Kisah Uwais Al Qarni, Pemuda Saleh Incaran Sahabat Rasulullah
TSIRWAH INDONESIA – Pada zaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, terdapat pemuda saleh bernama Uwais Al-Qarni. Pemuda tersebut berbakti kepada ibunya dan taat menjalankan ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Berbakti kepada orang tua memang sudah menjadi kewajiban seorang anak. Bahkan, Rasulullah SAW pernah bersabda dalam hadis berikut sebagaimana mengutip dari nu.or.id:
عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه سألتُ رسولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قلتُ يَا رسولَ الله أَيُّ العملِ أفضَلُ قال الصلاةُ على مِيْقاتِها قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قال ثُمَّ بِرُّ الوالِدَيْنِ قلتُ ثُمَّ أَيٌّ قال الجِهادُ في سبيلِ اللهِ
Artinya: ‘’Dari sahabat Abdullah bin Mas’ud ra, ia bertanya kepada Rasulullah, ‘Wahai Rasulullah, apakah amal paling utama?’ ‘Shalat pada waktunya,’ jawab Rasul. Ia bertanya lagi, ‘Lalu apa?’ ‘Lalu berbakti kepada kedua orang tua,’ jawabnya. Ia lalu bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ ‘Jihad di jalan Allah,’ jawabnya,’’ (HR. Bukhari dan Muslim).
BACA JUGA : Nailah binti Farafishah: Kesetiaan dan Pengorbanan Seorang Istri
Kisah Uwais Al Qarni
Melansir dari laman islam.nu.or.id, Uwais adalah sosok pemuda yang memiliki penyakit vitiligo. Penyakit yang membuat hilangnya warna pada kulit, sehingga muncul bercak-bercak. Meski begitu, pemuda tersebut sangat tulus merawat ibunya yang sedang sakit lumpuh dan sudah tua. Ia juga selalu mematuhi perintah ibunya.
Suatu hari, ibunya mengajukan sebuah permintaan yang lumayan rumit, yaitu mengerjakan haji sebelum tutup usia. Perkataan sang ibu membuatnya berpikir keras dan terus mencari jalan keluar untuk membawa ibunya yang lumpuh supaya bisa mengelilingi Ka’bah.
Kota Makkah merupakan daerah gurun yang panas dan gersang, tentunya permintaan tersebut tidak mudah dilakukan. Ditambah lagi, ia tidak mempunyai banyak uang yang bisa digunakan untuk membeli perbekalan saat menunaikan haji.
Uwais juga tidak memiliki kendaraan seperti unta besar yang mempermudahnya untuk membawa sang ibu ke Makkah. Ia hanya bisa membeli seekor anak lembu yang tentunya tidak mungkin bisa digunakan untuk membawa sang ibu pergi ke Makkah.
Kemudian, ia memutuskan untuk membeli seekor lembu dan membuatkan kandang di atas bukit. Setiap hari ia menggendong anak lembu tersebut mondar-mandir naik turun bukit. Melihat Uwais naik turun bukit sambil membawa lembu peliharaannya, orang di sekitarnya menjadi terheran-heran.
Kemudian, orang-orang mulai menghina dan meneriakinya, ‘’Uwais gila…Uwais gila…’’. Tentu saja itu sangat aneh karena ia hanya mondar-mandir tanpa tujuan sambil membawa anak lembu yang setiap harinya semakin berat dan tumbuh besar.
Rupanya, bukan tanpa alasan, ia ternyata menjadikan anak lembu tersebut sebagai latihan untuk menggendong ibunya yang ingin menunaikan ibadah haji di Makkah. Uwais Al-Qarni memang tidak menaiki lembu, tetapi jalan kaki sambil menggendong ibunya dari Yaman ke Makkah.
Kerja keras dan keringatnya tidaklah sia-sia. Ia dan ibunya berhasil tiba di Ka’bah dengan selamat. Ia kemudian menggendong ibunya untuk melakukan wukuf di Ka’bah. Ketulusan dan kegigihan Uwais Al-Qarni membuat sang ibu jadi terharu. Ia lalu berdoa dan memohonkan ampun untuk ibunya.
‘’Ya Allah, ampuni semua dosa ibuku,’’ ujar Uwais Al-Qarni.
‘’Bagaimana dengan dosamu?’’ balas sang ibu.
‘’Dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah ridha dari ibu yang akan membawaku ke surga,’’ jawab Uwais Al-Qarni.
Karena baktinya kepada sang ibu, Allah subhanahu wa ta’ala lalu memberinya mukjizat berupa kesembuhan dari penyakit kulit yang menimpanya. Bercak-bercak di kulitnya langsung menghilang, hanya tersisa sedikit di tengkuknya. Sisa bercak itulah yang menjadi penanda supaya Uwais mudah dikenali oleh sahabat Rasulullah SAW.
Uwais memang sudah lama diincar oleh kedua sahabat Rasulullah SAW, yaitu Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib. Sebab, Rasulullah SAW memang berpesan kepada para sahabat agar mencari Uwais untuk meminta dimohonkan ampun kepada Allah SWT.
Ketika berhasil menemukan sosok Uwais yang dicirikan oleh Rasulullah SAW, para sahabat pun bertanya kepada pemuda tersebut, ‘’Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?.’’
Uwais pun menjawab pertanyaan Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, ‘’Nama saya Uwais Al-Qarni.”
Para sahabat lalu meminta Uwais untuk memanjatkan doa dan istighfar. Awalnya, Uwais Al-Qarni menolak. Namun, setelah mengetahui bahwa itu adalah pesan dari Rasulullah SAW sebelum meninggal, Uwais Al-Qarni langsung berdoa dan mengucap istighfar untuk khalifah Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib.
Sebagai gantinya, Umar bin Khattab lalu berniat memberikan sejumlah uang negara untuk membiayai kehidupan Uwais, tetapi ia menolak pemberian tersebut dan mengajukan permohonan kepada sahabat Rasulullah SAW.
‘’Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi,’’ ujar Uwais Al-Qarni.
Hikmah yang bisa diambil dari cerita ini adalah berbakti kepada orang tua akan membawa kita ke jalan yang baik dan termasuk perbuatan yang disukai Allah SWT. Selain itu, kebaikan yang dilakukan dengan tulus dan ikhlas akan membawa keberkahan.
Wallohu A’lam
Oleh Ilmi Bening Nur Qalbu