3 Perkara Ini Tidak Boleh Diremehkan, Simak
TSIRWAH INDONESIA – Setiap kita pasti menginginkan kedekatan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Segala cara dan ikhtiar akan diupayakan demi tercapainya hasil yang diinginkan, tentunya dengan cara yang baik dan tidak menganggap remeh segala sesuatu.
Namun, setiap kita harus berhati-hati dan mawas diri agar tidak terjatuh pada jurang kehancuran, akibat suka meremehkan perkara kecil.
Berikut ini penjelasan tiga perkara yang tidak boleh diremehkan yaitu:
1. Tidak Meremehkan Manusia
Salah satu etika dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah dengan tidak memandang remeh dan rendah orang lain. Orang yang dianggap remeh dan rendah, bisa jadi dia mulia dan bertakwa di sisi Allah SWT.
Imam As-Sayyid Al-Murtadho Az-Zabidi dalam kitab Ithaf Sadatil Muttaqin bi Syarhi Asrar Ihya Ulumiddin, beliau mengatakan:
بأن لا تحقر آدمياً أصلاً فإن الله تعالى خبأ ولايته في عباده فلعل الذي تزدريه عينك هو ولي الله
Artinya: “Agar kamu tidak memandang rendah seorang manusia sedikit pun, karena Allah SWT telah menyembunyikan perwalian-Nya pada hamba-hamba-Nya, maka bisa jadi yang dipandang hina oleh matamu adalah wali Allah.”
Imam Al-Ghazali menegaskan agar kita selalu husnudzon (berbaik sangka) kepada semua orang, agar tidak muncul rasa bangga terhadap diri sendiri dan sombong sebagaimana yang beliau tulis dalam kitabnya Bidayatul Hidayah sebagai berikut:
ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻻ ﺗﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﺃﺣﺪ ﺇﻻ ﻭﺗﺮﻯ ﺃﻧﻪ ﺧﻴﺮ ﻣﻨﻚ ﻭﺃﻥ اﻟﻔﻀﻞ ﻟﻪ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻚ ﻓﺈﻥ رأيت ﺻﻐﻴﺮا ﻗﻠﺖ:
Artinya: “Sepatutnya janganlah engkau melihat kepada seseorang pun kecuali engkau melihat kepadanya bahwasanya dia lebih baik darimu, dan sesungguhnya dia lebih mulia darimu, maka jika engkau melihat kepada anak kecil, engkau katakan di dalam hatimu.”
ﻫﺬا ﻟﻢ ﻳﻌﺺ اﻟﻠﻪ ﻭﺃﻧﺎ ﻋﺼﻴﺘﻪ ﻓﻼ ﺷﻚ ﺃﻧﻪ ﺧﻴﺮ ﻣﻨﻲ
Artinya: “Anak kecil ini tidak bermaksiat kepada Allah SWT, sedangkan aku bermaksiat kepada-Nya, maka sudah pasti dia lebih baik daripada diriku.”
ﻭﺇﻥ رأيت ﻛﺒﻴﺮا ﻗﻠﺖ: ﻫﺬا ﻗﺪ ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ قبلي، ﻓﻼ ﺷﻚ ﺃﻧﻪ ﺧﻴﺮ ﻣﻨﻲ
Artinya: “Dan jika engkau melihat kepada yang lebih tua, engkau katakan, ‘orang ini telah beribadah kepada Allah SWT sebelum diriku, maka sudah pasti dia lebih baik dariku’.”
ﻭﺇﻥ رأيت ﻋﺎﻟﻤﺎ ﻗﻠﺖ: ﻫﺬا ﻗﺪ أعطي ﻣﺎ ﻟﻢ ﺃﻋﻂ ﻭﺑﻠﻎ ﻣﺎ ﻟﻢ ﺃﺑﻠﻎ ﻭﻋﻠﻢ ﻣﺎ ﺟﻬﻠﺖ ﻓﻜﻴﻒ ﺃﻛﻮﻥ ﻣﺜﻠﻪ
Artinya: “Jika engkau melihat orang yang berilmu, engkau mengatakan, ‘orang ini telah diberikan sesuatu yang aku tidak diberikan (tidak mendapatkannya), dan dia telah sampai kepada kemuliaan yang aku tidak sampai pada kemuliaan tersebut, dan dia mengetahui sesuatu yang tidak aku ketahui, maka bagaimana mungkin aku menjadi seperti dia’?”
ﻭﺇﻥ رأيت ﺟﺎﻫﻼ ﻗﻠﺖ: ﻫﺬا ﻗﺪ ﻋﺼﻰ اﻟﻠﻪ ﺑﺠﻬﻞ ﻭﺃﻧﺎ ﻋﺼﻴﺘﻪ ﺑﻌﻠﻢ
Artinya: “Dan jika engkau melihat orang yang bodoh, engkau berkata, ‘orang ini telah bermaksiat kepada Allah SWT karena kebodohan, sedangkan aku bermaksiat kepada Allah SWT dengan pengetahuanku tentang Allah SWT’.”
Berbaik sangka kepada orang lain memanglah sulit, namun jika belum bisa berbaik sangka, setidaknya mencegah diri supaya tidak berburuk sangka dan meremehkan orang lain.
BACA JUGA: Part I: Kebaikan Menghapus Kesalahan, Berikut Jenis-jenis Dosa dan Cara Menebusnya, Menarik
2. Tidak Meremehkan Kebaikan
Berkaitan dengan tidak boleh meremehkan suatu kebaikan, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda sebagai berikut:
لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْئاً، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
Artinya: “Sungguh janganlah kamu memandang rendah suatu kebaikan pun, meski kamu sekedar bertemu saudaramu dengan wajah yang berseri-seri’,” (HR Imam Muslim).
