Alquran & HaditsHikmah & Wawasan

Menalar Inkonsitensi Al-Qur’an dalam Penyebutan Maskulinitas dan Feminitas pada Lafaz Malaikat Part 2

TSIRWAH INDONESIA – Artikel yang berjudul Menalar Inkonsitensi Al-Qur’an dalam Penyebutan Maskulinitas dan Feminitas pada Lafaz Malaikat Part 1 sebelumnya, masih menyisakan tanda tanya mengenai apakah telah terjadi inkonsistensi lafdzi dalam Al-Qur’an: tidak konsisten dalam peredaksian.
Pertanyaan itu muncul ketika kita memerhatikan dua firman Allah subhanahu wa ta’ala berikut:

Pertama, Al-Qur’an surah Al-Hijr ayat 30:

فَسَجَدَ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ

Artinya: “Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama.”

Kedua, Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 39:

فَنَادَتْهُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَهُوَ قَآئِمٌ يُصَلِّى فِى ٱلْمِحْرَابِ أَنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَىٰ مُصَدِّقًۢا بِكَلِمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

Artinya: “Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): ‘Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh’.”

Dr. Fadhil al-Samura’i menjelaskan dalam kitabnya As’ilah Bayaniyah fi Al-Quran, juz 1, halaman 189 bahwa, ada rumus-rumus yang dapat dijadikan acuan atau kaidah, sehingga kita bisa mengetahui kapan lafaz al malaikah menggunakan tanda muannats dan mudzakkar.

Baca Juga”: Menalar Inkonsitensi Al-Qur’an dalam Penyebutan Maskulinitas dan Feminitas pada Lafaz Malaikat Part 1

  1. Setiap amr (kata perintah) yang ditujukan kepada lafaz al-malaikah pasti menggunakan shighat (bentuk kata) mudzakkar.

Contoh pertama, Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 34:

ٱسۡجُدُوا۟ لِـَٔادَمَ

Artinya: “Sujudlah kalian kepada Adam.”

Contoh kedua, Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 31:

أَنۢبِـُٔونِى بِأَسْمَآءِ هَٰٓؤُلَآءِ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ

Artinya: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”

  1. Setiap fi’il yang disebutkan setelah kata al-malaikah, maka menggunakan bentuk mudzakkar:

Contoh pertama, Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 166:

وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ يَشْهَدُونَ ۚ

Artinya: “Dan malaikat-malaikat pun menjadi saksi (pula).”

Contoh kedua, Al-Qur’an surah Ar-Ra’d ayat 23:

وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِم مِّن كُلِّ بَابٍ

Artinya: “Sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu.”

  1. Setiap kata sifat yang ditujukan kepada malaikat, maka menggunakan bentuk mudzakkar.

Contoh pertama, Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 172:

وَلَا ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ ٱلْمُقَرَّبُونَ ۚ

Artinya: “Dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah).”

Contoh kedua, Al-Qur’an surah Al-Hijr ayat 29:


فَقَعُوا۟ لَهُۥ سَٰجِدِينَ

Artinya: “Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”

  1. Setiap perbuatan ibadah yang ditujukan kepada malaikat, maka menggunakan bentuk mudzakkar.

Contoh pertama, Al-Qur’an surah Al-Hijr ayat 30:

فَسَجَدَ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ

Artinya: “Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama.”

Contoh kedua, Al-Qur’an surah At-Tahrim ayat 6:

مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya: “Malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

  1. Saat Al-Qur’an membandingkan suatu azab yang pedih dan yang lebih ringan, maka menggunakan mudzakkar untuk azab yang lebih pedih.

Contoh pertama, Al-Qur’an surah Al-Anfal ayat 50:

وَلَوْ تَرَىٰٓ إِذْ يَتَوَفَّى ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ۙ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَٰرَهُمْ وَذُوقُوا۟ عَذَابَ ٱلْحَرِيقِ

Artinya: “Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): ‘Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar’, (tentulah kamu akan merasa ngeri).”

Contoh kedua, Al-Qur’an surah Muhammad ayat 27:

فَكَيْفَ إِذَا تَوَفَّتْهُمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَٰرَهُمْ

Artinya: “Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila malaikat mencabut nyawa mereka seraya memukul-mukul muka mereka dan punggung mereka?”

