Tokoh & Sejarah

Ummu Hani: Kisah Cinta Rasulullah yang Tertolak

TSIRWAH INDONESIA –  Ummu Hani merupakan seorang tokoh Islam wanita yang masih memiliki kekerabatan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sosoknya seringkali dikaitkan dengan kisah cinta sang rasul.

Nabi Muhammad SAW merupakan seseorang yang dikenal memiliki budi pekerti luhur, bahkan sebelum diangkat menjadi rasul. Di kalangan masyarakat Arab pra islam, beliau dijuluki al-amin yang artinya dapat dipercaya. Meski terkenal memiliki akhlak yang baik, ternyata beliau pernah ditolak lamarannya.

Melansir dari islami.co, sebelum menikah dengan Ibunda Khadijah radhiyallahu anha, Nabi SAW pernah mengajukan lamaran kepada seorang gadis yang bernama Ummu Hani.

Bahkan, beliau mengajukan lamaran tersebut sebanyak dua kali, yaitu sebelum diangkat menjadi rasul dan ketika peristiwa Fathu Makkah. Namun sayang, kedua lamaran itu ditolak.

Ummu Hani memiliki nama lengkap Fakhitah binti Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim. Beliau dikenal dengan sebutan Ummu Hani karena memiliki anak yang bernama Hani.

Fakhitah merupakan anak dari paman Rasulullah SAW, Abu Thalib. Beliau adalah saudara perempuan dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu. Itu berarti, Fakhitah masih merupakan kerabat dekat Rasulullah SAW dari Bani Hasyim.

Sebelum diangkat menjadi rasul, Nabi SAW pernah menyampaikan lamaran untuk Fakhitah kepada ayahnya, Abu Thalib. Namun, Abu Thalib menolak lamaran tersebut secara baik-baik. Hal itu dikarenakan Abu Thalib telah lebih dulu menerima pinangan dari Bani Makhzum, untuk putrinya itu.

Nabi SAW pun menerima keputusan pamannya tersebut. Kemudian, Fakhitah menikah dengan Hubairah bin Amr dari Bani Makhzum. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai empat orang anak bernama Hani, Amr, Ja’dah, dan Yusuf.

BACA JUGA: Istri Rasul Keturunan Yahudi, Inilah Biografi Shafiyyah binti Huyay

Setelah peristiwa Fathu Makkah, Fakhitah telah memeluk islam dan menjadi janda. Hal ini dikarenakan suaminya yang masih kafir pergi ke Yaman dan meninggalkannya bersama keempat anaknya.

Melihat kondisinya tersebut, Rasulullah SAW bermaksud untuk meminang kembali Fakhitah. Namun, dia menolak lamaran tersebut secara halus.

Fakhitah berkata, “Wahai Rasulullah, saya mencintaimu melebihi mata dan telingaku. Akan tetapi, bukankah hak seorang suami itu besar? Saya khawatir jika saya menerima engkau sebagai suami, perhatian saya terhadap diri saya dan anak-anak saya akan terabaikan. Namun apabila saya lebih mementingkan anak-anak saya, saya khawatir tidak bisa memenuhi hak Rasul sebagai suami.”

Mendengar jawaban tersebut, Rasulullah SAW bersabda:

خَيْرُ نِسَاءٍ رَكِبْنَ الْإِبِلَ صَالِحُ نِسَاءِ قُرَيْشٍ أَحْنَاهُ عَلَى وَلَدٍ فِي صِغَرِهِ وَأَرْعَاهُ عَلَى زَوْجٍ فِي ذَاتِ يَدِهِ

Artinya: “Sebaik-baiknya perempuan yang menanggung unta adalah yang paling sayang kepada anak-anaknya yang masih kecil dan yang paling bisa menjaga harta suaminya.” (HR. Ath-Thabrani).

Meski Fakhitah telah dua kali menolak lamaran Rasulullah SAW, beliau tetap menghormatinya. Beliau juga sering menerima pendapat dan pertimbangan dari Ummu Hani mengenai beberapa permasalahan.

Ummu Hani kemudian dikenal sebagai sahabat rasul yang banyak meriwayatkan hadis. Beberapa hadis yang diriwayatkan beliau adalah mengenai salat dhuha dan peristiwa Isra Mi’raj.

Wallahu A’lam
Oleh Sania Afifah Nuraisyah

Avatar photo

Editor: Dennis Ramadhan

Seorang pengajar dengan hobi belajar, mengajar dan menulis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator