AkhlakHikmah & Wawasan

12 Adab Bertetangga dalam Islam Menurut Imam Al Ghazali, Berikut Penjelasannya

TSIRWAH INDONESIA – Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Sang Pencipta, namun juga mengatur hubungan manusia dengan manusia, termasuk hubungan dengan tetangga.

Hidup bertetangga mempunyai adab yang perlu diperhatikan setiap manusia. Hubungan yang baik dengan tetangga akan menciptakan lingkungan yang baik juga.

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak lepas dari interaksi dengan manusia lain, salah satunya dengan tetangga. 

Sangatlah penting bagi kita menjaga adab kepada tetangga, agar hubungan selalu baik dan harmonis.

Sebagaimana dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ada seseorang yang bertanya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam:

إِنَّ فُلاَنَةَ تُصَلِّي اللَّيْلَ وَتَصُومُ النَّهَارَ وَفِي لِسَانُهَا شَيْءٌ يُؤْذِي جِيرَانَهَا سَلِيطَةٌ قَالَ: لاَ خَيْرَ فِيهَا هِيَ فِي النَّارِ وَقِيلَ لَهُ: إِنَّ فُلاَنَةَ تُصَلِّي الْمَكْتُوبَةَ وَتَصُومُ رَمَضَانَ وَتَتَصَدَّقُ بِالأَثْوَارِ وَلَيْسَ لَهَا شَيْءٌ غَيْرُهُ وَلاَ تُؤْذِي أَحَدًا قَالَ: هِيَ فِي الْجَنَّةِ. رواه الحاكم 

Artinya: “‘Wahai Rasulullah, fulanah selalu sholat malam dan puasa di siang harinya. Akan tetapi, ia sering mencela tetangganya.’ Rasulullah bersabda: ‘Ia tidak baik, ia masuk neraka.’ Ia bertanya kembali, ‘Ada fulanah yang melaksanakan sholat wajib, puasa Ramadhan, dan bersedekah hanya secuil keju. Akan tetapi ia tidak pernah menyakiti tetangganya.’ Rasulullah bersabda: ‘Ia masuk surga’,” (HR Al Hakim).

Berdasarkan hadis tersebut, dapat diketahui bahwa ketika kita mencela tetangga, amalan sebanyak apapun yang sudah kita lakukan seperti tidak ada nilainya. 

Bahkan, Nabi Muhammad SAW menggolongkannya sebagai penghuni neraka. Jadi, adab bertetangga sangatlah penting dan tidak bisa diremehkan.

Risalah Imam Ghazali berjudul Al-Adab Fiid Dîn dalam Majmû’ah Rasâil al-Imam al-Ghazâli menyebutkan beberapa adab bertetangga, yaitu:

آداب الجار: ابتداؤه بالسلام، ولا يطيل معه الكلام، ولا يكثر عليه السؤال، ويعوده في مرضه، ويعزيه في مصيبته، ويهنيه في فرحه، ويتلطف لولده و عبده في الكلام، ويصفح عن زلته، ومعاتبته برفق عند هفوته، ويغض عن حرمته، ويعينه عند صرخته، ولا يديم النظر إلى خادمته

Artinya: “Adab bertetangga, yakni mendahului berucap salam, tidak lama-lama berbicara, tidak banyak bertanya, menjenguk yang sakit, berbela sungkawa kepada yang tertimpa musibah, ikut bergembira atas kegembiraannya, berbicara dengan lembut kepada anak tetangga dan pembantunya, memaafkan kesalahan ucap, menegur secara halus ketika berbuat kesalahan, menundukkan mata dari memandang istrinya, memberikan pertolongan ketika diperlukan, tidak terus-menerus memandang pembantu perempuannya.”

Berdasarkan kutipan tersebut, diketahui terdapat dua belas adab bertetangga menurut Imam Al Ghazali. Berikut penjelasannya:

Menyapa dan mengucapkan salam ketika bertemu, terlebih jika kita menanyakan kabarnya, pasti mereka akan merasa senang dan dihargai. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW tentang menebarkan salam:

أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ.

Artinya: “Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu perbuatan apabila kalian lakukan niscaya akan membuat kalian saling mencintai satu sama lain? Sebarkanlah salam di antara kalian (ketika bertemu),” (HR Muslim).