Allah SWT menggunakan diksi يتوفى (maskulin atau laki-laki) dalam surah Al-Anfal, sedangkan dalam surah Muhammad menggunakan diksi توفت (feminim atau perempuan), karena dalam surah Al-Anfal konteksnya adalah perang Badar (lebih berat).

Oleh karenanyalah, dalam ayat tersebut disusul dengan redaksi “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar!”.

Redaksi seperti itu tidak disebutkan dalam surah Muhammad, karena untuk menunjukkan azab yang lebih ringan.

  1. Bentuk muannats digunakan dalam konteks kabar gembira, begitu sebaliknya:

Contoh pertama, surah Ali Imran ayat 39:

فَنَادَتْهُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَهُوَ قَآئِمٌ يُصَلِّى فِى ٱلْمِحْرَابِ أَنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَىٰ

Artinya: “Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya.”

Contoh kedua, surah Ali Imran ayat 42:

وَإِذْ قَالَتِ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ يَٰمَرْيَمُ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصْطَفَىٰكِ وَطَهَّرَكِ وَٱصْطَفَىٰكِ عَلَىٰ نِسَآءِ ٱلْعَٰلَمِينَ

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: ‘Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)’.”

Kedua ayat di atas menggunakan bentuk muannats, karena konteksnya kabar baik.

Mari kita perhatikan ayat yang memberitakan kabar buruk yang tertera dalam surah Al-Furqan ayat 25:

وَيَوْمَ تَشَقَّقُ ٱلسَّمَآءُ بِٱلْغَمَٰمِ وَنُزِّلَ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ تَنزِيلًا

Artinya: “Dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah belah mengeluarkan kabut putih dan diturunkanlah malaikat bergelombang-gelombang.”

Pada ayat di atas ada kata nuzzila (نزل), menggunakan bentuk mudzakkar, berbeda dengan ayat yang memberitakan kabar baik, sebagaimana dalam surah Fuhshsilat ayat 30:

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: ‘Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu’.”

Kata tatanazzalu (تتنزل ) pada ayat di atas adalah fiil mudhari’ dari fiil madhi tanazzala (تنزل ) yang digunakan untuk menunjukkan mufrad muannats ghaibah.

Bagaimana dengan surah Adz-Dzariyat ayat 28 berikut:

قَالُوا۟ لَا تَخَفْ ۖ وَبَشَّرُوهُ بِغُلَٰمٍ عَلِيمٍ

Artinya: “Mereka berkata: ‘Janganlah kamu takut’, dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak).”

Pada ayat di atas menggunakan kata بشروه (mudzakkar). Padahal, ayat tersebut sedang menceritakan tamu Nabi Ibrahim alaihi assalam yang notabene merupakan para malaikat.

Hal itu menimbulkan kesangsian, mengenai ketepatan kaidah nomor enam ini.

Jawabannya adalah karena dalam ayat tersebut Allah SWT tidak menyebutkan secara eksplisit kata al-malaikah, tetapi hanya menyebut tamu (ضيف). Sekarang mari kita lihat ayat sebelumnya, yaitu surah Adz-Dzariyat ayat 24:

هَلْ أَتَىٰكَ حَدِيثُ ضَيْفِ إِبْرَٰهِيمَ ٱلْمُكْرَمِينَ

Artinya: “Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan?”

Acuan tersebut perlu dimengerti, sehingga kita paham dan bisa menalar, bahwa inkonsistensi Al-Qur’an dalam penyebutan mudzakkar (maskulin) dan muannats (feminim) dalam lafaz al-malaikah itu hanya terjadi kalau kita melihatnya secara parsial: tidak utuh.

Sebaliknya, jika kita melihatnya secara menyeluruh (komprehensif), maka yang tampak adalah Al-Qur’an selalu konsisten.

Wallahu a’lam
Oleh M. Lutfi

Penulis: M. Lutfi

M. Lutfi lahir di Sampang, 25 Januari 1999, laki-laki penyuka buku, laut, gunung, dll. Alumni PP Al-Ishlah Sokobanah Sampang, Wildanussolihin Surabaya, Al-Hikam Depok

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator