Tokoh & Sejarah

4 Julukan Khadijah binti Khuwailid, Sang Ibunda Muslim Dunia

TSIRWAH INDONESIA – Ibunda Khadijah radhiyallahu ‘anha merupakan salah satu perempuan hebat dalam sejarah Islam. Terdapat beberapa gelar atau julukan bagi Khadijah binti Khuwailid RA.

Julukan atau gelar merupakan suatu hal yang tidak dapat lepas dari kehidupan masyarakat Arab zaman dahulu.

Seringkali masyarakat Arab memberikan julukan kepada seseorang berkenaan dengan suatu peristiwa, menisbatkan kepada anak tertuanya, untuk menghormati orang tersebut, dan lain sebagainya.

Misalnya, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam terkenal sebagai al-amin (yang terpercaya) oleh masyarakat Arab karena keluhuran akhlak beliau.

Syaiban bin Hasyim, kakek Rasulullah SAW, disebut sebagai Abdul Muthalib karena sempat disangka sebagai budak pamannya, Muthalib, ketika kecil. Contoh lain, Abu Bakar dengan sebutan ash-shiddiq karena beliau mengimani peristiwa Isra Mi’raj pertama kali.

Sebagaimana sedikit contoh di atas, Ibunda Khadijah pun memiliki julukan yang melekat. Mengutip buku Khadijah Perempuan Teladan Sepanjang Masa karya Ibrahim Muhammad Hasan Al-Jamal, berikut empat julukan bagi Khadijah binti Khuwailid RA:

Ibunda Khadijah RA sebagai ath-thahirah atau perempuan suci. Hal ini karena kemuliaan akhlak dan kedudukan beliau. Bahkan, julukan ini masyarakat Arab berikan kepada beliau dari sebelum Islam datang.

Ibunda Khadijah RA merupakan sosok terpandang di kalangan masyarakat Arab pra-Islam, baik secara materi maupun kepribadian.

Beliau tidak hanya disegani karena kesuksesannya mengelola bisnis, namun juga karena keluhuran budi pekertinya.

Meski beliau pernah menikah dua kali sebelum akhirnya membina rumah tangga dengan Rasulullah SAW, Khadijah binti Khuwailid tetap terkenal sebagai perempuan suci karena akhlak yang beliau miliki.

Sayyidah Nisa’ Quraisyberarti pemuka perempuan suku Quraisy. Pemberian gelar ini karena kemuliaan kedudukan beliau di kalangan suku Quraisy.

Saat perempuan-perempuan lain pada masa Arab sebelum Islam berkumpul untuk berpesta, beliau tidak ikut menghadiri perkumpulan seperti itu.

Ibunda Khadijah RA juga terkenal sebagai sosok yang tidak suka ikut menggunjing orang lain sebagaimana tabiat kebanyakan perempuan ketika itu.

Selain kaya, beliau juga merupakan sosok yang dermawan. Beliau memiliki kebiasaan membantu orang yang membutuhkan.

Penduduk Mekah memandang beliau sebagai sosok yang mulia kedudukannya, berbudi luhur, dermawan, dan cerdas.

BACA JUGA : Khadijah: Teladan Perempuan Independen untuk Muslimah Modern

Khadijah binti Khuwailid merupakan seorang ummul mukminin karena beliau adalah istri dari Rasulullah SAW. Beliau merupakan istri pertama dari baginda Nabi SAW, yang menemani dan mendukung kerasnya dakwah Nabi SAW ketika di Mekah.

Julukan atau gelar ini juga diberikan kepada istri-istri Nabi SAW yang lain sepeninggal Ibunda Khadijah.

Sayyidah Nisa’ al-‘Alamin menjadi gelar khusus yang hanya tersemat kepada empat wanita mulia di dunia. Mereka adalah Asiyah binti Muzahim, Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid, dan Fatimah binti Muhammad.

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW:

 عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- أنّ النبيّ صلّى الله عليه وسلّم- قال: خيرُ نساءِ العالَمينَ: مَريمُ بنتُ عِمرانَ، وخديجةُ بنتُ خُوَيلدٍ، وفاطمةُ بنتُ مُحمَّدٍ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم، وآسيةُ امرأةُ فِرعونَ

Artinya: “Dari Anas bin Malik mengatakan bahwa Nabi Muhammad  bersabda, Pemuka wanita ahli Surga ada empat. Ia adalah Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulallah , Khadijah binti Khawailid dan Asiyah, istri Firaun,” (HR Muslim dan Hakim).

Julukan ini berlaku kepada para wanita hebat di atas karena ketaatan mereka kepada agama Allah.

Kemuliaan akhlak serta perjuangan mereka yang luar biasa menjadikan mereka pantas menyandang gelar ini.

Ibunda Khadijah menjadi salah satu dari empat wanita terbaik karena perjuangan dan kesalihan beliau selama di dunia.

Itulah empat julukan bagi Khadijah binti Khuwailid RA sebelum dan sesudah Islam. Gelar-gelar tersebut bersanding dengan beliau karena keluhuran sifat dan kedudukan beliau.

Wallah A’lam
Oleh Sania Afifah Nuraisyah

Editor: Divya Aulya

Penulis bau amis yang menulis sejumlah karya fiksi dan non-fiksi. Memiliki ketertarikan dalam dunia kebahasaan, memiliki visi dalam memajukan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator