Tokoh & Sejarah

Menggali Akar Konflik Israel-Palestina

TSIRWAH INDONESIA – Konflik Israel-Palestina masih menjadi isu global. Pembantaian besar-besaran terhadap warga Palestina menciptakan keresahan di seluruh dunia, tak hanya di kalangan umat Muslim.

Berita terbaru yang cnbcindonesia.com rilis pada 5 Oktober 2024 menginformasikan bahwa Israel telah melancarkan serangan masif di tiga wilayah Timur Tengah secara bersamaan.

Tidak hanya menyerang Gaza, Israel juga sedang melakukan serangan di Lebanon dan Tepi Barat (West Bank). Bahkan, kabar yang beredar menyebutkan bahwa Israel juga merencanakan serangan terhadap Iran.

Melansir dari cnbcindonesia.com, akar konflik ini adalah sebuah deklarasi Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur Balfour, pada 2 November 1917.

Deklarasi Balfour menyatakan dukungan Inggris terhadap pendirian “tanah air” bagi bangsa Yahudi di wilayah yang saat itu warga Palestina huni.

Penyerahan wilayah Palestina kepada kelompok Zionis memicu perlawanan dari warga lokal yang merasa tanahnya terampas.

Perlawanan ini bermula dengan aksi pemogokan pajak dan boikot terhadap produk-produk Yahudi. Namun, pemerintah Inggris meresponsnya dengan tindakan keras.

Sebagai bentuk peringatan, terjadi penangkapan massal, dan mereka menghancurkan rumah-rumah warga Palestina. Meskipun demikian, perlawanan terus berlanjut tanpa henti.

Puncaknya, Inggris membentuk pasukan bersenjata Israel. Dalam tiga tahun, sekitar 5.000 warga Palestina tewas akibat pembantaian oleh pasukan tersebut.

BACA JUGA : Buah Semangka Jadi Simbol Bela Palestina, Berikut 7 Manfaatnya

Kelompok Zionis menyebut Palestina sebagai ‘Tanah yang Dijanjikan’ dan mendesak Inggris untuk mewujudkan penyerahan resmi wilayah tersebut.

Klaim ini bermula dari sejarah pelarian Bani Israil dari Fir’aun. Bersama Nabi Musa, mereka bergerak menuju Palestina berdasarkan petunjuk dari Allah SWT.

Petunjuk ilahi inilah yang melahirkan istilah ‘Tanah yang Dijanjikan’. Sejak saat itu, Bani Israil meyakini bahwa tanah Palestina adalah haknya.

Akan tetapi, Bani Israil menolak untuk memasuki tanah tersebut selama masih ada penduduk yang menghuni, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 24:

قَالُوْا يٰمُوْسٰٓى اِنَّا لَنْ نَّدْخُلَهَآ اَبَدًا مَّا دَامُوْا فِيْهَاۖ فَاذْهَبْ اَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَآ اِنَّا هٰهُنَا قٰعِدُوْنَ

Artinya: “Mereka (Bani Israil) berkata, ‘Wahai Musa, sesungguhnya kami sampai kapan pun tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya. Oleh karena itu, pergilah engkau bersama Tuhanmu, lalu berperanglah kamu berdua. Sesungguhnya kami tetap berada di sini saja’.” 

Akibat pembangkangan tersebut, Allah SWT menghukum Bani Israil dengan menyesatkan mereka di Gurun Sinai selama 40 tahun.

Setelah hukuman berakhir, Bani Israil akhirnya memasuki tanah Palestina, namun konflik di wilayah itu tak pernah benar-benar berakhir.

Pertikaian dan perselisihan yang muncul akibat sifat buruk Bani Israil pada akhirnya memicu kemarahan tentara Romawi. Tanah Palestina terjajah dan Bani Israil terusir darinya.

Akhirnya, di bawah kekhalifahan Umar bin Khattab radhiyallahu anhu, Palestina terbebas dari penjajahan Romawi.

Wilayah tersebut kemudianmenjadi tempat ibadah yang terbuka bagi semua umat beragama, terutama untuk beribadah di Baitul Maqdis.

Israel meyakini bahwa Palestina adalah hak mereka. Untuk mengusir warga Palestina, mereka menggunakan cara-cara yang sudah melampaui batas kemanusiaan.

Saat ini, protes terhadap tindakan keji Israel datang dari seluruh penjuru dunia. Sebagai seorang Muslim, memilih untuk diam bukanlah tindakan yang layak.

Wallohu A’lam
Oleh Nazly

Editor: Divya Aulya

Penulis bau amis yang menulis sejumlah karya fiksi dan non-fiksi. Memiliki ketertarikan dalam dunia kebahasaan, memiliki visi dalam memajukan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator