4 Mukjizat Al-Qur’an: Umat Islam Wajib Tahu, Simak
TSIRWAH INDONESIA – Setiap agama mempunyai pedoman hidup masing-masing, dan Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam. Sebagai pedoman hidup, Al-Qur’an mempunyai mukjizat agung dari Allah subhanahu wa ta’ala yang mengandung banyak perintah, larangan, kisah, peringatan, ancaman, dan hikmah.
Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, oleh karenanya Al-Qur’an menjadi kitab terakhir yang diturunkan Allah SWT setelah kitab-kitab dan suhuf terdahulu.
Ragam Mukjizat Al-Qur’an
Para pakar ilmu Al-Qur’an modern mencoba membahas tentang sisi-sisi kemukjizatan Al-Qur’an. Namun hingga hari ini, mereka belum mencapai titik kata habis dan selesai dalam mencapai bahasan.
Seorang penulis muda, Saihul Basyir dalam bukunya Kun bil Qur’ani Najman menyebut bahwa para ilmuwan itu mengatakan, “Mempelajari ilmu yang dikandung Al-Qur’an bagaikan menyelami samudra lautan yang dipenuhi berlian dan permata. Semakin dalam diselami, semakin banyak hal berharga yang baru kita temui.”
Meskipun begitu, Buya Hamka tetap memerinci setidaknya ada Empat ragam mukjizat Al-Qur’an, yakni:
1. Kefasihan dan Kedalaman Bahasanya
Al-Qur’an memiliki bahasa yang fasih dan tajam (dalam). Tinggi derajat kata dan maknanya, memesonakan pendengarnya, membuat takjub orang Arab selaku ‘si empunya bahasa’.
Al-Qur’an bukanlah syair, dengan susunan rangkai kata menurut suku bilangan tertentu. Bukan pula prosa, puisi atau sajak. Ia berdiri sendiri melebihi karangan manusia yang belum pernah dikenal orang Arab.
Susunan bahasa, kata, dan kalimat Al-Qur’an di luar batas kemampuan manusia. Sehingga mustahil untuk meniru dan menyamainya.
Kaum musyrikin yang menyadari keindahan dan kekuatan Al-Qur’an berbisik-bisik, agar mereka tidak mendengar Al-Qur’an meski satu ayat saja. Hal ini sepadan dengan Al-Qur’an surat Fushilat ayat 26 yang berbunyi:
وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَا تَسْمَعُوْا لِهٰذَا الْقُرْاٰنِ وَالْغَوْا فِيْهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُوْنَ
Artinya: “Orang-orang yang kufur berkata, ‘Janganlah kamu mendengarkan (bacaan) Al-Qur’an ini dan buatlah kegaduhan terhadapnya agar kamu dapat mengalahkan (mereka).”
2. Kisah Tentang Masa Lampau
Mukjizat selanjutnya adalah tentang kisah-kisah yang telah lampau terjadi. Berita tentang kaum ‘Ad, Tsamud, kaum Luth, Ibrahim, Bani Israil, negeri Madyan, dan sebagainya.
Sebagai manusia yang mampu membaca dan menulis, mungkin akan menjadi hal biasa jika mampu menghafal dan mengarang semua cerita nyata di masa lampau.
Berbeda halnya dengan Nabi Muhammad SAW yang ummi atau buta huruf. Maka membaca, menulis atau mengarang kisah ini menjadi hal yang di luar nalar.
Lantas, mungkinkah orang yang ummi mampu menulis, membaca, dan menceritakan berulang kali kejadian dan peristiwa yang terjadi di masa lampau dengan sangat akurat?
Tentu jawabannya adalah karena Al-Qur’an ini bukanlah buatan atau karangan Nabi Muhammad SAW, melainkan murni firman dari Allah SWT.
Hal ini berlandaskan pada Al-Qur’an surat Al-‘Ankabut ayat 48:
وَمَا كُنْتَ تَتْلُوْا مِنْ قَبْلِهٖ مِنْ كِتٰبٍ وَّلَا تَخُطُّهٗ بِيَمِيْنِكَ اِذًا لَّارْتَابَ الْمُبْطِلُوْنَ
Artinya: “Engkau (Nabi Muhammad) tidak pernah membaca suatu kitab pun sebelumnya (Al-Qur’an) dan tidak (pula) menuliskannya dengan tangan kananmu. Sekiranya (engkau pernah membaca dan menulis,) niscaya orang-orang yang mengingkarinya ragu (bahwa ia dari Allah).”
Baca Juga: 3 Hal Menakjubkan dalam Alquran, Segera Baca
3. Kisah yang Akan Terjadi di Masa Mendatang
Redaksi Al-Qur’an juga menjelaskan kisah atau kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa mendatang. Hal ini menjadi bukti kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW, sekaligus menjadi keabsahan Al-Qur’an sebagai kitab yang murni dari Allah SWT.
Kejadian yang dikisahkan bukan hanya omong kosong belaka. Banyak sekali kisah yang akhirnya menjadi nyata beberapa tahun setelah ayat diturunkan.
Sebagai contoh adalah kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia, yang termaktub dalam awal surat Ar-Rum ayat 1-5:
الم.غُلِبَتِ الرُّومُ. فِي أَدْنَى الأرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ. فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الأمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ. بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ.
Artinya: “Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang,”.
Ayat tersebut turun ketika bangsa Romawi kalah atas bangsa Persia. Hal ini menjadi sebab kesedihan kaum muslim karena bangsa Romawi dinilai lebih dekat dengan mereka, sebagai negeri yang sama-sama menyembah Allah SWT. Sedangkan bangsa Persia menyembah api.
Akan tetapi, lanjutan ayat tiga dan seterusnya menunjukkan bila kekalahan itu tak akan berlangsung lama. Seolah menjadi sesuatu yang mustahil bila bangsa Romawi bisa mengalahkan bangsa Persia dalam waktu yang singkat.
Melalui ayat ini, Allah SWT menyampaikan berita baik agar orang-orang Islam tidak bersedih hati dan putus asa. Rasulullah SAW amat memercayainya. Lalu, dikuatkan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq. Benar saja, kemenangan itu bisa diperoleh kembali dalam waktu tidak sampai sepuluh tahun.
4. Tetap dan Abadi
Redaksi Al-Qur’an tidak pernah berubah-ubah kecuali hanya pada zaman Nabi Muhammad SAW saja. Di mana ada keilmuannya tersendiri yang disebut Naskh dan Mansukh. Selain itu, ayat-ayat Al-Qur’an tidak pernah berubah, selalu dijaga oleh Allah SWT melalui lisan para penghafal Al-Qur’an.
Sebagai contoh, dalam hal keilmuan, Nabi Muhammad SAW bukanlah seorang ahli embriologi, astronomi, maupun fisikawan. Namun, ayat-ayat Al-Qur’an yang beliau sampaikan memuat banyak hal keilmuan tinggi yang belum ada penelitiannya.
Apa yang beliau ucapkan empat belas abad lalu, membuat para ilmuwan dan profesor di bidangnya berdecak kagum mengetahui kebenaran yang disampaikannya. Hingga tak sedikit yang kemudian menyatakan keislamannya.
Itulah empat mukjizat Al-Qur’an, penutup, dan penyempurna kitab-kitab terdahulu. Semoga kita dapat istiqomah membaca dan mempelajarinya. Aamiin.
Wallohu a’lam
Oleh: Khoiriyatun Nisa’