Tidur saat Puasa Justru Gugur Pahala jika Seperti Ini
TSIRWAH INDONESIA – Ibadah puasa dikerjakan sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Selama waktu tersebut, maka setiap muslim yang berpuasa wajib meninggalkan segala perkara yang dapat membatalkan puasa.
Dalam kajian Tsirwah yang dibawakan oleh Ustadzah Ni’ma Rofidah, beliau menjelaskan, puasa bukan hanya tentang tidak makan atau minum, lebih dari itu terdapat banyak hikmah di dalamnya, di antaranya: agar seseorang lebih dekat dengan Allah, agar saat merasa lapar seseorang dapat merasakan kesusahan saudara yang kelaparan.
Pengertian Puasa
Menurut syara’ pengertian puasasebagaimana dijelaskan dalam kitab al-Manar yaitu:
اْلإِمْسَاكُ عَنِ اْلأَكْلِ وَالشُّرْبِ وَغَشَيَانِ النِّسَاءِ مِنَ الْفَجْرِ إِلَى الْمَغْرِبِ إِحْتِسَاباً لِلَّهِ وَإِعْدَادًا لِلنَّفْسِ وَ تَهِـيِـيْئةً لَهاَ لِتَقْوَى اللهِ باِلْمُرَاقَبَةِ وَترْبِيَةِ اْلإِرَادَةِ
Artinya: “Menahan diri dari makan, minum dan bersenggama, mulai terbit fajar sampai terbenam matahari (Maghrib), karena mengharap keridhaan Allah dan menyiapkan diri untuk bertaqwa kepada Allah dengan jalan muraqabah (merasa selalu diperhatikan Allah) disertai mendidik kehendak dan keinginan.”
Hukum Puasa Seseorang yang Tidur Seharian
Puasa ialah menahan hawa nafsu, menahan jiwa dan raga dari hal yang tidak baik. Selanjutnya, apakah tidur termasuk menahan hawa nafsu, jika seseorang tidur seharian saat berpuasa, apakah mendapat pahala puasa.
Hal-hal yang dapat membatalkan puasa salah satunya adalah hilang akal. Buya Yahya dalam kanal youtube Al-Bahjah TV menjelaskan:
“Hilang akal dalam bab puasa ada tiga, yang pertama gila, meski gilanya hanya sebentar, itu dapat membatalkan puasa, yang kedua pingsan, misal saat sahur seseorang pingsan kemudian sadar kembali saat waktu berbuka puasa, itu puasanya dikatakan batal, berbeda dengan gila, kalau seseorang sempat sadar dari pingsannya maka puasanya sah, yang ketiga tidur, tidur tidak membatalkan puasa, meski tidur sehari penuh hingga waktu berbuka.“
Dilansir dari NU Online, Allah tetap memberikan pahala bagi orang puasa sambil tidur. Syekh Romli dalam kitab Nihayatul Muhtaj mengatakan:
و لا يضر النوم المستغرق للنهار على الصحيح لبقاء أهلية الخطاب معه إذ النائم يتنبه إذا نبه،ولهذا يجب قضاء الصلاة الفائتة بالنوم دون الفائتة بالإغماء
Artinya: “Menurut pendapat yang shahih, tidur yang menghabiskan waktu sehari penuh itu tidak masalah secara syara’ karena ia tetap dinilai pihak yang kena khitab syara’. Lagi pula orang tidur itu akan terjaga bila dibangunkan. Karenanya, ia wajib mengqada sembahyang yang tertinggal sebab tidur, bukan tertinggal sebab pingsan.”
Jika memang hingga terlewat sholatnya, puasanya tetap sah dan sholatnya harus di qada, rahmat Allah begitu besar, meski tidur seharian saat berpuasa tetap mendapat pahala, namun dari pada tidur saja saat berpuasa, ada banyak hal baik yang bisa dilakukan.
Terdapat dua kategori tidur orang yang berpuasa bernilai pahala, apabila memenuhi kriteria berikut ini:
1. Bersemangat sebagai Persiapan untuk Menjalankan Ibadah Lain
Tidur tidak selalu berkonotasi kepada hal yang negatif seperti bermalas-malasan. Berpuasa adalah ibadah, maka
maka tidur pada saat berpuasa yang bertujuan agar lebih bersemangat dalam menjalankan ibadah lain terhitung sebagai ibadah. Sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Murtadla az-Zabidi dalam kitab Ittihaf Sadat al-Muttaqin yaitu:
نوم الصائم عبادة ونفسه تسبيح وصمته حكمة، هذا مع كون النوم عين الغفلة ولكن كل ما يستعان به على العبادة يكون عبادة
Artinya: “Tidurnya orang puasa adalah ibadah, napasnya adalah tasbih, dan diamnya adalah hikmah. Hadits ini menunjukkan bahwa meskipun tidur merupakan inti dari kelupaan, namun setiap hal yang dapat membantu seseorang melaksanakan ibadah maka juga termasuk sebagai ibadah.”
2. Tidak Mencampuri Ibadah Puasanya dengan Melakukan Perbuatan Maksiat
Tidur orang berpuasa dapat bernilai ibadah jika seseorang mampu menghindari maksiat ketika melaksanakan ibadah puasa di siang hari. Dijelaskan oleh imam An-Nawawi dalam kitab Tanqih al-Qaul al-Hatsits berikut ini:
وهذا في صائم لم يخرق صومه بنحو غيبة، فالنوم وإن كان عين الغفلة يصير عبادة، لأنه يستعين به على العبادة.
Artinya: “Hadits ‘tidurnya orang berpuasa adalah ibadah’ ini berlaku bagi orang berpuasa yang tidak merusak puasanya, misal dengan perbuatan ghibah. Tidur meskipun merupakan inti kelupaan, namun akan menjadi ibadah sebab dapat membantu melaksanakan ibadah.”
Keutamaan tersebut tidak berlaku apabila seseorang menjalankan puasanya dengan melakukan perbuatan maksiat, seperti menggunjing orang lain setelah bangun dari tidurnya. Dalam keadaan demikian, tidur pada saat berpuasa sudah tidak lagi bernilai ibadah.
Hal yang Lebih Utama ketika Berpuasa
Salah satu adab ketika berpuasa, sebagaimana yang dikatakan imam al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulum al-Din yaitu:
بل من الآداب أن لا يكثر النوم بالنهار حتى يحس بالجوع والعطش ويستشعر ضعف القوي فيصفو عند ذلك قلبه
Artinya: “Sebagian dari tata krama puasa adalah tidak memperbanyak tidur di siang hari, hingga seseorang merasakan lapar dan haus dan merasakan lemahnya kekuatan, dengan demikian hati akan menjadi jernih.”
Syekh Ali Jaber dalam kanal Youtube Rajawali TV memberi pesan, agar ibadah puasa lebih bermakna, lakukanlah hal yang bermanfaat, seperti mengaji, atau bersedekah seperti menyediakan menu berbuka puasa dan sahur gratis untuk kaum duafa.
Akan tetapi, kembali lagi kepada diri sendiri, jika memang dirasa jika terjaga akan melakukan kemaksiatan, maka tidur saat berpuasa lebih baik dan memiliki nilai pahala yang bagus.
Wallohu A’lam
Oleh Ning Azmiyah