AkhlakHikmah & Wawasan

Takut Kepada Allah, Begini Cara Menanamkannya, Simak

TSIRWAH INDONESIA – Takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala merupakan sifat yang harus ditanamkan oleh seorang hamba. Perasaan ini muncul dengan cara muhasabah dan mengingat dosa, kemudian terdorong untuk memohon ampun pada Allah SWT.

Takut kepada Allah SWT membuat seorang hamba ingin mendekat kepada Allah dengan cara bertaubat, beristighfar, dan memperbanyak amal saleh.

Tidak sama seperti takut kepada makhluk, yang menuntun untuk menghindari makhluk tersebut.

Takut kepada Allah dasarnya adalah ketakwaan. Allah SWT berfirman dalam Alquran surat al-Hajj ayat 1-2:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمْ اِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيْمٌ يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّآ اَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكٰرٰى وَمَا هُمْ بِسُكٰرٰى وَلٰكِنَّ عَذَابَ اللّٰهِ شَدِيْدٌ

Artinya: “Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu. Sesungguhnya guncangan hari Kiamat itu, adalah sesuatu yang sangat besar. Pada hari kamu melihatnya (guncangan itu), semua perempuan yang menyusui melupakan anak yang disusuinya, setiap perempuan yang hamil akan keguguran kandungannya, dan kamu melihat manusia mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk. Akan tetapi, azab Allah itu sangat keras.

Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya yang berjudul Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim mengatakan terkait ayat ini:

يَقُولُ تَعَالَى آمِرًا عِبَادَهُ بِتَقْوَاهُ، وَمُخْبِرًا لَهُمْ بِمَا يُسْتَقْبَلُونَ مِنْ أَهْوَالِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَزَلَازِلِهَا وَأَحْوَالِهِا.

Artinya: “Allah SWT berfirman dengan memerintahkan hamba-Nya, untuk bertakwa kepada-Nya, dan mengabarkan pada mereka, apa yang akan mereka hadapi di masa mendatang di antara ketakutan-ketakutan di hari kiamat, guncangan-guncangannya, dan keadaan-keadaannya.

Salah satu cara Allah SWT untuk memunculkan rasa takut pada-Nya, ialah dengan perintah bertakwa, yang diikuti gambaran tentang hari akhir. Jika hanya perintah saja, maka manusia akan mencari alasan mengapa harus bertakwa.

Berbeda halnya jika perintah itu diikuti dengan gambaran tentang hari akhir, maka manusia tidak perlu mencari lagi alasan mengapa harus takut kepada Allah, sebab Allah sudah menjelaskan alasan di balik perintah tersebut.

Imam Fakhruddin ar-Razi dalam kitabnya Mafatih al-Ghaib menjelaskan tentang ayat ini:

اعْلَمْ أنَّهُ تَعالى أمَرَ النّاسَ بِالتَّقْوى، فَدَخَلَ فِيهِ أنْ يَتَّقِيَ كُلَّ مُحَرَّمٍ ويَتَّقِيَ تَرْكَ كُلِّ واجِبٍ وإنَّما دَخَلَ فِيهِ الأمْرانِ لِأنَّ المُتَّقِيَ إنَّما يَتَّقِي ما يَخافُهُ مِن عَذابِ اللَّهِ تَعالى فَيَدَعُ لِأجْلِهِ المُحَرَّمَ ويَفْعَلُ لِأجْلِهِ الواجِبَ، ولا يَكادُ يَدْخُلُ فِيهِ النَّوافِلُ؛ لِأنَّ المُكَلَّفَ لا يَخافُ بِتَرْكِها العَذابَ، وإنَّما يَرْجُو بِفِعْلِها الثَّوابَ فَإذا قالَ: ﴿اتَّقُوا رَبَّكُمْ﴾ فالمُرادُ اتَّقُوا عَذابَ رَبِّكم.

Artinya: “Ketahuilah, bahwa Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk bertakwa, termasuk ke dalamnya berhati-hati dengan segala yang telah diharamkan, dan berhati-hati untuk tidak meninggalkan setiap kewajiban. Sesungguhnya termasuk ke dalamnya dua perintah, karena sesungguhnya berhati-hati pada sebagian azab yang Allah SWT sebutkan, kemudian mereka diseru untuk meninggalkan keharaman, dan mengerjakan kewajiban. Tidak termasuk di dalamnya amalan-amalan sunah, karena seorang hamba tidak diazab karena meninggalkannya, dan berharap pahala karena mengerjakannya. Ketika Allah berfirman: (Bertakwalah pada Tuhanmu) maka maksudnya adalah takutlah kepada azab Tuhanmu.

