Hikmah & Wawasan

5 Perkara yang Ditakutkan Rasulullah akan Dicintai Umatnya, Ini Rahasianya

TSIRWAH INDONESIA – Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beberapa kesempatan menyampaikan hadis yang belum terjadi pada masa tersebut. Salah satunya ialah hadis yang menyatakan tentang lima perkara yang dicintai umatnya, sehingga melalaikan lima hal lainnya.

Hal ini tidak lain merupakan bagian dari mukjizat kenabian, yang salah satu fungsinya sebagai pengingat dan nasehat kepada para pengikutnya. 

Hadis ini diabadikan dalam kitab Syarah Nasoihul ‘Ibad bab dua maqolah (hadis) yang ke dua tulisan Syekh Muhammad Nawawi bin Umar Al-Jawi (Nawawi Al-Bantani) sebagai berikut:

سيأتي على امتي زمان يحبون الخمس وينسون الخمس . يحبون الدنيا وينسون الأخرة ,و يحبون الحياة وينسون الموت , و يحبون القصور وينسون القبور , و يحبون المال وينسون الحساب ,و يحبون الخلق وينسون الخالق هُمْ مِنِّي بَرَاءٌ وَاَنَا مِنْهُمْ بريء.

Artinya: “Akan datang suatu zaman pada umatku, mereka menyukai lima (perkara) dan lupa terhadap lima (perkara): menyukai dunia dan lalai terhadap akhirat, menyukai hidup (di dunia) dan lupa terhadap maut, menyukai gedung dan melupakan kubur, menyukai harta dan melupakan hari perhitungan, menyukai ciptaan (keduniaan) dan melupakan pencipta, maka apabila hal tersebut telah terjadi, mereka itu jauh dariku, dan aku jauh dari mereka.”

Hadis di atas menjelaskan tentang lima perkara yang dicintai umat Rasulullah SAW di masa depan, sehingga melupakan lima perkara lainnya. 

Disebut hadis yang menceritakan masa depan dikarenakan pada masa Rasulullah SAW, umat Islam banyak yang patuh dan beriman. Kala itu belum tampak umat yang mencintai perkara dunia. Lima perkara yang dicintai ialah sebagai berikut:

BACA JUGA: Lakukan 3 Hal Ini Jika Ingin Posisi Tinggi di Akhirat

Pada poin pertama, nabi menjelaskan tentang kecintaan terhadap dunia. Alquran mengibaratkan dunia sebatas permainan dan senda gurau, sebagaimana dijelaskan di dalam surah Al-An’am ayat 32, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ

Artinya: “Dan kehidupan dunia tak lain adalah permainan dan senda gurau.” 

Melalui ayat di atas, dapat diketahui bahwa dunia bukanlah tujuan akhir, sehingga tidak seharusnya umat islam menjadikan dunia sebagai sesuatu yang sangat dicintai hingga melupakan akhirat. 

Poin kedua tidak jauh dari yang pertama. Kehidupan yang dijalani manusia tidak lain adalah kehidupan di dunia yang bersifat sementara. 

Sedangkan perjalanan abadi ialah perjalanan setelah mati. Alam kubur atau yang biasa disebut alam Barzakh merupakan penghubung antara alam dunia dan alam akhirat.

Meski diibaratkan sebagai tempat senda gurau, dunia juga sangat penting sebagai ladang mencari bekal kelak di hari kiamat. Sebab, amal yang diterima Allah SWT hanya amal manusia ketika masih hidup di dunia. 

Penyesalan orang-orang ketika telah meninggal akibat persiapan di dunia yang kurang, diceritakan dalam surah Al-Mukminun ayat 99-100, Allah SWT berfirman: 

حَتّٰىٓ اِذَا جَاۤءَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُوْنِ ۙ

لَعَلِّيْٓ اَعْمَلُ صَالِحًا فِيْمَا تَرَكْتُ كَلَّا ۗاِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَاۤىِٕلُهَاۗ وَمِنْ وَّرَاۤىِٕهِمْ بَرْزَخٌ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ

Artinya: “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu) hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, ‘Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat beramal saleh yang telah aku tinggalkan.’ Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Di hadapan mereka ada (alam) barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan.”

Memiliki bangunan atau gedung yang tinggi merupakan impian kebanyakan orang. Memiliki benda tersebut menjadi tanda ia berada di strata kaya dalam hal kepemilikan.

Dikutip dari Syarah Nasoihul Ibad, maksud dari menyukai bangunan ialah seseorang terlalu sibuk untuk membangun dan menghiasi rumah yang ia tinggali. 

Hal ini dengan kata lain bahwa orang tersebut lupa akan tujuan awal ia dilahirkan di dunia, yakni mencari bekal. Seseorang yang sadar, akan membangun rumah sesuai batas kemampuan serta kebutuhan primer sebagai tempat berlindung. 

Sebaliknya, orang yang lupa akan menghabiskan waktunya untuk menghiasi rumah, sehingga ia lupa untuk mencari bekal di kehidupan setelah mati.

Poin berikutnya ialah mencintai harta. Pada hakikatnya, harta merupakan titipan Allah SWT yang di dalamnya terdapat hak orang lain. Hak tersebut wajib dikeluarkan bila telah mencapai batas minimal nominal, dan waktu yang telah ditentukan dalam bentuk zakat harta (zakat mal). 

Perintah zakat salah satunya disebutkan dalam Alquran surah Al-Bayyinah ayat 5, Allah SWT berfirman:

وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ

Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.

Poin terakhir adalah mencintai makhluk daripada khalik, yaitu Allah SWT. Hadis ini bukan bermaksud mencintai hal maupun seseorang secara keseluruhan, sehingga seseorang mencegah diri untuk mencintai sesuatu kecuali Allah SWT.

Sebaliknya, nabi memperingatkan kepada orang yang mencintai sesuatu secara berlebihan, sehingga melalaikan kewajibannya kepada Allah SWT, yaitu beribadah.

Ibadah yang dimaksud bisa dalam bentuk sholat, maupun berzikir. Mencintai seseorang secara berlebihan juga dilarang sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW dalam hadis berikut:

حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُوَيْدُ بْنُ عَمْرٍو الكَلْبِيُّ، عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أُرَاهُ رَفَعَهُ، قَالَ: أَحْبِبْ حَبِيبَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ بَغِيضَكَ يَوْمًا مَا، وَأَبْغِضْ بَغِيضَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ حَبِيبَكَ يَوْمًا مَا.

Artinya: “Abu Kuraib telah menceritakan kepadaku: telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Amru Al-Kalbi dari Hammad bin Salamah dari Ayyub dari Muhammad bin Sirrin dari Abu Hurairah: ‘cintailah orang yang kamu cintai seperlunya, karena bisa saja ia akan menjadi musuhmu suatu saat kelak, bencilah seseorang seperlunya, karena boleh jadi kelak ia menjadi orang yang engkau cintai’,” (HR. Tirmidzi).

Demikian hadis yang menjelaskan lima perkara yang ditakutkan Rasulullah SAW akan dicintai umatnya. Lima hal tersebut merupakan perkara yang bersifat keduniaan. Tujuan dari hadis di atas tidak lain untuk mengingatkan umat islam supaya tidak terlena dengan keindahan dunia, dan memperbanyak amal akhirat.

Wallohu A’lam
Oleh Ustadz Muhammad Wildan Saiful Amri Wibowo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator