Sejarah Renovasi Ka’bah, Kisah Kelam di Baliknya
TSIRWAH INDONESIA – Renovasi Ka’bah telah terjadi berkali-kali sejak berdirinya pada masa Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam hingga masa modern saat ini.
Ka’bah berfungsi sebagai kiblat ibadah umat Islam. Bentuk Ka’bah tidak ada yang spesial, hanya berupa bangunan kubus berisi beragam artefak dan makam nabi Ibrahim AS.
Bangunan Ka’bah menjadi titik episentrum kepasrahan umat Muslim. Pada saat tawaf, seseorang dapat merenung dengan berpikir bahwa ia hanyalah setitik butir besi yang tidak ada apa-apanya di tengah luasnya jagat raya.
Sejarah Awal Mula Berdirinya Ka’bah
Melansir dari kemenag.go.id, Ka’bah dibangun Nabi Ibrahim dengan perintah dan bimbingan Tuhan, sebagai poros dan titik kulminasi tujuan manusia.
Ka’bah menjadi simbol tujuan, bahwa hidup, sebagai makhluk, keniscayaan beribadah kepada Allah yang Maha Kuasa menjadi titik utama manusia.
Perkiraan pembangunan Ka’bah pertama kali adalah pada tahun 500 SM. Akan tetapi, terdapat pendapat yang menyatakan bahwa Ka’bah telah ada sejak masa Nabi Adam AS.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Al-Baqarah ayat 127:
وَاِذْ يَرْفَعُ اِبْرٰهٖمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَاِسْمٰعِيْلُۗ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّاۗ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ ١٢٧
Artinya: “(ingatlah) Ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”
Bangunan Ka’bah awalnya berupa susunan batu berbentuk kubus tanpa atap dan memiliki dua pintu.
Selesainya pembangunan Ka’bah oleh Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS, Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan untuk menyeru umat manusia agar berziarah ke Ka’bah.
Setelah sepeninggal Nabi Ismail AS, pengikut-pengikutnya mengubah haluan menjadi penyembah berhala. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa sebelum masuknya Islam, Ka’bah memiliki banyak berhala.
Proses Renovasi Ka’bah
Sepanjang sejarahnya, Ka’bah telah berkali-kali mengalami kehancuran akibat bencana banjir. Ka’bah juga pernah terbakar karena ulah seorang wanita, sehingga kondisinya saat itu cukup memprihatinkan.
Kaum Quraisy sangat ingin merenovasi Ka’bah dan membangunnya kembali. Akan tetapi, mereka sangat takut untuk merusaknya sejak kejadian Abrahah yang mendapatkan musibah saat hendak menghancurkannya.
Terdapat beberapa kali renovasi yang terjadi pada bangunan Ka’bah, di antaranya:
Renovasi Pertama
Seseorang bernama al-Walid bin Mughirah sangat gigih meyakinkan kaum Quraisy agar Ka’bah segera ada perbaikan total. Akan tetapi, tidak ada satu pun warga setempat yang ingin membantunya karena takut terkena musibah.
Akhirnya, mereka membiarkan al-Walid bin Mughirah memugar hingga malam dan menunggu keesokan harinya. Ternyata, tidak ada musibah yang menimpa al-Walid bin Mughirah, sehingga kaum Quraisy spontan bergotong-royong untuk memperbaiki Ka’bah.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada saat itu berusia 35 tahun dan ikut membantu pembangunan renovasi Ka’bah.
Hal tersebut terdapat dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan Imam al-Bukhari dan Muslim dalam kitab shahih mereka, dari Jabir Radhiyallahu ‘Anhu:
لَمَّا بُنِيَتْ الْكَعْبَةُ ذَهَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَبَّاسٌ يَنْقُلَانِ الْحِجَارَةَ فَقَالَ عَبَّاسٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اجْعَلْ إِزَارَكَ عَلَى رَقَبَتِكَ يَقِيكَ مِنْ الْحِجَارَةِ فَخَرَّ إِلَى الْأَرْضِ وَطَمَحَتْ عَيْنَاهُ إِلَى السَّمَاءِ ثُمَّ أَفَاقَ فَقَالَ إِزَارِي إِزَارِي فَشَدَّ عَلَيْهِ إِزَارَهُ
Artinya: “(Pada saat itu, Nabi Muhammad sebenarnya sangat tidak setuju dengan renovasi ini karena wilayah Ka’bah sedikit bergeser dari posisi saat masa Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam. Mereka tidak memasukkan al-Hijr (Hijr Ismail) dan mengubah jumlah pintu menjadi hanya satu di arah timur akibat kekurangan dana.”
