Ghazwul Fikr: Perang Pemikiran yang Sangat Berbahaya bagi Umat Islam
TSIRWAH INDONESIA – Ghazwul fikr berasal dari kata ghazwah yang berarti serangan dan fikr yang berarti pemikiran. Ghazwul fikr dapat diartikan sebagai penyerangan terhadap pemikiran umat Islam dengan berbagai cara.
Tujuan Ghazwul Fikr
Ghazwul fikr memengaruhi segala aspek bagi umat Islam, mulai dari pendidikan, gaya berpakaian, bahasa, etika dan norma yang dianut umat Islam. Sebab, ghazwul fikr memiliki tujuan, di antaranya:
1. Ifsadul Akhlak atau Perusakan Akhlak
Musuh-musuh Islam menginginkan umat Islam agar tidak lagi memiliki akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam. Umat Islam dikenalkan dengan berbagai budaya seperti materialistis, menghamburkan waktu, berlebih-lebihan, serta menghilangkan nilai keimanan dan rasa malu dari diri setiap laki-laki maupun perempuan.
2. Tahzhim Al-Fikrah atau Penghancuran Pemikiran
Musuh-musuh Islam mengacaukan pemahaman dan keyakinan umat Islam atas isi, makna, dan kandungan Alqur’an. Memunculkan berbagai macam isme atau pemikiran yang bertentangan dengan Islam, seperti: atheisme, komunisme, liberalisme, dan lain-lain.
3. Idzabah Al-Syakhsiyyah atau Melunturkan Kepribadian
Musuh-musuh Islam menggoyahkan prinsip hidup umat Islam sehingga berat untuk menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
4. Al-Riddah atau Pemurtadan
Musuh-musuh Islam mendorong umat Islam untuk melalaikan kewajiban yang diperintahkan sampai ia meragukan keberadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sarana Ghazwul Fikr
Ghazwul fikr merupakan perang yang tidak menumpahkan darah, tidak menghancurkan bangunan, wilayah, dan dentuman peluru. Namun, setidaknya ada empat cara yang dilakukan musuh-musuh Islam agar ghazwul fikr berhasil, yaitu:
1. Tasykik, yaitu keraguan. Umat Islam dibuat ragu dan dangkal terhadap ketetapan agama Islam. Semakin merasa bahwa ketetapan Islam tidak relevan lagi dengan kehidupan.
2. Tasywih, yaitu pengaburan. Musuh-musuh Islam terus menggambarkan Islam secara buruk, yang membuat umat Islam tidak lagi bangga dengan identitasnya sebagai muslim.
3. Tadzwiib, yaitu pelarutan budaya dan pemikiran. Budaya Islam dan budaya barat dicampur adukkan hingga tidak terlihat jelas mana yang haq (benar) dan bathil (rusak). Dimulai dari menghilangkan akhlak, adab, kesucian, serta harga diri yang menjadi identitas Islam.
4. Taghrib atau westernisasi (meniru budaya barat). Umat Islam didorong untuk menerima seluruh pemikiran, perilaku, dan gaya hidup yang berasal dari negara barat.
Dalam jurnal ‘Workshop Bedah Buku Ghazwul Fikri: Pola Baru Menyerang Islam di LIDMI Kota Kendari’ dijelaskan bahwa musuh-musuh Islam memanfaatkan saluran elektronik dan cetak.
Saluran tersebut digunakan sebagai sarana yang menampilkan istilah 3 F dan 5 S, yaitu fashion (busana), fun (hiburan), food (makanan), song (lagu), sex (seksual), sport (olahraga), shopping (belanja atau konsumerisme), dan science (ilmu pengetahuan).
Secara tidak langsung, umat Islam tidak sadar dirinya telah menjadi murtad karena mengikuti gaya hidup para musuh Islam secara menyeluruh.
Mengatasi Ghazwul Fikr
Umat Islam harus bisa memahami fenomena penyerangan melalui pemikiran atau ghazwul fikr agar bisa memproteksi diri. Setiap ide atau pemikiran yang berkembang, perlu diperhatikan menurut sudut pandang Islam.
Kembalilah ke jalan Allah SWT, kerjakan apa yang telah diperintahkan dan tinggalkan apa yang dilarang di dalam Islam. Berpegang teguh pada Alqur’an yang menjadi pedoman hidup umat Islam di dunia.
Terpenting, galilah ilmu Islam sedalam dan sebaik mungkin. Bagaimana kita akan membentengi diri dari ghazwul fikr jika ilmu Islam saja kita masih kalah dengan musuh-musuh Islam.
Perang pemikiran ini sebenarnya sangatlah lemah jika landasan iman dan pengetahuan kita tentang Islam telah kuat. Allah SWT berfirman dalam Alqur’an surah Al-Baqarah ayat 190:
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
Artinya: “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
Wallohu A’lam
Oleh Fatihah Nur Sa’adah