Nabi Muhammad SAW juga menegaskan dalam hadits lainnya supaya tidak memandang remeh suatu kebaikan apa pun sebagaimana hadits berikut:
وَلَا تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنْ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ الْمَعْرُوفِ
Artinya: “Janganlah engkau memandang remeh perkara ma’ruf, berbicaralah dengan saudaramu dengan wajah penuh senyum dan berseri, sebab itu bagian dari perkara yang ma’ruf,” (HR Bukhori dan Muslim).
Kedua hadits tersebut secara tegas menjelaskan agar kita tidak meremehkan amalan baik sekecil apa pun. Karena bisa jadi, amal kecil tersebut Allah SWT ridhoi, dan menjadi sebab kita masuk ke dalam surga-Nya.
Imam As-Sayyid Al-Murtadho Az-Zabidi dalam kitab Ithaf Sadatil Muttaqin bi Syarhi Asrar Ihya Ulumiddin, beliau mengatakan:
ولا تستحقر أصلاً طاعة فإن الله تعالى خبأ رضاه في طاعته فلعل رضاه فيه ولو الكلمة الطيبة أو النية الحسنة أو ما يجري مجراه
Artinya: “Dan jangan memandang rendah suatu ketaatan, sebab Allah SWT menyembunyikan ridho-Nya di dalam suatu ketaatan, maka bisa jadi ridho-Nya ada di dalamnya, sekalipun itu suatu perkataan yang baik, niat baik, atau apa pun itu yang termasuk hal-hal positif.”
Nabi Muhammad SAWmengisahkan tentang seorang pelacur yang diampuni oleh Allah SWT lantaran memberi air minum seekor anjing, sebagaimana hadits berikut:
غُفِرَ لِامْرَأَةٍ مُومِسَةٍ مَرَّتْ بِكَلْبٍ عَلَى رَأْسِ رَكِيٍّ يَلْهَثُ قَالَ كَادَ يَقْتُلُهُ الْعَطَشُ فَنَزَعَتْ خُفَّهَا فَأَوْثَقَتْهُ بِخِمَارِهَا فَنَزَعَتْ لَهُ مِنْ الْمَاءِ فَغُفِرَ لَهَا بِذَلِكَ
Artinya: “Seorang wanita pezina diampuni oleh Allah. Dia melewati seekor anjing yang menjulurkan lidahnya di sisi sebuah sumur. Anjing ini hampir saja mati kehausan. Si wanita pelacur tersebut lalu melepas sepatunya, dan dengan penutup kepalanya. Lalu dia mengambilkan air untuk anjing tersebut. Dengan sebab perbuatannya ini, dia mendapatkan ampunan dari Allah,” (HR Bukhari Muslim).
3. Tidak Meremehkan Keburukan
Kita juga tidak boleh meremehkan keburukan sekecil apa pun. Karena bisa jadi, perbuatan itu mengundang murka Allah SWT, dan menjadi sebab kita ditarik ke dalam neraka-Nya.
Imam As-Sayyid Al-Murtadho Az-Zabidi dalam kitab Ithaf Sadatil Muttaqin bi Syarhi Asrar Ihya Ulumiddin, beliau mengatakan:
ولا تستصغر معصية أصلاً فإن الله تعالى خبأ غضبه في معاصيه فلعل مقت الله فيه
Artinya: “Dan jangan menganggap kemaksiatan sebagai hal yang remeh, karena sesungguhnya Allah menyembunyikan murka-Nya di dalam suatu kemaksiatan, maka bisa jadi Allah murka padanya.”
Nabi Muhammad SAW pernah ditanya terkait seseorang yang rajin beribadah kepada Allah SWT, namun sering menyakiti tetangga dengan lisannya, maka Nabi Muhammad SAW mengabarkan bahwa seseorang tersebut termasuk penghuni neraka, sebagaimana hadits berikut:
قِيلَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ فُلَانَةً تَقُومُ اللَّيْلَ وَتَصُومُ النَّهَارَ، وتفعلُ، وتصدقُ، وَتُؤْذِي جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا؟ فَقَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا خَيْرَ فِيهَا، هِيَ من أهل النار
Artinya: “Dikatakan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘wahai Rasulullah, sesungguhnya fulanah (seorang wanita) rajin mendirikan sholat malam, gemar puasa di siang hari, mengerjakan (kebaikan) dan bersedekah, tapi sering menyakiti tetangganya dengan lisannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, ‘tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk penghuni neraka’,” (HR Bukhori).
Nabi Muhammad SAW jugamengisahkan tentang seorang yang dimasukkan ke dalam neraka lantaran seekor kucing, sebagaimana berikut:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: عُذِّبَتِ امْرَأَةٌ فِي هِرَّةٍ سَجَنَتْهَا حَتَّى مَاتَتْ فَدَخَلَتْ فِيهَا النَّارَ، لاَ هِيَ أَطْعَمَتْهَا وَلاَ سَقَتْهَا إِذْ حَبَسَتْهَا وَلاَ هِيَ تَرَكَتْهَا تَأْكُلُ مِنْ خَشَاشِ الأَرْضِ.
Artinya: Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘ada seorang wanita yang diazab karena seekor kucing yang dikurungnya hingga mati, wanita itu masuk neraka karenanya. Kucing itu tidak diberinya makan, tidak diberinya minum, tidak pula dilepaskannya hingga dia bisa memakan hewan yang ada di tanah’,” (HR Bukhori dan Muslim).
Demikianlah penjelasan tiga perkara yang tidak boleh diremehkan, sekecil apa pun itu. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semuanya, aamiin.
Wallohu A’lam
Oleh Aryan Andika