Pentingnya Menjaga Lisan Menurut Islam, Berikut Penjelasannya
TSIRWAH INDONESIA – Lisan adalah ucapan yang keluar dari mulut manusia. Seringkali seseorang berbicara tanpa diawali proses berfikir dan tidak melalui pertimbangan sebelumnya, tindakan ini berpotensi mengundang permasalahan sehingga merusak persaudaraan sesama muslim ataupun hubungan persaudaraan lainnya.
Pentingnya adab ini sangat perlu untuk diketahui, sebab lisan diibaratkan pisau yang apabila salah dalam menggunakannya dapat melukai hati orang banyak, setiap kalimat yang keluar dari mulut akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala. Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang terampil untuk memperhitungkan dan memperhatikan setiap perkataan yang akan diucapkannya.
1. Pentingnya Menjaga Lisan Menurut Al-Qur’an
Menjaga lisan sangatlah penting agar tidak salah dalam berbicara, yang mana hal tersebut akan melukai banyak orang. Menjaga lisan ini berdampak sosial sebagai wujud penghormatan antar sesama manusia, dimana tutur kata yang baik, dan santun akan menimbulkan sikap saling menyayangi sesama.
Menjaga lisan itu penting agar tidak berdampak buruk pada pemiliknya di dunia maupun di akhirat, karena setiap ucapan yang keluar dari mulut kita tidak luput dari pendengaran Allah subhanahu wa ta’ala, dan tidak ada sepatah katapun yang kita ucapkan kecuali akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah subhanahu wa ta’ala.
Allah subhanahu wa ta’ala memperingatkan bahwa terdapat malaikat yang mencatat setiap ucapan manusia, yang baik maupun yang buruk, sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala ber-Firman Qur’an surat Qaf Ayat 18:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ
Artinya: “Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).”
Sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala ber-Firman Qur’an surat Fussilat Ayat 22:
وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُوْنَ اَنْ يَّشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَاۤ اَبْصَا رُكُمْ وَلَا جُلُوْدُكُمْ وَلٰكِنْ ظَنَنْتُمْ اَنَّ اللّٰهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيْرًا مِّمَّا تَعْمَلُوْنَ
Artinya: “Dan kamu tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu terhadapmu bahkan kamu mengira Allah tidak mengetahui banyak tentang apa yang kamu lakukan.”
2. Pentingnya Menjaga Lisan Menurut Hadits
Selain tertuang dan ditegaskan dalam Al-Quran. Pentingnya menjaga lisan juga tertuang dalam hadits, seperti pada hadis riwayat Al-Bukhari yang menjelaskan bahwa keselamatan manusia tergantung pada lisannya, sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda:
سلامة الإنسان في حفظ اللسان
Artinya: “Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan,” (HR. Al-Bukhari).
Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya,” (HR. Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan oleh Ahmad, Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda:
عليك بطول الصمت فإنه مطردة الشيطان وعون لك علي أمردينك
Artinya: “Hendaklah engkau lebih banyak diam, sebab diam dapat menyingkirkan setan dan menolongmu terhadap urusan agamamu,” (HR. Ahmad).
Dalam hadits juga dijelaskan terkait hukum seseorang yang tidak bisa menjaga lisannya, yakni diriwayatkan Muslim sebagai berikut:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ، يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
Artinya: “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat,”(HR. Muslim no. 2988).
Tidak semua orang dapat menerima ucapan lisan dengan berpikir positif dan tenang saja. Mungkin saja ada beberapa orang yang ketika dibicarakan melalui lisan kita akan merasa sakit hati sehingga akan muncul perilaku balas dendam.
Wallohu Alam
Anisa Risti Naviah