنَ
Artinya: “Dan dari Aisyah RA, aku berkata: ‘adapun akhlaknya Nabi SAW adalah Alquran,” (HR. Muslim).
Sulit kiranya menyamakan nabi dan ulama seutuhnya, mengingat perbedaan status dan keistimewaan yang diberikan Allah SWT. Nabi diberi keistimewaan oleh Allah SWT berupa maksum atau terjaga dari dosa guna menjaga kemuliaan.
Ulama yang dimaksud penerus para nabi ialah orang yang memiliki akhlak, ilmu, dan perbuatan sebagaimana nabi miliki. Perangainya membawa kedamaian, bukan kebencian dan permusuhan.
Demikian pembahasan terkait pengertian ulama menurut tinjaual Alquran dan hadis.
Wallohu A’lam
Oleh Ustadz Muhammad Wildan Saiful Amri Wibowo