Parenting Sadar: Membangun Hubungan Aman dengan Anak
TSIRWAH INDONESIA – Parenting sadar atau pola asuh yang sadar, sangat erat kaitannya dengan kesabaran dan pengelolaan emosi dalam mengasuh anak.
Islam menempatkan pengasuhan anak menjadi amanah terbesar bagi orang tua, sehingga menganjurkan orang tua menjalaninya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, memerintahkan umatnya untuk berbuat baik kepada anak dan memelihara mereka dengan kasih sayang yang tulus. Pola asuh yang sadar, menciptakan hubungan kolaboratif bersama anak yang penuh empati dan tidak ego.
Artikel ini akan membahas mengenai fondasi parenting sadar. Harapannya, orang tua memahami bagaimana membangun hubungan emosional dengan penuh empati, namun tetap tegas kepada anak.
Pengertian Parenting Sadar
Pola asuh yang sadar, berfokus pada perhatian, kewaspadaan, dan pengaturan emosi orang tua. Oleh karena itu, orang tua yang sadar akan membuat keputusan yang bijaksana dan berpusat pada emosi saat menanggapi anak-anak mereka.
Melansir dari Choosingtherapy.com, Dr. Shefaly Tsabari pertama kali memperkenalkan konsep pola asuh ini dalam bukunya, The Conscious Parent: Transforming Ourselves, Empowering Our Children.
Pola asuh yang sadar mendorong orang tua untuk lebih memperhatikan reaksi internal, pesan yang terinternalisasi, dan keyakinan diri. Mengasuh anak adalah tanggung jawab orang tua, Rasulullah SAW bersabda:
أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Artinya: “Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya,” (HR. Bukhari).
Konsep Islam yang rahmatan lil’alamin, memberikan penegasan akan anjuran menjalani tanggung jawab pengasuhan dengan rahmah, tidak condong otoriter atau permisif.
Fondasi Penting dalam Parenting Sadar
Islam sangat mendepankan ilmu sebelum amal, dengan ilmulah seseorang akan paham dan sadar dengan perbuatannya dan mampu membedakan mana yang salah dan mana yang benar.
Pada salah satu podcast YouTube @JayShetty yang membahas tentang psikologi parenting, Dr. Alisa menekankan pentingnya melakukan refleksi bahkan sebelum memiliki anak. Refleksi ini akan membantu orang tua bersikap sengaja dan sadar dalam pola asuh.
Dr. Alisa menambahkan bahwa idealnya, orang tua sudah memikirkan visi misi pernikahan, belajar parenting serta mempersiapkan diri baik fisik maupun mental itu sebelum menikah, bukan saat sudah menghadapi kenyataan di lapangan.
Pada prinsipnya, fondasi dari pola asuh yang sadar adalah ilmu, belajar bagaimana menjadi orang tua, bahkan sebelum menjadi pasangan. Berikut adalah poin-poin yang harus orang tua pahami, sebagai fondasi parenting sadar yaitu:
Kesadaran Diri Orang Tua
Kesadaran diri adalah poin utama dalam parenting sadar. Orang tua perlu melakukan refleksi secara rutin untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan mereka.
Islam mengajarkan umatnya untuk selalu muhasabah. Sehingga dengan memahami diri sendiri, orang tua dapat bersikap lebih bijak dan konsisten dalam mengasuh anak.
Keterikatan (Attachment) yang Aman
Hubungan keterikatan yang aman, mampu meningkatkan rasa percaya diri dan kemandirian anak. Rasulullah SAW sendiri menunjukkan sifat penuh kasih sayang dan pengabdian kepada kaum Muslimin, dan itu menjadi contoh yang nyata tentang pentingnya memberikan rasa aman kepada anak-anak.
Empati dalam Pengasuhan
Empati meliputi kemampuan memahami dan merasakan pengalaman anak. Menumbuhkan empati dalam pengasuhan, dapat membangun komunikasi yang terbuka dan penuh pengertian, sehingga anak merasa dihargai dan didengar.
BACA JUGA||Pentingnya Komunikasi Efektif dalam Relasi Orang Tua dan Anak
Cara Membangun Parenting Sadar
Pola asuh yang sadar, dapat membantu orang tua melihat mana perilaku yang perlu mereka terapkan dan mana yang tidak perlu. Berikut adalah cara yang dapat orang tua lakukan, sebagai pendekatan dalam pola asuh yang sadar.
Menjaga Kehadiran yang Konsisten
Konsistensi kehadiran secara fisik dan emosional adalah kunci membangun kepercayaan. Sebagaimana anjuran dalam Islam, agar para orang tua selalu hadir dan mendampingi anak mereka dalam setiap proses pertumbuhan. Hal ini bermanfaat bagi tumbuh kembang mental pada anak.
Menyediakan Ruang Ekspresi
Memberikan kesempatan anak mengekspresikan diri tanpa rasa takut dihakimi sangat penting. Sehingga dengan mendengarkan aktif dan penuh perhatian, orang tua mampu menanamkan rasa hormat dan kepercayaan diri dalam diri anak.
Memberikan Rasa Aman Melalui Batasan yang Penuh Kasih
Tetapkan batasan pada anak dengan adil dan tegas, tanpa kekerasan fisik maupun verbal, sesuai dengan ajaran Islam tentang pentingnya adil dan penuh kasih sayang. Rasulullah SAW bersabda:
أَكْرِمُوْا أَوْلَادَكُمْ وَأَحْسِنُوْا آدَابَهُمْ
Artinya: “Muliakanlah anak-anakmu, perbaikilah adab mereka,” (HR. Ibnu Majah)
Penekanan pertama dalam hadits tersebut adalah tentang memuliakan anak, kemudian perbaikan adab. Sehingga, kesimpulannya adalah muliakan anak berarti memberikannya kasih sayang dengan lembut, namun tetap tegas mengajarkannya akan batasan-batasan yang tidak boleh dia langgar.
Mengelola Kepekaan dan Sensitivitas Anak
Mengubah kepekaan anak menjadi keunggulan melalui pendekatan empati dan kreativitas sangat dianjurkan. Menghargai karakter dan temperamen masing-masing anak, membantu mereka merasa dihargai dan terbangun rasa hormat.
Mengaplikasikan parenting sadar membawa manfaat besar, antara lain meningkatkan rasa percaya diri dan keamanan emosional anak, mempererat hubungan orang tua dan anak, serta menumbuhkan pribadi yang empatik dan bertanggung jawab.
Wallahu A’lam
Oleh Nartati