Part I: Kebaikan Menghapus Kesalahan, Berikut Jenis-jenis Dosa dan Cara Menebusnya, Menarik
TSIRWAH INDONESIA – Disengaja maupun tidak, manusia tidak akan pernah lepas dari kesalahan dan dosa. Hal ini sudah menjadi fitrah manusia sebagai makhluk yang tidak sempurna, dan sebaik-baiknya manusia ialah ia yang mau bertaubat. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
Artinya: “Setiap anak keturunan Adam itu berbuat dosa. Dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah orang-orang yang mau bertobat,” (HR Ibnu Majah).
Sebagaimana seorang salah dalam menulis, ia akan menghapus kesalahannya dan memperbaikinya, maka seorang muslim pun tentu ingin kesalahan dan dosanya dapat terhapuskan dan diampuni, karena jika dosa-dosa tersebut tidak terampuni hingga dirinya meninggal pasti akan membawa dampak buruk untuknya di akhirat kelak.
Salah satu upaya memohon ampun kepada Allah ialah dengan memperbanyak istighfar, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dahulu, selain itu upaya lain dalam menghapus dosa-dosa adalah dengan melakukan kebaikan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Qur’an surat Hud ayat 144 berikut ini:
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ ۚ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ
Artinya: “Dirikanlah shalat pada kedua ujung hari (pagi dan petang) dan pada bagian-bagian malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik menghapus kesalahan-kesalahan. Itu adalah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah).”
Disebutkannya pula dalam suatu riwayat, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
وأتبع السيئة الحسنة تمحها
Artinya: “Dan iringilah perbuatan dosa dengan amal kebaikan,” (HR. Ahmad).
Selain istighfar dan berbuat baik tentu ada beberapa cara lain untuk memohon ampun dan menebus kesalahan, akan tetapi tidak semua kesalahan dapat ditebus dengan cara yang sama. Ada kalanya dengan meng-qadha, istighfar, taubat dan memohon maaf pada yang berkaitan.
Berikut beberapa upaya dalam menebus kesalahan berdasarkan dosa yang dilakukan.
Dosa antara Hamba dengan Kewajibannya
Dalam kitab Minhajul abidin, Imam Ghazali menuliskan bahwa secara garis besar dosa-dosa dibagi menjadi tiga macam tentunya dengan cara penebusan yang berbeda-beda. Berikut teksnya:
فاعلم أن الذنوب في الجملة ثلاثة أقسام: أحدها ترك واجبات الله سبحانه وتعالى عليك من صلاة أو صوم أو زكاة أو كفارة أو غيرها فتقضى ما أمكنك منها
Artinya: “Ketahuilah, secara garis besar dosa-dosa itu ada tiga macam. Pertama, meninggalkan kewajiban-kewajiban yang ditetapkan oleh Allah kepadamu seperti shalat, puasa, zakat, kafarat, dan lainnya. Maka (untuk meleburnya) engkau mengqadha kewajiban-kewajiban tersebut selagi memungkinkan.”
Kategori pertama ialah meninggalkan kewajiban yang telah ditentukan oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk dirinya, seperti sholat, puasa, zakat dan lain sebagainya. Cara menebusnya dengan mengqadha kewajiban tersebut selagi kondisinya masih memungkinkan.
Ada beberapa kelalaian yang dimaafkan oleh Allah seperti kelalaian sholat karena lupa atau tertidur, akan tetapi tetap wajib baginya menggantikan sholat yang tertinggal. Sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Qur’an surah At-Taubah ayat 67:
نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْۗ
Artinya: “Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka.”
Dijelaskan pula dalam hadits arbain karangan Imam Nawawi bahwasannya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ لِي عَنْ أُمَّتِي: الخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْه
Artinya: “Sesungguhnya Allah memaafkan umatku ketika ia tidak sengaja, lupa, dan dipaksa.” (HR. Ibnu Majah).
Dosa antara Hamba dengan Allah
Kategori kedua menurut Imam Ghazali adalah dosa yang berkaitan dengan Allah subhanahu wa ta’ala, seperti zina, minum khamr, makan riba, dan lain sebagainya.
Hal ini dijelaskan dalam kitab Minhajul abidin, tidak lain kelanjutan dari tulisan Imam Ghazali di atas. Berikut teksnya:
والثاني ذنوب بينك وبين الله سبحانه وتعالى كشرب الخمر وضرب المزامر وأكل الربا ونحو ذلك فتندم على ذلك وتوطن قلبك على ترك العود الى مثلها أبدا
Artinya: “Kedua, dosa-dosa di antaramu dan Allah subhȃnahȗ wa ta’ȃlȃ seperti meminum minuman khamr, meniup seruling, memakan riba dan sebagainya. (Untuk meleburnya) maka engkau menyesali perbuatan-perbuatan tersebut dan menetapkan hatimu untuk tidak akan mengulanginya lagi selamanya.”
Dosa kategori kedua ini dapat ditebus dengan bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dan bertekad tidak mengulangi kesalahannya kembali, dalam arti lain adalah taubatan nasuha.
Definisi taubat menurut bahasa ialah kembali, sedangkan menurut syara’ adalah kembali dari perbuatan tercela ke perbuatan terpuji. Sebagaimana yang tertera dalam kitab Minahus Saniyah berikut ini:
التوبة فى اللغة الرجوع، يقال : تاب، اى رجع، وفى الشرع : الرجوع عما كان مذموما فى الشرع إلى ما هو محمود فى الشرع،
Artinya: “Taubat, menurut bahasa adalah; Kembali secara umum. Sedangkan taubat menurut Syara’ yaitu; Kembali dari perbuatan yang tercela menurut syara’ kepada perbuatan yang terpuji menurut Syara’.”
Menurut ulama ahli tahqiq dalam kitab Minahus Saniyah, siapa saja yang menyesali dan mengakui kesalahannya maka taubatnya sudah dianggap sah, akan tetapi pendapat dari para ulama lainnya ialah syarat taubat harus berhenti dan bertekad kuat tidak mengulangi kesalahannya kembali.
Kesimpulannya, Dosa besar seorang hamba terhadap Allah subhanahu wa ta’ala dapat ditebus dengan benar-benar bertaubat kepada Allah. Berhenti melakukan dosa tersebut dan tidak mengulanginya kembali, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang.
Dosa Sesama Hamba-Nya
Dosa yang paling rumit dan sulit di antara ketiga kategori adalah dosa antara manusia dengan manusia atau sesama hamba. Dosa ini tidak cukup dengan bertaubat kepada Allah saja, akan tetapi harus memohon maaf kepada orang yang bersangkutan. Imam Ghazali berkata:
والثالث ذنوب بينك وبين العباد وهذا أشكل وأصعب
Artinya: “Ketiga, dosa-dosa antara kamu dan para hamba. Dosa macam ini lebih rumit dan lebih berat.”
Dalam mengurai kategori dosa sesama manusia ini terdapat beberapa tingkatan, sebab kesalahan manusia dengan manusia lain berbeda-beda bentuk, ada yang berkaitan dengan harta, jiwa, kehormatan, harga diri, agama dan sebagainya. Cara penebusannya pun berbeda-beda. Selengkapnya BACA DISINI.
Wallohu A’lam
Oleh Ustadzah Siti Chikmatul Hani’ah