Anjing: Hukum Memeliharanya, Menyentuhnya saat Kering dan Basah, Ini Rinciannya
TSIRWAH INDONESIA – Anjing merupakan binatang yang cukup cerdik dan cerdas, hingga diabadikan dalam Al-quran seperti di surat Al-Kahfi ataupun surat Al-An’am.
Dijelaskan dalam surat Al-An’am bahwa hewan-hewan dilatih hingga seperti terlatihnya anjing, menunjukkan keunggulan yang dimilikinya. Namun dalam islam, memelihara anjing bagi seorang muslim menjadi sedikit aneh, lantaran keterangan kenajisannya.
Bagaimana hukum memelihara anjing, menyentuhnya dan apakah Malaikat tidak akan masuk ke rumah yang ada anjingnya, berikut artikel ini akan mengulas hasil diskusi di grup whatsapp Tsirwah, simak.
📚 HUKUM SEORANG MUSLIM PELIHARA ANJING DAN HUKUM MENYENTUHNYA
PERTANYAAN (I)
Assalamualaikum wr wb mau nannya masalah megang anjing, apakah boleh kita sebagai muslim memelihara anjing? Trus ada beberapa ulama tapi saya lupa namanya boleh melihara anjing asalkan tidak dibawa masuk kerumah?
Mohon jawabanya nggih🙏🙏
JAWABAN (I)
Memelihara anjing dalam madzhab syafi’i adalah haram jika tanpa ada tujuan tertentu atau tanpa ada manfaat tertentu, misalnya seperti:
- Untuk berburu
- Untuk menjaga peternakan
- Untuk menjaga perkebunan
- Dan yang semacamnya
Adapun saat tujuannya adalah hanya untuk sekedar menjaga rumah atau gerbang dan semisalnya, maka ini berbeda pendapat:
Pendapat pertama adalah tetap tidak boleh, sebab kejelasan hadits berikut ini:
وفي رواية لمسلم من اقتنى كلبا ليس بكلب صيد، ولا ماشية ولا أرض، فإنه ينقص من أجره قيراطان كل يوم.
Artinya: “Siapa saja yang memelihara anjing bukan untuk tujuan menjaga peternakan, menjaga kebun atau berburu, maka pahalanya berkurang setiap harinya dua qirath”
Bahwa yang dengan jelas oleh Nabi Muhammad SAW dikecualikan adalah tiga hal di atas, maka selainnya adalah tidak boleh.
Pendapat kedua adalah boleh, dan ini yang lebih shahih, sebab maksud tiga hal yang disebut di atas adalah adanya hajat, maka dapat dipahami menjaga rumah atau gerbang adalah masuk dari bagian keperluan yang kemudian jadi sebab kebolehannya.
📚 Majmu’ Syarh Muhadzab
قَالَ الشَّافِعِيُّ وَالْأَصْحَابُ لَا يَجُوزُ اقْتِنَاءُ الْكَلْبِ الَّذِي لَا مَنْفَعَةَ فِيهِ وَحَكَى الرُّويَانِيُّ عَنْ أَبِي حَنِيفَةَ جَوَازَهُ دَلِيلُنَا الْأَحَادِيثُ السَّابِقَةُ قَالَ الشَّافِعِيُّ وَالْأَصْحَابُ وَيَجُوزُ اقْتِنَاءُ الْكَلْبِ لِلصَّيْدِ أَوْ الزَّرْعِ أَوْ الْمَاشِيَةِ بِلَا خِلَافٍ لِمَا ذَكَرَهُ الْمُصَنِّفُ وَفِي جَوَازِ إيجَادِهِ لِحِفْظِ الدُّورِ وَالدُّرُوبِ وَجْهَانِ مَشْهُورَانِ ذَكَرَهُمَا الْمُصَنِّفُ بِدَلِيلِهِمَا (أَصَحُّهُمَا) الْجَوَازُ وَهُوَ الْمَنْصُوصُ فِي الْمُخْتَصَرِ قَالَ الشَّافِعِيُّ لَا يَجُوزُ اقْتِنَاءُ الْكَلْبِ إلَّا لِلصَّيْدِ أَوْ مَاشِيَةٍ أَوْ زَرْعٍ وَمَا فِي مَعْنَاهَا هَذَا نَصُّهُ فِي الْمُخْتَصَرِ قَالَ الْقَاضِي حُسَيْنٌ فِي تَعْلِيقِهِ وَفِي جَوَازِ إيجَادِهِ فِي السَّفَرِ لِلْحِرَاسَةِ الْوَجْهَانِ (أَصَحُّهُمَا) الْجَوَازُ وَفِي جَوَازِ تَرْبِيَةِ الْجِرْوِ لِلصَّيْدِ أَوْ الزَّرْعِ أَوْ غَيْرِهِمَا مِمَّا يُبَاحُ اقْتِنَاءُ الْكَبِيرِ لَهُ فِيهِ وَجْهَانِ مَشْهُورَانِ ذَكَرَهُمَا الْمُصَنِّفُ بِدَلِيلِهِمَا (أَصَحُّهُمَا) الْجَوَازُ
[النووي، المجموع شرح المهذب، ٢٣٤/٩]
Bagaimana dengan Menyentuh Bulu Anjing yang Kering
PERTANYAAN KEDUA (II)
Ada juga yg bilang gak papa megang asalkan bulunya itu tidak basah ngeten
JAWABAN (II)
Benar, selama bulu anjing dan tangan seseorang sama-sama benar-benar kering, maka saat bersentuhan tidak menimbulkan najis.