Berbincang dengan tetangga akan membuat kita semakin dekat dan mengetahui pribadi tetangga lebih jauh. 

Namun, berbincang dalam jangka panjang dapat menimbulkan madharat. Sebab, akan memancing obrolan yang kurang penting yang berujung ghibah dan menimbulkan fitnah.

Tidak seharusnya kita mempunyai rasa kepo atau keingintahuan yang tinggi. Kita tidak perlu untuk tahu lebih jauh hal yang bukan menjadi ranah kita. Kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi. 

Siapa tahu pertanyaan yang kita tanyakan membuat hatinya sedih. Jadi, bertanyalah dengan sesuatu yang wajar dan lumrah.

Ketika ada tetangga yang sakit, pedulilah dengan menjenguknya dan mendo’akan untuk kesembuhannya.

Ketika tetangga tertimba musibah, terutama kematian, hendaklah kita ikut berbela sungkawa dengan menunjukkan rasa duka. Bertakziah dan juga mendo’akan kebaikan bagi mayat serta keluarga yang ditinggalkan.

Saling mengucapkan selamat dan ikut bergembira atas keberhasilan pencapaian yang didapatkan. Tidak seharusnya ada rasa iri, karena semua nikmat dan rezeki sudah Allah SWT atur sebaik mungkin.

Berbicara yang baik dan lembut tidak perlu memandang siapa yang kita ajak bicara. Dengan kelembutan, orang lain akan segan dan mendengarkan apa yang sedang kita bicarakan.

Setiap manusia pasti memiliki kesalahan dan setiap manusia memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri. Bukan berarti hanya karena kesalahan ucap, kita menjadi membencinya.

Allah SWT saja memaafkan dan mengampuni dosa hamba-Nya, jadi sebagai seorang hamba, kita juga harus bisa memaafkan kesalahan orang lain, baik yang disengaja maupun tidak.

BACA JUGA: Dakwah Jangan Sembarangan: Amar Ma’ruf Nahi Munkar Ada Aturannya

Teguran adalah tanda sayang dan peduli. Bukan malah membiarkannya berbuat kesalahan, padahal kita tahu itu hal yang tidak baik. 

Ketika ingin menegur, perhatikan bahwa teguran itu dengan cara yang baik dan tidak di depan orang banyak.

Dijelaskan dalam Islam, etika memandang lawan jenis adalah dengan ghadhul bashar atau menundukkan pandangan. Sebab, seringkali fitnah dan zina terjadi karena seringnya pertemuan dan tidak saling menjaga pandangan.

Hidup itu harus saling tolong menolong. Ketika ada yang kesulitan, maka kita bantu dengan sebaik mungkin. Sebab, Allah akan memudahkan urusan kita jika kita memudahkan urusan orang lain.

Dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:

مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَمَنْ سَتَـرَ مُسْلِمًـا ، سَتَـرَهُ اللهُ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًـا ، سَهَّـلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَـى الْـجَنَّةِ ، وَمَا اجْتَمَعَ قَـوْمٌ فِـي بَـيْتٍ مِنْ بُـيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ ، وَيَتَدَارَسُونَـهُ بَيْنَهُمْ ، إِلَّا نَـزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ ، وَغَشِـيَـتْـهُمُ الرَّحْـمَةُ ، وَحَفَّـتْـهُمُ الْـمَلاَئِكَةُ ، وَذَكَـرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ ، وَمَنْ بَطَّـأَ بِـهِ عَمَلُـهُ ، لَـمْ يُسْرِعْ بِـهِ نَـسَبُـهُ

Artinya: “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allah memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allah akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya. Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman akan turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyanjung mereka di tengah para malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang diperlambat oleh amalnya (dalam meraih derajat yang tinggi), maka garis keturunannya tidak bisa mempercepatnya,” (HR Tirmidzi).

Pentingnya menjaga pandangan dari lawan jenis. Sebab banyak hal negatif yang bermula dari sekedar pandangan mata.

Demikianlah dua belas adab bertetangga menurut Imam Al Ghazali yang perlu kita terapkan dalam kehidupan. Semoga bermanfaat, aamiin.

Wallohu A’lam
Oleh Fatihah Nur Sa’adah

Editor: Dewi Anggraeni, S.Hum

Aktivis dakwah, jurnalis, interpersonal skill, tim work, content creator, dan emotional management.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator