Hikmah & Wawasan

Menjawab Tuduhan Syirik dalam Syair Burdah

TSIRWAH INDONESIA – Syair burdah menjadi gubahan pujian kepada Rasulullah shallahu alaihi wasallam yang masyhur seantero dunia. Banyak majelis maupun pesantren yang menggelar pembacaan dan pengijazahan syair ini.

Gubahan syair ini berisikan 160 bait yang ditulis oleh Imam Al-Bushiri. Tidak hanya pujian, penulis juga memenuhinya dengan sirah nabi, mukjizat Al-Qur’an, Isra Mikraj, tasawul, syafa’at, dan munajat kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Meskipun namanya sudah terkenal, nyatanya syair burdah ini tak lepas dari ujaran kebencian sebagian pihak. Mereka mengklaim bahwa gubahan Imam Al-Bushiri ada beberapa yang terindikasi masuk dalam unsur kesyirikan.

Bait yang Disalahpahami

Pertama, bait ke ke-76, sebagian pihak berpendapat bahwa Imam Al-Bushiri bersumpah dengan selain Allah SWT. Sebagaimana teks di bawah ini:

أقسمت بالقمر المنشق إن له من قلبه نسبة مبرورة القسم

Artinya: Aku bersumpah demi penguasa rembulan nan pecahSesungguhnya hati Nabi nan terbelah bak bulan yang terbelah.”

Bait tersebut secara eksplisit mengutarakan Imam Al-Bushiri bersumpah selain Allah SWT. Sedangkan siapapun orang yang bersumpah pada selain-Nya maka dianggap syirik berlandaskan hadist nabi di bawah ini:

من حلف بغير الله فقد أشرك

Artinya: “Baransiapa yang bersumpah dengan selain Allah maka sungguh dia telah berbuat syirik, (HR. Ahmad).

Kedua, bait ke-152, mereka juga menilai sang Imam terperangkap ghuluw (berlebihan) memuji nabi seperti yang tercantum dalam teks berikut:

يَا أَكْرَمَ الْخَلْقِ مَا لِيْ مَنْ أَلُوْذُ بِهِ سِوَاكَ عِنْدَ حُلُوْلِ الحَادِثِ الْعَمَمِ

Artinya: “Wahai makhluk paling mulia, tiada orang tempat perlindungan hambaSelain engkau baginda kala huru-hara kiamat melanda semua manusia.”

Bagi mereka, bait tersebut menyamakan Nabi Muhammad SAW dengan Allah SWT. Kedudukan nabi setara sebagai tempat berlindung di hari kiamat. Padahal, Allah-lah tempat bergantung dan berlindung dari segala sesuatu.

BACA JUGA: Doa Sapu Jagat: Raup Kebaikan Dunia Akhirat dalam Satu Tarikan Nafas

Menjawab Tuduhan

Menjawab tuduhan-tuduhan tersebut Syaikhul Azhar, Imam Al-Bajuri berkomentar di dalam kitabnya, Syarah Burdah, sebagaimana berikut:

Pertama, menurut Al-Bajuri, penyair tidaklah bersumpah dengan bulan tapi beliau bersumpah dengan ‘Rabb’ pemilik bulan. Al-Bajuri menjelaskan bahwa ada kata ‘Rabb’ yang dibuang dalam lafal tersebut, sehingga taqdirannya menjadi seperti berikut:

أقسمت برب القمر

Artinya: “Aku bersumpah dengan Rabbnya bulan.”

Kedua, bait ke-152 tersebut disyarah oleh Al-Bajuri dengan ungkapan berikut ini:

ليس لي أحد ألتجئ إليه غيرك. وقوله عند نزول حادث العمم أي عند نزول الحادث العام, أي الشامل لجميع الخلق, والمراد يوم القيامة

Artinya: “Aku tak punya seorangpun untuk aku berlindung selain engkau (Nabi Muhammad). Sedangkan redaksi ‘ketika turun musibah besar yakni ketika turun peristiwa besar berupa hari kiamat’.”

Pemaparan Al-Bajuri di atas, jelas bahwa yang dimaksud adalah peristiwa di hari kiamat. Di kala seluruh manusia ketakutan dan berusaha mencari tempat perlindungan dan syafaat. Hal ini dipertegas lagi oleh Al-Bajuri dalam keterangan setelahnya berikut ini:

كلا من الرسل يقول حينئذ (نفسي نفسي)) والنبي ﷺ يقول ((أمتي أمتي))

Artinya: “Tiap Rasul pada waktu itu berkata, ‘Diriku, diriku’, sedangkan Nabi Muhammad SAW. malah berkata, ‘Umatku umatku’.”

Perkataan tersebut menegaskan bahwa nabi-lah yang pada saat itu dicari sebagai sosok yang akan mensyafaati umatnya. Berbeda dengan para nabi lainnya, mereka tidak diberi kemampuan tersebut dari Allah. Inilah keistimewaan beliau.

Kesimpulannya, apa yang ditulis oleh penyair bukanlah termasuk bentuk kesyirikan. Beliau tidak bersumpah dengan selain Allah SWT dan tidak pula memposisikan nabi setara dengan-Nya.

Oleh karenanya, jangan sekali-kali kita dengan mudah menuduh tanpa dasar. Bahkan, mengatakan orang tersebut telah keluar dari Islam.

Kita perlu bekal pemahaman dan keilmuan yang luas. Modal tersebut menjadi penting sebelum mengkaji sesuatu sehingga kita tidak dengan mudah menuduh ataupun mencela orang lain.

Wallohu A’lam
Oleh Muhammad Izharuddin

Editor: St. Chikmatul Haniah

Aktivis Dakwah, Penulis, Content creator, serta peniti karir akhirat dengan membangun rumah santri virtual melalui media sosial.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator