5 Falsafah Hidup Masyarakat Lampung yang Patut Dilestarikan
TSIRWAH INDONESIA – Dunia merupakan tempat manusia lahir, tumbuh, serta menempa diri. Setiap manusia tidak luput dari permasalahan hidup, permasalahan tersebut mengandung suatu pembelajaran, sehingga menciptakan falsafah (pegangan hidup).
Melansir dari kompas.com, secara etimologis, falsafah berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia yang artinya hakikat kebenaran. Falsafah atau filsafat adalah pemikiran yang mendalam dan jernih, sehingga manusia menemui hakikat jati dirinya (kepribadian), dan di dalam kepribadian itu terdapat kesungguhan.
Sejarah Falsafah Hidup Masyarakat Lampung
Berdasarkan wikipedia.org, Pi’il Pesinggiri mulanya berasal dari nama pimpinan perang, yaitu Arya Pasunggiri yang berasal dari Bali, di era kerajaan Majapahit berkuasa. Ketika itu terjadi peperangan antara kerajaan Majapahit dengan kerajaan Bedahulu Bali.
Kerajaan Majapahit yang Aditya Warman pimpin menyiasati pasukan perang agar membuahkan hasil dengan merekrut pasukan yang berasal dari Palembang hingga Lampung untuk membantu melawan kerajaan Bali. Peperangan antara kerajaan Majapahit dan kerajaan Bedahulu Bali berlangsung sengit.
Peristiwa peperangan di antara keduanya, membuat Arya Pasunggiri mengaku menyerah dan kalah. Namun, pemimpin kerajaan Majapahit Aditya Warman, tidak memberikan ampunan dan langsung membunuhnya yang memicu reaksi kemarahan dari Ratu Majapahit Tribhuwana Wijayatunggadewi.
Belajar dari peristiwa Passungiri tersebut, membuat Gajah Mada akhirnya merubah strategi perang penaklukan Bedahulu Bali, melalui jalan diplomasi. Melalui pendekatan-pendekatan budaya, dialog terbuka dan bermartabat, pada akhirnya Bedahulu takluk dan kemudian menjadi bagian dari Majapahit.
Perubahan strategi diplomasi tersebut menjadi perhatian bagi para prajurit pasukan Sumatera Selatan. Sebagian besar di antara pasukan tersebut merupakan para pelajar dan pendidik dari mandala pengetahuan Budha warisan masa Sriwijaya. Strategi diplomasi tersebut kembali ke Sumatera Selatan dalam bentuk pengetahuan, yang kemudian terwariskan secara turun-temurun dalam bentuk sastra tradisional dan kitab adat Lampung Pepadun, yang kemudian menjadi ajaran luhur dan prinsip hidup bagi masyarakat Lampung.
Falsafah Hidup Masyarakat Lampung
Merujuk dari Nu.or.id, Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ) beserta Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia (RI) tahun 2019 mengkaji naskah Oendang-Oendang Adat Krui. Naskah tersebut menjelaskan cerminan perilaku masyarakat Lampung yang menjunjung nilai-nilai luhur yang terangkum dalam lima falsafah hidup masyarakat Lampung. Kelima falsafah hidup tersebut yaitu pi’il senggiri, sakai sembayan, nemui nyimah, nengah nyappur, dan bejuluk beadek.
5 Falsafah Hidup Masyarakat Lampung dalam Pandangan Islam
Falsafah hidup masyarakat Lampung memberikan cerminan nilai kehidupan yang baik dan nilai-nilai tersebut sesuai dengan pedoman umat Islam yang sesuai dengan ajaran Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.
1. Pi’il Pesenggiri
Merupakan prinsip yang mengutamakan harga diri dalam bersikap untuk menjunjung nama baik dan martabat pribadi ataupun kelompoknya.
Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ ـ رضى الله عنه ـ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ, وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ, وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ -متفق عليه-
Artinya: “Barang siapa menjaga kehormatan dirinya maka Allah akan memberikan kehormatan kepadanya. Dan barangsiapa mencukupi dirinya dengan Allah, maka Allah akan mengkaruniakan kekayaan diri kepadanya. Dan barang siapa bersabar maka Allah akan mengkaruniakan kesabaran kepadanya. Dan tidaklah seseeorang diberikan pemberian yang lebih baik dan lebih luas, lebih melapangkan dadanya dibandingkan orang yang diberikan kesabaran,” (HR Bukhari).
