4 Hikmah Diturunkannya Al-Qur’an secara Berangsur-angsur, Simak
TSIRWAH INDONESIA – Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang berisi tentang petunjuk dalam menjalani kehidupan agar selalu berada di jalan yang baik.
Al-Qur’an tidak diturunkan secara sekaligus melainkan bertahap. Berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya yang Allah subhanahu wa ta’ala turunkan secara langsung satu paket. Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Furqan ayat 32:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُواْ لَوْلاَ نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلاً
Artinya: “Dan orang-orang kafir berkata, ‘mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?’ Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan, dan benar).”
Syekh ‘Abdul Qadir bin Musa bin Abdullah Al-Jilani dalam kitabnya Al-Ghunyah li Thalibi Tharaqil Haqq berpendapat bahwa Al-Qur’an yang diturunkan secara bertahap menjadi kitab yang terbaik dibandingkan dengan kitab-kitab sebelumnya yang diturunkan secara langsung.
Berikut ulasan Syekh ‘Abdul Qadir bin Musa bin Abdullah Al-Jilani yaitu:
– أَنَّ اللهَ أَنْزَلَ الْكِتَابَ جُمْلَةً وَاحِدَةً وَأَنْزَلَ الْفُرْقَانَ مُتَفَرِّقًا. فَقِيْلَ أَيُّهُمَا أَحْسَنُ نُزُوْلًا؟ اَلْقُرْأَنُ أَحْسَنُ
Artinya: “Sungguh, Allah menurunkan kitab (sebelum Al-Qur’an) satu kali secara keseluruhan, dan menurunkan Al-Furqan (Al-Qur’an) secara terpisah. Maka, jika ditanyakan: mana yang lebih baik turunnya? (Maka jawabannya) Al-Qur’an lebih baik.”
Diturunkannya Al-Qur’an secara terpisah dan waktu yang berbeda lebih baik daripada diturunkannya kitab sebelumnya secara keseluruhan dengan satu waktu. Berikut ini Syekh ‘Abdul Qadir bin Musa bin Abdullah Al-Jilani menjelaskan sebabnya:
– لِأَنَّ اللهَ تَعَالَى لَمَّا أَنْزَلَ التَّوْرَاةَ جُمْلَةً وَاحِدَةُ فَقَبَلَهَا بَنُوْ اِسْرَائِيْلَ، فَعَمِلُوْا بِهَا قَلِيْلًا، فَثَقُلَتْ عَلَيْهِمْ تِلْكَ الْأَوَامِرُ وَالنَّوَاهِي فِي التَّوْرَاةِ فَقَالُوْا سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا
Artinya: “Karena sesungguhnya, ketika Allah Ta’ala menurunkan Taurat secara langsung, maka Bani Israil menerimanya, kemudian sedikit mengamalkannya, dan sangat berat bagi mereka (mengerjakan) semua perintah dan larangan yang ada dalamnya. Kemudian mereka berkata, ‘kami mendengarkan tetapi kami tidak menaati’.”
Diturunkannya kitab suci secara langsung memberikan tantangan emosional yang sangat berat bagi kaum Bani Israil. Bahkan, tantangan yang mereka terima justru tidak membuat mereka berubah dan mengikuti apa yang diperintahkan dalam kitab suci.
Sedangkan Al-Qur’an, Allah SWT menurunkannya secara berangsur-angsur dan terpisah. Syekh ‘Abdul Qadir bin Musa bin Abdullah Al-Jilani melanjutkan:
– وَأَمَّا الْفُرْقَانُ فَأَنْزَلَهُ اللهُ عَلَى التَّدْرِيْجِ مُتَفَرِّقًا، فَأَوَّلُ مَا أَمَرَ اللهُ المُؤْمِنِيْنَ بِقَوْلِهِ: لَااِلَهَ اِلَّا الله مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله وَضَمِنَ لَهُمْ اِذَا قَالُوْهَا الْجَنَّةَ فَسَمِعُوْا وَأَطَاعُوْا، ثُمَّ أَمَرَهُمْ بِاِقَامَةِ صَلَاتَيْنِ، رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ غُرُوْبِهَا، ثُمَّ أَمَرَهُمْ بِالصَّلَاةِ الْخَمْسِ
Artinya: “Sedangkan Al-Qur’an, Allah menurunkannya secara berangsur-angsur dan terpisah, maka hal pertama yang Allah perintahkan kepada orang mukmin adalah perintah mengucapkan laa ilaaha illallaahu muhammadur rasulullah dan memberikan jaminan surga kepada mereka bila mengucapkannya. Karenanya mereka mendengarkan dan menaatinya. Kemudian Allah memerintahkan mereka dengan mengerjakan dua kali sholat, dua rakaat sebelum terbitnya matahari dan dua rakaat setelah terbenamnya matahari, kemudian memerintahkan mereka dengan sholat lima waktu.”
Setelah itu Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk melakukan sholat Jum’at dengan berjamaah, kemudian memerintahkan zakat, menambah perintah puasa satu bulan selama Ramadhan, selanjutnya ditambah jihad, dan setelah itu ditambah dengan perintah haji.
Setelah semua perintah dan larangan itu selesai, Allah SWT menurunkan ayat penutup tepatnya ketika Haji Wada’ dalam Al-Qur’an surat Al-Ma’idah ayat 3, yaitu:
اَلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلامَ دِينًا
Artinya: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah aku ridhoi Islam sebagai agamamu.”
