Pandangan Islam tentang Generasi Sandwich, Menafkahi Dua Generasi Sekaligus
TSIRWAH INDONESIA – Generasi Sandwich adalah istilah untuk seseorang yang menanggung biaya hidup dua generasi sekaligus.
Layaknya roti lapis, kehidupan generasi sandwich dihimpit oleh dua sisi kewajiban, menafkahi generasi diatasnya yaitu orang tuanya, dan juga generasi dibawahnya yaitu anaknya.
Sering kali, generasi sandwich mengalami kesulitan mengelola keadaan finansialnya. Tak jarang, banyak juga yang menyalahkan orang tuanya, yang tidak yang mengatur keuangan dengan baik ketika masih muda.
Namun, islam selalu meminta umat muslim untuk memandang sebuah permasalahan dengan sudut pandang yang positif. Sebagaimana dalam surat Al-Baqarah ayat 216, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌۭ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًۭٔا وَهُوَ خَيْرٌۭ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًۭٔا وَهُوَ شَرٌّۭ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Artinya: ”Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Berikut adalah beberapa hikmah menjadi generasi sandwich dalam sudut pandang islam:
Bukan Beban, tapi Kesempatan untuk Berbakti kepada Orang Tua
Menafkahi orang tua adalah salah satu bentuk birrul walidain (berbakti kepada orang tua), terutama apabila mereka berusia senja.
Muslim harusnya memandang keadaan ini sebagai kesempatan untuk meraih pahala yang banyak, bukan sebagai sebuah beban. Sebab, tidak semua orang memiliki kesempatan untuk meraihnya.
Melansir dari hidayatullah.com, banyak hadits yang menunjukkan kerugian yang muslim alami jika tidak berbakti kepada orang tua, terutama saat masih berada di sisinya dan telah mencapai usia lanjut.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah salallahu ’alaihi wa salam bersabda:
رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الكِبَرِ، أَحَدُ هُمَا أَوكِلَيْهِمَا، فَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ
Artinya: “Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk syurga,” (HR. Muslim dan Ahmad).
Memperoleh Keberkahan
Berbakti kepada orang tua dengan menafkahinya, berpotensi mendatangkan berkah yang banyak.
Berkah adalah karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia. Sedangkan, menurut Imam Al-Ghazali, berkah (barokah) artinya adalah bertambahnya kebaikan.
Melansir dari genmuslim.id, Ustadz Hilman Fauzi, seorang dai nasional, memberikan pesan, ”Ingat ya, ketika seorang anak berbakti sama orang tuanya itu kewajiban. Maka langsung Allah yang akan memberikan pahalanya.”
Ustadz Hilman Fauzi mengungkapkan bahwa kebaikan anak kepada orang tua adalah ihsan. Ketika melakukan Ihsan, setiap kebaikan yang anak itu lakukan, maka balasannya langsung Allah SWT berikan.
BACA JUGA: Dahsyat, Ini 5 Keutamaan Berbakti kepada Orang Tua, Catat
Diganjar Dua Pahala Sekaligus
Dalam Islam, menanggung beban keluarga dianggap sebagai sedekah kepada kerabat dan memiliki keutamaan yang sangat besar di sisi Allah SWT.
Melansir dari hidayatullah.com, ganjaran seseorang yang menanggung beban nafkah orang tua, sama dengan pahala bersedekah sekaligus menyambung silaturrahim (hubungan kekerabatan).
Sebagaimana hadits dari Salman bin Amir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّ الصَّدَقَةَ عَلَى الْمِسْكِينِ صَدَقَةٌ وَعَلَى ذِي الرَّحِمِ اثْنَتَانِ صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ
Artinya: “Sesungguhnya sedekah kepada orang miskin pahalanya satu sedekah, sedangkan sedekah kepada kerabat pahalanya dua; pahala sedekah dan pahala menjalin hubungan kekerabatan,” (HR. An-Nasai, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Bahkan, sebaik-baiknya harta yang seseorang infakkan, adalah harta yang ia infakkan kepada kepada keluarganya sendiri. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِى أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ
Artinya: “Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk memerdekakan seorang budak, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk satu orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu maka pahalanya lebih besar (dari amalan kebaikan yang disebutkan tadi)” (HR. Muslim)
Pembelajaran untuk Mengelola Keuangan
Menjadi generasi sandwich, bukan berarti menjadikan seorang muslim berpasrah diri, tanpa usaha untuk merubah keadaan. Situasi ini dapat menjadi pembelajaran untuk mengelola keuangan dengan lebih baik.
Terdapat fakta menarik dalam sebuah wawancara Haute Hijab, dengan salah seorang pendiri Islamic Social Services Association, Dr. Aneesah Nadir.
Beliau mengatakan bahwa mayoritas keluarga muslim yang ia temui, tidak menyiapkan harta warisan mereka dalam bentuk apapun, baik secara Islami maupun lainnya.
Pernyataan ini menunjukkan buruknya pengelolaan finansial keluarga-keluarga muslim. Hal ini bertentangan dengan hadits yang Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu riwayatkan, Rasulullah SAW bersabda:
لِيَدَعْ أَحَدُكُمْ أَثَرَهُ غَنِيًّا خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَدَعَهُ فَقِيرًا يَتَكَفَّفُ النَّاسَ.
Artinya: “Lebih baik bagi salah seorang di antara kalian untuk meninggalkan pewarisnya dalam keadaan kaya daripada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin yang meminta-minta kepada orang lain,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Melansir dari theasianparent.com, untuk memutus rantai generasi sandwich, perlu adanya pengelolaan keuangan dengan baik. Salah satunya dengan mengatur cashflow keuangan.
Islam menganjurkan untuk mengatur keuangan dengan bijak, dengan tidak berbelanja secara berlebihan dan tidak pula pelit. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Furqan ayat 67:
وَالَّذِينَ إِذَا أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا
Artinya: “Dan orang-orang yang apabila mereka membelanjakan (hartanya), tidak berlebihan dan tidak pula kikir, tetapi (belanja mereka itu) di tengah-tengah antara keduanya.”
Selain itu, penting bagi seorang muslim untuk mempersiapkan investasi dan tabungan masa depan.
Menurut islamqa.info, Islam memperbolehkan muslim untuk menabung, terutama jika melakukukannya dengan tujuan memenuhi kewajiban atau kebutuhan di masa mendatang. Akan tetapi, penting untuk memastikan untuk membayar zakat, atas kekayaan yang ia tabung itu.
Itulah beberapa sudut pandang islam tentang generasi sandwich. Walaupun terasa berat, menjadi generasi sandwich memiliki berbagai macam hal positif di dalamnya. Semoga bermanfaat.
Wallohu A’lam
Oleh Dennis Ramadhan