Melansir dari kompas.com, pada pemugaran tersebut, bangunan Ka’bah dindingnya berukuran 18 hasta. Artinya tinggi bangunan Ka’bah berkurang menjadi sekitar 6,5 hasta dari sebelumnya yang mencapai 30 hasta.
Kaum Quraisy awalnya sangat tertib ketika mendapatkan porsi masing-masing dalam proses pembangunan. Akan tetapi, peperangan hampir saja pecah ketika menentukan siapa yang meletakkan Hajar Aswad.
Saat itulah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mendapatkan wahyu dari Allah SWT untuk menciptakan rasa keadilan, sehingga beliau mendapatkan gelar al-Amin dari kaum Quraisy.
BACA JUGA : Fathu Makkah: Penaklukkan Kota Makkah saat Ramadhan
Renovasi Kedua
Pemugaran kedua terjadi pada akhir abad ke-36 Hijriah ketika Khalifah Yazid bin Muawiyah menyerbu Abdullah bin Zubair dan pengikutnya di Mekkah, sehingga membuat Ka’bah terbakar.
Abdullah bin Zubair mengubah Ka’bah sesuai keinginan Rasulullah SAW. Dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anha:
لَوْلَا حِدْثَانُ قَوْمِكِ بِالْكُفْرِ لَنَقَضْتُ الْكَعْبَةَ وَجَعَلْتُ لَهَا بَابًا شَرْقِيًّا وَبَابًا غَرْبِيًّا وَأَدْخَلْتُ فِيْهَا الْحِجْرَ
Artinya: “Kalau seandainya kaummu tidak baru lepas dari kekufuran, maka sungguh aku telah merubah Ka’bah, dan aku akan membuat pintu timur dan barat, dan aku akan memasukkan al Hijr ke dalam lingkup Ka’bah.”
Bentuk bangunan Ka’bah berubah menjadi memiliki jendela kecil dekat atap Ka’bah untuk memungkinkan cahaya masuk, memindahkan pintu Ka’bah sejajar dengan tanah, serta menambahkan pintu kedua.
Renovasi Ketiga
Ketika Hajjaj bin Yusuf al-Thaqafi beserta bala tentara Damaskus memasuki Masjidil Haram pada November 692 M, beliau meminta kepada Khalifah Abdul Malik bin Marwan untuk merombak bangunan Ka’bah menjadi seperti pada renovasi pertama oleh kaum Quraisy.
Pada saat itu, beliau menutup pintu barat. Batu yang tidak dipakai kembali, digunakan menutupi lantai Ka’bah, sehingga permukaan lantai naik dari permukaan tanah.
Akibatnya, pintu yang oleh Abdullah bin Zubair disejajarkan dengan tanah naik 5 hasta dari permukaan tanah. Ketinggian pintu juga berkurang lima hasta.
Setelah mengetahui bahwa renovasi yang dilakukan Abdullah bin Zubair adalah keinginan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Hajjaj sangat menyesal.
Renovasi Tambahan
Masa Sultan Ottoman, Sulaiman Khan, Mekkah sepat diguyur hujan seharian yang membuat air naik hingga ketinggian tujuh meter.
Banjir ini menyebabkan tembok timur Ka’bah roboh dan tembok lainnya meninggalkan setengah bagiannya saja. Akhirnya, Ka’bah direnovasi hanya bagian yang rusak dengan menutupi dinding menggunakan papan kayu.
Selama proses renovasi tersebut, Ka’bah kembali diterjang banjir. Pada akhirnya renovasi kembali terjadi untuk memperkuat fondasi Kabah.
Melansir dari kemenag.go.id, dasar pembangunan Abdullah bin Zubair yang mendapat revisi Hajjaj diruntuhkan seluruhnya, kecuali bagian yang melindungi Hajar Aswad.
Kesimpulan
Kondisi Ka’bah saat ini adalah hasil pemugaran berkali-kali yang terjadi akibat bencana alam ataupun keinginan salah satu pihak. Renovasi ini menjaga Ka’bah tetap terawat dan membawa keberkahan bagi umat yang berhaji atau umrah.