BACA JUGA: Umat Islam Perlu Tahu, Berikut Pengertian dan Sejarah Asbabun Nuzul
Hikmah Diturunkannya Al-Quran secara Berangsur
1. Menguatkan Hati Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
Hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur dan terpisah adalah untuk mengukuhkan, mengokohkan, dan menguatkan hati Nabi Muhammad SAW. Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Furqan ayat 32 yaitu:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُواْ لَوْلاَ نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلاً
Artinya: “Dan orang-orang kafir berkata, ‘mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?’ Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan, dan benar).”
Ayat-ayat yang diturunkan secara berangsur membuat tenang hati Nabi Muhammad SAW dan beliau merasa yakin bahwa Allah SWT selalu ada bersamanya.
2. Memudahkan Manusia
Alasan Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur adalah untuk memudahkan manusia dalam menerima, menghafal, memahami, dan mengamalkannya, sebab Al-Qur’an dibacakan sedikit demi sedikit.
Allah SWT sudah tegaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Isra’ ayat 106, yaitu sebagai berikut:
وَقُرْاٰنًا فَرَقْنٰهُ لِتَقْرَاَهٗ عَلَى النَّاسِ عَلٰى مُكْثٍ وَّنَزَّلْنٰهُ تَنْزِيْلًا
Artinya: “Al-Qur’an Kami turunkan berangsur-angsur agar engkau (Nabi Muhammad) membacakannya kepada manusia secara perlahan-lahan dan Kami benar-benar menurunkannya secara bertahap.”
Ketika Allah SWT menurunkan Taurat secara langsung satu paket, Bani Israil menerimanya, kemudian sedikit mengamalkannya, dan sangat berat bagi mereka (mengerjakan) semua perintah dan menjauhi larangan yang ada dalamnya.
Berbeda dengan para sahabat nabi. Ketika Nabi Muhammad SAW mendapatkan wahyu, kemudian disampaikan kepada sahabat, mereka menerimanya, mempelajarinya, menghafalkannya kemudian mengamalkannya.
3. Menyesuaikan Situasi dan Kondisi
Al-Qur’an diturunkan menyesuaikan dengan berbagai kejadian, situasi, dan kondisi. Contohnya, Nabi Muhammad SAW pernah diejek dan didesak oleh kaum Quraisy untuk membuktikan mukjizatnya yaitu membelah bulan, sebagaimana hadits berikut:
أَنَّ أَهْلَ مَكَّةَ سَأَلُوا رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ يُرِيَهُمْ آيَةً، فَأَرَاهُمُ انْشِقَاقَ الْقَمَرِ فَأَرَاهُمُ الْقَمَرَ شِقَّتَيْنِ حَتَّى رَأَوْا حِرَاءً بَيْنَهُمَا
Artinya: “Sesungguhnya, orang-orang Makkah pernah meminta kepada Rasulullah SAW supaya memperlihatkan satu tanda bukti kepada mereka. Kemudian, beliau memperlihatkan bulan yang terbelah dua hingga Gunung Hira dapat mereka lihat di antara kedua belahannya,” (HR Bukhari dan Muslim).
Dengan adanya kejadian tersebut, sebagian dari kaum Quraisy ada yang memilih beriman. Namun, ada juga yang tetap memilih ingkar. Sebab itu pula, Allah SWT menurunkan firman-Nya surah Al-Qomar ayat 1-3:
اِقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ(1) وَاِنْ يَّرَوْا اٰيَةً يُّعْرِضُوْا وَيَقُوْلُوْا سِحْرٌ مُّسْتَمِرٌّ(2) وَكَذَّبُوْا وَاتَّبَعُوْٓا اَهْوَاۤءَهُمْ وَكُلُّ اَمْرٍ مُّسْتَقِرٌّ(3)
Artinya: “Hari kiamat makin dekat dan bulan terbelah. Jika mereka (kaum musyrik Makkah) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, ‘(ini adalah) sihir yang terus-menerus’. Mereka mendustakan (Nabi Muhammad) dan mengikuti keinginan mereka, padahal setiap urusan telah ada ketetapannya.”
Selain itu, diturunkan berangsur sebagai penahapan suatu ketetapan seperti penetapan akidah yang benar, hukum-hukum syariat, dan akhlak mulia.
4. Al-Qur’an Menjadi Kuat dan Kokoh hingga Hari Kiamat
Al-Quran adalah mukjizat yang kuat dan kokoh yang tidak akan pernah runtuh sampai hari kiamat. Mukjizat ini abadi, karena ia selalu dalam lingkungan dan pemeliharaan Allah SWT.
Allah SWT yang telah menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Allah SWT pula yang benar-benar menjaga, dan memelihara kemurnian Al-Qur’an sampai hari kiamat, sebagaimana dalam firman-Nya surat Al-Hijr ayat 9:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ
Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
Al-Qur’an abadi, tidak seperti mukjizat-mukjizat lain yang diberikan kepada nabi-nabi terdahulu. Mukjizat-mukjizat terdahulu telah tiada, sejalan dengan berakhirnya hidup para nabi menjalankan misi kenabian.
Demikianlah penjelasan hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur. Semoga Allah SWT meningkatkan keimanan kita, menganugerahkan cinta Al-Qur’an kepada kita, dan rindu membacanya sepanjang siang dan malam, aamiin.
Wallohu A’lam
Oleh Aryan Andika