Ummu Syuraik: Pendakwah Yang Mengislamkan Wanita Quraisy
TSIRWAH INDONESIA – Ghaziyah Binti Jabir bin Hakib biasa di kenal dengan Ummu Syuraik. Seorang wanita Quraisy yang berasal dari bani Amir bin Lu’ai, kabilah Ghathafan yang sangat disegani oleh bangsa arab kala itu, beliau adalah istri Abul Akr ad-Daus.
Ummu Syuraik yang mulanya kafir tersentuh dengan datangnya islam atas perantara Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, islam hadir di kota Makkah sebagai penerangan bagi ummat, memberikan solusi atas permasalahan kehidupan, membawa kebahagiaan bagi yang mampu menikmati manisnya iman dan Islam.
Ummu Syuraik merasa tertarik dengan dakwah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.
Kemudian ia mencari tau dan terus mengikuti perkembangan yang ada, lalu hati Ummu Syuraik tersentuh untuk memeluk islam dan saat itu juga ia mengikrarkan keislamannya di depan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.
1. Berdakwah Secara Sembunyi-Sembunyi
Setelah masuknya ummu syuraik dalam islam, jiwa dan raga beliau senantiasa meninggikan kalimat toyyibah dan menyebarkan kalimat tauhid.
Ummu Syuraik mulai ikut serta menyebarkan agama Allah dengan cara sembunyi-sembunyi, yaitu mengajak para wanita Quraisy memeluk islam.
Namun siapa sangka aktifitas Ummu Syuraik di ketahui pemuka Makkah pada saat itu, sehingga mereka menangkapnya dan berkata:
“Seandainya jika tidak mempertimbangkan kerabatmu, maka kami tidak akan segan-segan mempermalukanmu dan mengembalikanmu pada mereka.”
Kerasnya penolakan dari pemuka Quraisy tak menyurutkan semangat juangnya menegakkan islam di muka bumi, karena bagi Ummu Syuraik suatu kebahagiaan jika islam tersebar ke seluruh penjuru dunia dan baginya keimanan bukan hanya sekedar ucapan lisan tetapi hakikatnya iman memilki konsekuensi.
Ummu Syuraik bahkan mendapat siksaan dari keluarga suaminya Abu Al-Akr Ad-Dausi, mereka memperlakukan Ummu Syuraik dengan perlakuan yang tidak pantas, pukulan-pukulan kasar menimpa tubuh ummu syuraik berkali-kali, darah yang mengalir di sekujur tubuh serta luka-luka lembab tak membuat saudara-saudara Abu al-Akr Ad-Dausi jera menyakiti Ummu Syuraik, jeritan rasa sakit dan kepayahan tak juga membuka mata hati mereka.
Tak cukup dengan itu mereka menyeret lalu menjemur Ummu Syuraik di tengah padang pasir yang tandus, teriknya matahari menyengatnya menghadirkan lapar dan dahaga, tapi tak juga membuat mereka empati.
BACA JUGA: Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid: Pendamping Dakwah Pertama Rasulullah
2. Bantuan Allah Datang
Ketika Ummu Syuraik mendapat cobaan yang bertubi-tubi dari keluarganya Abu Al-Akr Ad-Dausi, Ummu Syuraik tidak pernah henti mengobarkan semangat tauhid dengan jarinya sebagai isyarat. Dengan keadaan Ummu Syuraik seperti itu anugerah Allah menghampiri Ummu Syuraik di padang pasir yang tandus.
Pertolongan Allah pun datang, dengan adanya ember berisi air menetes di atasnya, ia pun mencoba meneguknya, ember itu kemudian terangkat kembali ke atas, Ummu Syuraik memintanya kembali hingga menghilangkan haus dahaganya.
Hilang sudah haus dahaga Ummu Syuraik, ember berisi air pun tumpah ruah membasahi kepala Ummu Syuraik yang kering karena terik matahari.
Tak lama kemudian, keluarga suami Ummu Syuraik menghampiri dan mereka bertanya-tanya tentang air yang membasahi Ummu Syuraik, sedangkan ember yang berisi air masih dalam posisi tertutup dan sulit untuk dijangkau oleh Ummu Syuraik, kejadian ini diluar batas nalar manusia. Lalu Ummu Syuraik pun berkata pada mereka:
“Sesungguhnya musuh Allah adalah selain diriku yang menyimpang dari agama-Nya, adapun pertanyaan kalian dari mana asal air itu , maka jawabanku ; Allah yang menganugerahkan ini padaku.”
Mereka seolah-olah menyaksikan keajaiban yang terlihat secara nyata, bagai harimau kehilangan belangnya, hati keras yang mereka miliki sontak luluh dengan kejadian ini, dan mereka mengatakan:
“Kami bersaksi bahwa Rabb-mu adalah Rabb kami, dan Kami bersaksi bahwa yang telah memberikan rezeki kepada kamu di tempat ini setelah kami menyiksamu adalah Dia yang mensyariatkan Islam.”
Kisah Ummu Syuraik meberikan ruang yang luas akan eksistensi menyebarkan kalimat Allah di muka bumi ini. Seperti halnya Ummu Syuraik yang tak gentar akan siksa, maka sepatutnya kita malu akan diri yang tak juga bergerak.
Ingat! Kondisi kita saat ini aman, islam terbuka luas di mata masyarakat sehingga mudahlah islam memasuki hati mereka. Sisihkanlah lengan baju, lalu melangkahlah untuk berdakwah, Allahu Akbar.
Wallohu A’lam
Oleh Rahayu Aswinani