Memahami 4 Kriteria Orang yang Matang Beragama, Simak
TSIRWAH INDONESIA – Kematangan beragama saat seseorang mampu untuk mengenali, dan memahami nilai agama yang terletak pada nilai-nilai luhurnya, serta menjadikan nilai-nilai agama sebagai pedoman dalam bersikap, dan bertingkah laku.
Seorang ahli Psikologi, Hafi Anshari dalam Jurnal Of Islamic Psicology tentang Analisis Kematangan Beragama berpendapat, bahwa kematangan beragama biasanya ditunjukkan dengan kesadaran dan keyakinan agama yang teguh, karena menganggap benar akan agama yang dianutnya, dan ia memerlukan agama dalam hidupnya.
Beberapa Kriteria Orang yang Matang Beragama dalam Alquran Sebagai Berikut:
Sangat Cinta kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Cinta kepada Allah SWT (mahabbah) adalah konsep dalam Islam yang menunjukkan cinta mendalam, dan pengabdian yang total kepada Allah SWT.
Cinta kepada Allah SWT merupakan tujuan tertinggi dalam hidup manusia, dan mencerminkan perasaan cinta secara ruhaniah kepada Allah SWT. Salah satunya terdapat dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 165 sebagai berikut:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ ۙوَلَوْ يَرَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْٓا اِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَۙ اَنَّ الْقُوَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًا ۙوَّاَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعَذَابِ
Artinya: “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya mereka menyesal).”
Ayat di atas menjelaskan tentang cinta orang beriman kepada Allah SWT, yang cintanya sangat besar melebihi cinta orang musyrik kepada sesembahan dan berhala mereka.
BACA JUGA: Hidup Tidak Punya Tujuan, Lakukan 3 Amalan Ini agar Hidup Terarah
Beriman kepada Semua Nabi dan Rasul
Beriman kepada semua nabi dan rasul adalah percaya kepada semua nabi dan rasul yang mendapat wahyu oleh Allah SWT. Nabi adalah seseorang yang menerima wahyu dari Allah SWT untuk dirinya sendiri, sementara rasul adalah seseorang yang menerima wahyu untuk disampaikan kepada umat.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 136 sebagai berikut:
قُوْلُوْٓا اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَمَآ اُنْزِلَ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَمَآ اُوْتِيَ مُوْسٰى وَعِيْسٰى وَمَآ اُوْتِيَ النَّبِيُّوْنَ مِنْ رَّبِّهِمْۚ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْۖ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ
Artinya: “Katakanlah, ‘Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan kami berserah diri kepada-Nya’.”
Dalam ayat ini disebutkan orang-orang yang tertentu dari kalangan para rasul, sedangkan yang lainnya disebutkan secara global. Hendaknya mereka tidak membeda-bedakan seorang pun di antara para rasul itu, bahkan mereka wajib beriman kepada semua rasul.
Selalu Membantu dalam Kebaikan
Selalu siap membantu dalam kebaikan adalah salah satu cara untuk menunjukkan upaya, dan perasaan cinta terhadap Allah SWT, dan sesama. Perintah ini terdapat dalam Alquran surat Al-Maidah ayat 2 sebagai berikut:
وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.”
Ayat di atas menjelaskan tentang kewajiban tolong-menolong sesama muslim dalam berbuat kebaikan dan bertakwa. Konsep ini menekankan pentingnya saling membantu dalam hal-hal baik, seperti membantu orang miskin, memberikan sumbangan, dan saling mendukung dalam kebaikan.
Bersikap Adil
Bersikap adil merupakan perilaku yang menunjukkan kesetaraan dalam memperlakukan sesuatu dengan mempertimbangkan hak dan kewajiban setiap individu secara seimbang.
Allah menekankan pentingnya saling membantu antar sesama umat Muslim dalam hal kebaikan dan ketakwaan. Sebagaimana firman-Nya dalam Alquran surat An-Nisa ayat 135 sebagai berikut:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاۤءَ لِلّٰهِ وَلَوْ عَلٰٓى اَنْفُسِكُمْ اَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ ۚ اِنْ يَّكُنْ غَنِيًّا اَوْ فَقِيْرًا فَاللّٰهُ اَوْلٰى بِهِمَاۗ فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوٰٓى اَنْ تَعْدِلُوْا ۚ وَاِنْ تَلْوٗٓا اَوْ تُعْرِضُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Maha teliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan.”
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya agar menegakkan keadilan dan berlaku adil.
Tidak goyah dalam menegakkan keadilan hanya karena celaan orang lain dan tidak terpengaruh oleh sesuatu yang membuatnya berpaling dari keadilan. Kaum mukminin harus saling mendukung dan bersinergi menegakkan keadilan.
Wallahu a’lam
Oleh Suningsih