4 Tahap Penanaman Akhlak pada Anak, Orang Tua Wajib Tahu
TSIRWAH INDONESIA – Memasuki era digital ini, banyak tantangan bagi orang tua dalam mengasuh anaknya. Pengaruh yang baik dan buruk, sangat mudah anak-anak akses melalui perangkat digital yang mereka miliki.
Salah satu tantangan berat yang orang tua hadapi saat ini ialah membangun akhlak mulia anak. Sebab, kemunduran akhlak merupakan salah satu tantangan besar umat Islam di masa kini.
Dalam hal ini, Islam hadir menyediakan solusi dalam perbaikan akhlak manusia. Rasulullah salallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik,” (HR Ahmad)
Dengan mencontoh akhlak Rasulullah SAW, maka manusia akan mencapai kesempurnaan akhlak. Ketika mencontoh akhlak beliau, seseorang itu juga akan mengamalkan kandungan-kandungan dalam Al-Quran.
Sebelum tumbuh dengan baik, akhlak perlu melalui tahapan penanaman akhlak. Menurut majalah Hidayatullah, Ustadz Nasirul Haq memaparkan bahwa ada 4 tahap yang dapat orang tua lakukan untuk menanamkan akhlak kepada anak.
Proses Memahamkan (Tafhim)
Baik atau buruknya sifat seseorang, tergantung dari seberapa dalam pemahamannya atas kebenaran dan keburukan.
Seseorang yang melawan orang tuanya dengan kasar, menunjukkan bahwa pemahamannya atas sikap yang seharusnya anak tunjukkan kepada orang tua adalah buruk.
Pemahaman yang baik tentu akan menjadikan anak tersebut hormat dan lemah lembut kepada orang tuanya.
Pemahaman tidak hanya anak dapatkan dari pelajaran di sekolah. Hal tersebut juga masuk melalui penglihatan dan pendengaran dari sekelilingnya.
Agar pemahaman yang masuk benar dan baik, maka orang tua perlu mengarahkan dengan selektif.
Pembebanan Kewajiban (Taklif)
Pemahaman saja tidaklah cukup. Kenyataannya banyak orang yang paham aturan namun tetap melanggarnya. Hal ini karena tidak mampunya seseorang itu untuk menahan diri.
Kemampuan menahan diri dapat anak-anak peroleh dengan membiasakan menjalankan yang wajib dan menjauhi yang haram.
Butuh latihan dan pembiasaan dalam melakukan tindakan yang benar dan menjauhi yang buruk, bahkan perlu paksaan sesekali. Seperti contohnya pembiasaan sholat lima waktu.
Pembiasaan bisa ditegakkan dengan reward dan punishment. Kebiasaan yang baik dapat diberikan apresiasi, sedangkan yang melanggar aturan bisa diberi hukuman.
Apresiasi bisa berupa pujian dan hukuman bisa berupa teguran sampai hukuman sesuai dengan kadarnya.
BACA JUGA : 4 Tips Menjadi Guru yang Sukses ala Rasulullah
Pembiasaan Kebaikan (Ta’wid)
Pada awal pembiasaan, anak akan merasa kesulitan dan berat. Anak akan membuat beberapa kesalahan pada penerapannya.
Namun semakin sering anak melakukan kebiasaan baik, maka anak akan terbiasa dengan hal itu. Kebaikan akan terasa mudah jika anak sudah terbiasa dan berat jika tidak dikerjakan.
Semakin positif lingkungan bergaul anak, akan semakin membantu dalam melakukan proses pembiasaannya.
Maka, anak sebaiknya berkumpul dengan orang yang baik dan sholeh untuk menumbuhkan akhlak terpuji mereka.
Pembentukan Karakter
Pembiasaan yang terus berulang, pada akhirnya akan membentuk karakter seseorang. Ketika karakter baik terbentuk, anak akan secara reflek melakukan tindakan yang baik dalam kondisi apapun.
Anak yang terdidik untuk berkata mulia, berzikir, dan bersholawat, akan spontan mengucapkan kata-kata yang baik ketika tertimpa masalah. Perbuatannya akan cenderung sopan santun dan terpuji.
Dari situlah akhlak mulia mulai terbentuk. Imam Al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai, “sesuatu yang menetap dalam jiwa dan muncul dalam perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran terlebih dahulu.”
Demikian tahapan penanaman akhlak untuk anak yang dapat orang tua lakukan. Semoga bermanfaat.
Wallohu A’lam
Oleh Dennis Ramadhan