Berbeda dengan saat basah, atau bagian-bagian yang basah dari anjing, apalagi liurnya, maka itu semuanya tetap najis berat yang cara mensucikannya pun harus dengan basuhan tujuh kali yang salah satunya dicampur dengan debu.
Karena dalam fiqih ada kaidah yang menjelaskan bahwa “yang kering adalah suci tanpa khilaf, jika salah satunya kering dan satunya lagi basah, maka yang kering ternajisi oleh yang basah”.
📚 Fiqhul Ibaadaat
إذا اتصل النجس أو المتنجس بالطاهر نظر فإن كانا جافين فلا تؤثر النجاسة بالطاهر بناء على القاعدة الفقهية : الجاف طاهر بلا خلاف وإن كان أحدهما أو كلاهما رطبا تنجس الطاهر بالآخر
Bagaimana dengan Malaikat yang Tidak Masuk Rumah yang di Dalamnya Terdapat Anjing
Terdapat beberapa keterangan mengenai rumah yang di dalamnya terdapat anjing, salah satunya tentang tidak masuknya Malaikat ke rumah tersebut, hal ini sebagaimana hadits nabi:
حَدَّثَنَا ابْنُ مُقَاتِلٍ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، يَقُولُ: سَمِعْتُ أَبَا طَلْحَةَ، يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «لاَ تَدْخُلُ المَلاَئِكَةُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ، وَلاَ صُورَةُ تَمَاثِيلَ»
[البخاري، صحيح البخاري، ١١٤/٤]
Artinya: “Malaikat tidak akan masuk ke sebuah rumah yang di dalamnya terdapat anjing ataupun gambar-gambar patung.”
Akan tetapi, anjing yang dimaksud bukanlah anjing yang memang ditugaskan untuk suatu keperluan mendesak seperti anjing pemburu, penjaga peternakan ataupun penjaga tanaman-tanaman sebagaimana ulasan di atas tadi. Ini sebagaimana keterangan Imam Nawawi dalam kitabnya Syarh Nawawi ala Muslim:
فَأَمَّا مَا لَيْسَ بِحِرَامٍ مِنْ كَلْبِ الصَّيْدِ وَالزَّرْعِ وَالْمَاشِيَةِ وَالصُّورَةِ الَّتِي تُمْتَهَنُ فِي الْبِسَاطِ وَالْوِسَادَةِ وَغَيْرِهِمَا فَلَا يَمْتَنِعُ دُخُولُ الْمَلَائِكَةِ بِسَبَبِهِ
[النووي، شرح النووي على مسلم، ٨٤/١٤]
✒️ KESIMPULAN
Mengenai anjing dan segala pembahasannya dalam ulasan di atas, dapat kita simpulkan:
- Memelihara anjing untuk tujuan yang dibenarkan seperti keamanan, maka boleh
- Menyentuh bulu anjing saat sama-sama kering antara tangan dan bulu, maka tidak najis, dan sebaliknya
- Malaikat Rahmah tidak masuk ke rumah yang ada anjing atau gambar ataupun patung sesembahan, kecuali bila anjing yang ada adalah untuk tujuan yang dibenarkan
Wallohu Alam
Oleh Ustadz Hafidz