2. Sakai Sembayan
Merupakan prinsip hidup yang mengutamakan gotong-royong, tolong-menolong, bahu-membahu dan saling memberi.
Allah subhanahu wa ta’ala dalam surat Al-Maidah ayat 2 berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُحِلُّوْا شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْيَ وَلَا الْقَلَاۤىِٕدَ وَلَآ اٰۤمِّيْنَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًاۗ وَاِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوْاۗ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ اَنْ صَدُّوْكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اَنْ تَعْتَدُوْۘا وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar (kesucian) Allah, jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan qala’at (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula mengganggu) para pengunjung Baitul Haram sedangkan mereka mencari karunia dan rida Tuhannya! Apabila kamu telah bertahalul (menyelesaikan ihram), berburulah (jika mau). Janganlah sekali-kali kebencian(-mu) kepada suatu kaum, karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidil Haram, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya.”
3. Nemui Nyimah
Merupakan prinsip hidup yang mengutamakan kemurahan hati dan ramah tamah terhadap semua pihak yang berhubungan dengan mereka.
Mengenai hal ini, Rasulullah SAW bersabda:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ، إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ (رواه مسلم)
Artinya: “Tidak akan berkurang harta seseorang karena bersedekah, tidaklah Allah SWT menambah terhadap seseorang yang mau memaafkan melainkan kemuliaan dan tidak ada seorangpun yang bersifat tawaddhu’ (merendahkan diri) karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya,” (HR Muslim).
Di dalam hadis lain Rasulullah SAW juga Bersabda:
إِنَّ اللهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ، وَلَا يَبْغِي أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ (رواه مسلم)
Artinya: ”Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar bersikap tawaddhu’ (merendahkan diri), hingga seorang tidak menyombongkan dirinya dihadapan orang lain dan tidak saling menganiaya,” (HR Muslim).
4. Nengah Nyappur
Merupakan prinsip hidup yang mengedepankan toleransi atau keterbukaan.
Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ أَحَبَّ الدِّينِ إِلَى اللَّهِ الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ
Artinya: “Sesungguhnya agama yang paling dicintai oleh Allah adalah agama yang lurus dan toleran,” (HR Thabrani).
يَسِّرُوْا وَلاَ تُعَسِّرُوْا، وَبَشِّرُوْا وَلاَ تُنَفِّرُوْا، بَشِّرُوا وَلاَ تُُنَفِّرُواوَيَسِّرُوا وَلاَتُعَسِّرُوا
Artinya: “Mudahkanlah dan jangan kalian persulit, berilah kabar gembira dan janganlah kalian membuat orang lari. Berilah kabar gembira dan jangan kalian membuat orang lari. Mudahkanlah dan janganlah kalian persulit,” (HR Bukhari).
5. Bejuluk Beadek
Merupakan penyematan gelar kepada masyarakat Lampung dengan menggunakan nama-nama baik, agar memiliki martabat dan saling menghormati.
Rasulullah SAW bersabda:
حَقُّ الوَلَدِ عَلَى وَالِدِهِ أَنْ يُحْسِنَ اسْمَهُ
Artinya: “Hak anak atas orang tuanya ialah mendapatkan nama yang baik,” (HR Baihaqi).
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ لَا يَرْحَمُ لَا يُرْحَمُ
Artinya: “Siapa yang tidak menghormati atau mengasihi, maka ia tidak akan dihormati atau dikasihi oleh Sang Pencipta,” (HR Bukhari).
Falsafah hidup Masyarakat Lampung mengutamakan prinsip hidup dan nilai baik dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang senantiasa mengajarkan kebaikan dan kebenaran, sehingga patut untuk kita meneladani dan melestarikan nilai-nilai dan tradisi yang baik dalam kehidupan sesuai contoh kehidupan Rasulullah SAW.
Wallohu A’lam
Oleh Aniswati Melindafia