Ketika disebutkan pada ayat ini ‘bertakwalah pada Allah’, maka maksudnya adalah ‘takutlah pada azab Allah’. Ini merujuk pada sebagian azab yang Allah sebutkan setelah perintah-Nya untuk bertakwa.

Jika seorang hamba sudah merasa takut kepada Allah, maka ketakutannya akan mendorong untuk menangis karena Allah, meski harus mencobanya dengan berpura-pura menangis.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا

Artinya: “Sekiranya kalian tahu apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan kalian akan banyak menangis,” (Muttafaq ‘Alaihi).

Imam an-Nawawi menjelaskan dalam kitab al-Minhaj Syarah Shahih Muslim:

مَعْنَاهُ لَوْ تَعْلَمُونَ مِنْ عِظَمِ انْتِقَامِ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ أَهْلِ الْجَرَائِمِ وَشِدَّةِ عِقَابِهِ وَأَهْوَالِ الْقِيَامَةِ وَمَا بَعْدَهَا كَمَا عَلِمْتُ، وَتَرَوْنَ النَّارَ كَمَا رَأَيْتُ فِي مَقَامِي هَذَا لَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا ، وَلَقَلَّ ضَحِكُكُمْ لِفِكْرِكُمْ فِيمَا عَلِمْتُمُوهُ

Artinya: “Makna sabda Rasulullah SAW: Seandainya kalian mengetahui di antara beratnya murka Allah SWT bagi para pelaku dosa, pedihnya hukuman-Nya, dan berbagai ketakutan di hari kiamat, serta yang datang setelahnya sebagaimana yang aku ketahui, dan juga kalian melihat neraka, sebagaimana aku melihatnya dari tempatku ini, maka kalian akan benar-benar banyak menangis sebab apa yang kalian pikirkan, dari apa yang telah aku ketahui dari semua itu.

Manusia tidak dapat melihat hal-hal gaib, seperti azab kubur, atau siksa neraka. Seandainya mampu, maka akan timbul rasa takut, hingga tidak ada lagi keinginan untuk bersenda gurau, karena merasa bahwa banyak waktu terbuang, tapi tidak memperbanyak amal saleh.

Rasa takut yang muncul dari renungan terhadap azab kubur, siksa neraka, dan dahsyatnya hari kiamat, membuat seseorang ingin memperbanyak tangisannya pada Allah SWT, karena mengingat dosanya yang banyak, dan takut azab Allah yang paling pedih menimpanya.

Jika sudah sampai menangis karena takut pada Allah, maka ada harapan bahwa tangisan karena takut kepada Allah ini akan mendatangkan rahmat dari-Nya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

مَنْ ذَكَرَ اللهَ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ حَتَّى يُصِيبَ الْأَرْضَ مِنْ دُمُوعِهِ لَمْ يُعَذِّبْهُ اللهُ تَعَالَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya: “Barangsiapa mengingat Allah kemudian keluar air matanya karena takut kepada Allah hingga bercucuran jatuh ke tanah, maka ia tidak akan disiksa di hari kiamat kelak,” (HR al-Hakim).

Tangisan karena takut kepada Allah, merupakan bukti bahwa seorang hamba telah menyadari banyaknya dosa yang dilakukan, merasa lemah, dan tidak berdaya, sehingga sangat membutuhkan rahmat Allah.

Pengakuan dosa dalam bentuk tangisan itulah yang membuat Allah ridha, sehingga mengampuni dosa-dosa yang telah diperbuat oleh hamba-Nya.

Rasa takut kepada Allah harus dimiliki oleh seorang hamba, sebagai wujud keimanan dan ketakwaan.

Rasa takut pada Allah tumbuh dengan cara merenungi dosa-dosanya yang telah diperbuat, juga dengan memikirkan tentang azab yang akan Allah timpakan kepadanya, seandainya perbuatan tersebut masih dilakukan, dan belum sempat bertaubat sebelum wafat.

Mengingat dosa dan azab Allah, menjadi motivasi yang kuat untuk mendorong diri meningkatkan amal saleh dan menjauhi kemaksiatan. Rasa takut kepada Allah, harus ditanamkan dan ditumbuhkan untuk menggapai ridha Allah SWT.

Wallahu A’lam
Oleh Alvy Rizqy Pratama

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator