Alquran & Hadits

Tafsir Surat An-Naas: Teori tentang Bocah, Remaja dan Tua, Menarik

TSIRWAH INDONESIA – Surat An-Naas selain memiliki arti manusia, juga menyimpan banyak teori tentang kehidupan manusia di dalamnya.

Al-Quran sebagai kitabullah yang tersurat dengan gaya bahasa sangat indah menurut orang-orang Arab sebagai pengguna bahasa Arab itu sendiri, memiliki makna-makna tersirat yang juga indah dan luas.

Sebagai salah satu contohnya adalah surat An-Naas yang berjumlah enam ayat ini. Berikut beberapa teori yang terkandung di dalamnya:

Teori Pertama

Dalam ayat 1-3 surat An-Naas, terdapat runtutan seperti:

رب الناس، ملك الناس، اله الناس

Yaitu Rabbinnaas (Pencipta dan Pemilik manusia), Malikinnaas (Raja manusia), Ilaahinnaas (Tuhan manusia). Keindahan ini memiliki makna yang indah pula.

Disebutkan dalam tafsir showiy, pada awalnya manusia mengetahui bahwa mereka memiliki Rabb yang menciptakan mereka dan memfasilitasi segalanya.

Tahapan kedua, setelah mereka menyadari itu, mereka kemudian memahami bahwa Rabb ini memiliki kewenangan atas segala tashorruf manusia (manusia dibuat menjadi kaya ataupun miskin, mulia ataupun hina, semua bisa dilakukan oleh-Nya) inilah yang disebut Malikinnas (Raja manusia).

Terakhir, setelah manusia faham dengan itu semua, mereka menyadari bahwa Dzat tersebut pantas dan patut untuk disembah, inilah interpretasi dari Ilaahinnaas (Tuhan manusia).

Teori Kedua

Masih berkaitan dengan urutan ayat 1-3 surat An-Naas, teori kali ini juga sangat familiar dengan gaya kehidupan manusia.

Pada awalnya manusia memiliki tahapan sebagai seorang bocah yang identik dengan Tarbiyah (diambil dari kata Rabb) yang memiliki makna dirawat, dididik, diarahkan, dibimbing.

Lanjut ke tahapan kedua dalam kehidupan manusia, adalah masa remaja lumrahnya adalah berkeinginan untuk bebas, bebas berinovasi, bebas bersuara dan membutuhkan figur atau mentor, inilah yang berkaitan dengan kata Malik (Raja) yaitu mentor yang bisa mengarahkan keinginan inovasi mereka.

Tahapan terakhir manusia, adalah masa tua yang sangat identik dengan kegiatan ibadah, inilah interpretasi dari kata Ilaah (Tuhan) di ayat ketiga surat An-Naas.

Teori Ketiga

Pada surat Al-Falaq, kita mengetahui bahwa Allah mengajarkan pada manusia, untuk melawan sihir, hanya membutuhkan satu sifat-Nya yang disebutkan di ayat pertama.

Bahkan tipikal sihir yang menjadi objek adalah sampai disebutkan di empat ayat, dan untuk melawannya hanya butuh satu sifat Allah, menunjukkan bahwa sihir bukanlah bahaya yang benar-benar serius.

Jauh dibandingkan bahaya sihir, ada bahaya yang lebih serius, yaitu was-was. Inilah mengapa Allah subhaanahu wa ta’alaa sampai mengajarkan manusia memakai tiga sifat-Nya untuk melawan was-was.

Dalam tafsir showiy ditegaskan, bahwa was-was menjadi lebih bahaya sebab termasuk perkara yang lebih batiniyah (tidak tampak mata dan serangannya lebih halus).

Implikasi dari was-was adalah seperti melakukan maksiat, melakukan keburukan dan semacamnya. Semoga Allah melindungi kita dari bahaya keburukan was-was, aamiin.

Wallohu Alam
Oleh Ustadz Hafidz

Editor: St. Chikmatul Haniah

Aktivis Dakwah, Penulis, Content creator, serta peniti karir akhirat dengan membangun rumah santri virtual melalui media sosial.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator