2 Mekanisme Diri Atasi Krisis Pangan dalam Islam, Catat Ini
TSIRWAH INDONESIA – Mengutip laman wfp.org, serangkaian kejadian beberapa tahun sebelumnya seperti: pemanasan global, covid-19 dan perang Rusia-Ukraina menjadi ancaman bencana kelaparan.
Terlebih di masa depan, ancaman krisis global akan terjadi. Mengutip laman kompas.com, dikatakan bahwa tahun 2050 merupakan puncak krisis pangan.
Terkait topik tersebut jauh 1400 tahun lalu, Islam telah merumuskan pengelolaan pangan, baik itu untuk diri sendiri maupun kepada orang lain.
Tulisan ini menjelaskan dua ibadah yang diperuntukkan diri sendiri. Ibadah ini sedikit banyak memberi solusi atas krisis pangan yang dapat terjadi sewaktu-waktu, berikut penjelasannya:
Berpuasa
Puasa merupakan ibadah yang penting dalam Islam. Dalam islam, puasa berhukum wajib dan sunnah. Puasa yang berhukum wajib dilakukan pada bulan Ramadan. Perintah ini diabadikan dalam surah Al-Baqarah ayat 183:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Adapun puasa sunah yang diajarkan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam banyak macamnya, seperti puasa Senin dan Kamis, puasa pertengahan bulan Hijriah, puasa di bulan Rajab dan masih banyak lagi.
Salah satu keutamaan puasa adalah melatih hawa nafsu. Dalam buku yang berjudul Buka Puasa Bersama Rasulullah SAW, dikatakan bahwa berpuasa merupakan cara melatih nafsu dengan mengosongkan perut dari lapar dan dahaga.
Berpuasa juga merupakan bentuk empati diri terhadap orang-orang miskin. Melalui berpuasa, seseorang dapat menghemat pengeluaran makanan yang semula sehari tiga kali menjadi dua kali, yakni waktu sahur dan berbuka.
Salah satu perwujudan nafsu dari diri manusia adalah makan berlebih. Mengutip laman umm.ac.id, dikatakan bahwa keutamaan berpuasa ialah melatih diri untuk berhemat dalam mengonsumsi makanan.
Terkadang seseorang memutuskan untuk makan bukan karena kebutuhan, tetapi keinginan. Akhirnya, perilaku ini yang menyebabkan terjadinya pembuangan makanan secara mubazir.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya negara yang berperingkat sebagai pembuang makanan terbesar di dunia. Ironinya, Indonesia masuk ke dalam jajaran lima teratas.
Mengutip laman statista.com, lima negara terbesar dalam pembuang makanan terbesar ialah Tiongkok, India, Nigeria, Indonesia dan Amerika Serikat. Total dua puluh lima negara yang terdaftar menyumbang sebanyak 385 juta metrik ton per tahunnya.
Jika dibandingkan dengan berat kapal Titanic yaitu 4600 ton sebagaimana menguti idxchannel.com, maka kedua puluh lima negara tersebut membuang makanan setara dengan 8.370 kapal Titanic tiap tahunnya.
Dalam hal ini, islam memberi solusi yang sangat tepat dengan cara menghemat makanan melalui ibadah puasa.
Konsep Cukup (Qonaah)
Mengutip artikel jurnal yang berjudul Konsep Qonaah dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah Mawaddah dan Rahmah, qonaah merupakan bentuk penerimaan diri atas segala yang seseorang dapatkan.
Dikatakan lebih lanjut, langkah awal untuk qonaah ialah melatih diri mengendalikan hawa nafsu. Ketidakmampuan diri mengendalikan nafsu membawanya ke dalam kebimbangan dan kerakusan.
Seseorang yang telah tertanam rasa cukup di dalam dirinya tidak akan menuntut lebih atas apa yang ia inginkan, termasuk dalam hal ini makanan.
Boleh jadi, seseorang memiliki kemampuan untuk membeli makanan dengan beraneka ragam rasa. Akan tetapi dengan sifat qonaah yang dimiliki, ia merasa cukup dengan terpenuhinya kebutuhan primernya yaitu makan untuk hidup.
Berkaitan dengan ber qonaah dalam makanan, Rasulullah SAW bersabda:
وكل مما يليك
Artinya: “Makanlah dari apa-apa yang ada di dekatmu,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Mengutip laman nu.or.id, hadis ini merupakan nasehat untuk makan apa yang ada, bukan mencari sesuatu yang belum tentu tersedia.
Ditinjau dari perspekrif lainnya, hadis ini juga dapat dipahami bahwa esensi makan ialah untuk menjaga keberlangsungan hidup.
Dalam islam sendiri, dunia dianggap sebagai tempat persinggahan yang bersifat sementara. Mengutip laman halalmui.com, supaya dihitung pahala, makan diniatkan sebagai ibadah.
Demikian dua mekanisme diri yang diajarkan islam dalam atasi krisis pangan. Memang betul perisrtiwa seperti pemanasan global, covid-19, dan peperangan, menyumbang terjadinya krisis pangan.
Namun, ada kalanya kekurangan pangan terjadi karena banyaknya makanan yang terbuang sia-sia akibat keserakahan manusia.
Islam menawarkan dua bentuk ibadah dalam mengendalikan hasrat manusia, yaitu berpuasa dan menanamkan qonaah dalam diri seseorang.
Wallohu A’lam
Oleh Ustadz Muhammad Wildan Amri