4 Raja Dunia yang Diakui Rasulullah, Sebagian Mukmin dan Lainnya Kafir
TSIRWAH INDONESIA – Terdapat beberapa raja dunia yang diakui Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Di antaranya ada yang mukmin, ada juga yang kafir.
Peradaban di bumi seringkali diperintah oleh seorang raja yang berkuasa. Hal ini bahkan telah terjadi ribuan tahun sebelum masehi. Sampai saat ini, sistem kerajaan masih digunakan di sebagian kecil negara di dunia.
Sejarah telah mencatat, terdapat banyak pemimpin besar yang memiliki dedikasi tinggi dalam peradaban. Namun, tak sedikit juga ditemui pemimpin diktator yang menorehkan catatan buruk dalam sejarah.
Terdapat empat raja dunia yang diakui Rasulullah SAW. Para raja tersebut disebutkan dalam suatu hadis, yaitu sebagai berikut:
ملك الأرض مشرقها ومغربها أربعة نفر: مؤمنان وكافران، فالمؤمنان: سليمان بن داود وذو القرنين، والكافران: بختنصر ونمرود بن كنعان، لم يملكها غيرهم
Artinya: “Raja seluruh bumi, dari timur sampai barat ada empat orang, dua mukmin dan dua kafir. Dua raja mukmin, Sulaiman bin Daud dan Dzulqarnain. Dua raja kafir, Bukhtanshar dan Namrud bin Kan’an,” (HR. Thabari).
Sulaiman bin Daud
Nabi Sulaiman alaihis salam merupakan putra dari Nabi Daud AS, yang tinggal di tanah Kanaan, sekarang disebut Palestina. Selain menjadi nabi, beliau juga merupakan seorang raja. Allah berfirman dalam QS. An-Naml ayat 16:
وَوَرِثَ سُلَيْمٰنُ دَاوٗدَ وَقَالَ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَاُوْتِيْنَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍۗ اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِيْنُ
Artinya: “Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia (Sulaiman) berkata, ‘Wahai manusia, kami telah diajari (untuk memahami) bahasa burung dan kami dianugerahi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar karunia yang nyata.’”
Melansir buku Sulaiman: The World’s Greatest Kingdom History karya Manshur ‘Abdul Hakim, Ibnu Athiyyah berkata bahwa Nabi Daud AS dari Bani Israel adalah seorang raja, yang mewariskan kerajaan dan kenabiannya kepada Nabi Sulaiman AS.
Nabi Sulaiman AS merupakan raja saleh yang memiliki pemerintahan yang besar. Wilayah kekuasaannya makmur dan kaya. Beliau juga mengelola perdagangan dengan baik. Allah berfirman dalam QS. Shaad ayat 35:
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَهَبْ لِيْ مُلْكًا لَّا يَنْۢبَغِيْ لِاَحَدٍ مِّنْۢ بَعْدِيْۚ اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ
Artinya: “Dia (Sulaiman) berkata, ‘Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak patut (dimiliki) oleh seorang pun sesudahku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.’”
Selain wilayah yang luas, kerajaan Nabi Sulaiman AS juga memiliki pertahanan militer yang baik. Pasukan beliau tidak hanya terdiri dari manusia saja, melainkan dari bangsa jin dan burung juga, sebagaimana kalam Allah dalam QS. An-Naml ayat 17:
وَحُشِرَ لِسُلَيْمٰنَ جُنُوْدُهٗ مِنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوْزَعُوْنَ
Artinya: “Untuk Sulaiman dikumpulkanlah bala tentara dari (kalangan) jin, manusia, dan burung, lalu mereka diatur dengan tertib.”
Dzulkarnain
Salah satu pemimpin saleh lainnya adalah Dzulkarnain. Kisah kepemimpinannya diceritakan dalam Al-Quran surat Al-Kahfi ayat 83-99. Dalam ayat ke-84 Allah berfirman:
اِنَّا مَكَّنَّا لَهٗ فِى الْاَرْضِ وَاٰتَیْنٰهُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ سَبَبًا
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah memberi kedudukan kepadanya di bumi dan Kami telah memberikan jalan kepadanya (untuk mencapai) segala sesuatu”
Tidak ada riwayat yang jelas mengenai siapakah sosok asli dari Dzulkarnain ini. Karena itu, muncul berbagai spekulasi bahwa beliau adalah Raja Romawi, Raja Persia, atau Raja Yaman. Meski demikian, hal yang pasti adalah bahwa Dzulkarnain dikenal sebagai sosok pemimpin yang bijaksana.
Dzulkarnain juga diceritakan sebagai orang yang membangun sebuah tembok. Tembok itu berfungsi untuk menghalangi Ya’juj dan Ma’juj yang selalu berbuat kerusakan dan onar. Pembuatan penghalang tersebut merupakan permintaan dari suatu kaum di suatu negeri.
BACA JUGA: Teladan dan Kisah Syekh Abdul Qadir Al Jailani, Rajanya Para Wali
Namrud bin Kan’an
Raja Namrud dikenal sebagai sosok raja yang berkuasa ketika masa Nabi Ibrahim AS. Dia adalah sosok yang selalu menghalangi dakwah Nabi Ibrahim. Nama lengkapnya adalah Namrud bin Kan’an bin Kush bin Ham bin Nuh.
Melansir buku Ibrahim: Nabi Kekasih Allah karya Rizem Aizid, raja Namrud adalah raja Kerajaan Babilonia, jauh sebelum Hammurabi dan Nebukadnezar II. Meski belum mencapai kejayaannya, Raja Namrud dikenal sebagai sosok pemimpin yang pintar.
Dia adalah seorang intelektual yang menemukan sistem sexagesimal. Dia menetapkan sistem waktu sehari, seperti satu hari dibagi menjadi 24 jam, setiap jam terdiri dari 60 menit, dan setiap menit terdiri dari 60 detik.
Meski demikian, dia adalah sosok raja kafir yang memproklamirkan diri sebagai tuhan. Rakyat Babilonia juga menyembah hal lain seperti berhala, bintang-bintang, planet, bulan, dan matahari.
Bukhtanashar/Nebukadnezar II
Raja dunia yang diakui Rasulullah SAW yang terkhir adalah Nebukadnezar II. Dia merupakan salah satu raja dari Kerajaan Babilonia. Dia adalah pemimpin yang banyak membawa kemajuan di kerajaannya. Pada masanya, Kerajaan Babilonia Baru mencapai puncak kejayaannya.
Namun, meski membawa banyak kemajuan, dia dikenal sebagai pemimpin yang lalim. Kekuasaannya yang besar telah menjadikannya sebagai sosok yang sombong. Dia juga menjadi pemimpin yang mengusir kaum Yahudi dari tanah Kanaan (Palestina).
Itulah empat raja dunia yang diakui Rasulullah SAW. Sebuah kekuasaan memang kadang membawa pada kesombongan dan kesesatan. Namun, jika hal itu didasari pada takwa, maka kekuasaan bisa menjadi jalan untuk mencapai ridho-Nya.
Wallahu A’lam
Oleh Sania Afifah Nuraisyah