5 Keutamaan Puasa Muharram, Rugi Jika Tidak Melaksanakan
TSIRWAH INDONESIA – Muharram merupakan bulan yang sangat agung dan mulia, karena di dalamnya terdapat amalan ibadah yang dilipatgandakan pahalanya oleh Allah subhanahu wa ta’ala, termasuk puasa.
Dikatakan bulan agung dan mulia, karena bulan Muharram merupakan salah satu dari empat bulan mulia (asyhurul hurum) yaitu bulan Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram.
Allah SWT telah mengisyaratkan mengenai keempat bulan haram tersebut dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 36 berikut:
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ
Artinya: “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.”
Merujuk pada penjelasan Ibnu Katsir dalam tafsirnya yang mengambill sumber hadits dari Imam Ahmad, “Bahwa ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sedang menunaikan haji wada’ terakhir, beliau bersabda, ‘Ingatlah, sesungguhnya zaman telah berputar seperti keadaannya sejak hari Allah SWT menciptakan langit dan bumi. Satu tahun terdiri atas dua belas bulan, empat bulan di antaranya adalah bulan-bulan haram (suci), tiga di antaranya berturut-turut, yaitu Dzulqadah, Dzulhijjah, dan Muharram, yang lainnya ialah Rajab Mudar, yang terletak di antara bulan Jumadil Akhir dan Sya’ban’.”
Adapun di antara ibadah puasa yang sangat agung di bulan ini adalah puasa Tasu’a dan Asyura.
Puasa Tasu’a dilaksanakan tepat pada tanggal 9 Muharram dan puasa Asyura dilaksanakan satu hari setelahnya, yaitu pada tanggal 10 Muharram.
Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi (syarah sunan Tirmidzi) menyebutkan:
صَوْمِ الْمُحَرَّمِ ثَلَاثَةٌ الْأَفْضَلُ أَنْ يَصُومَ يَوْمَ الْعَاشِرِ وَيَوْمًا قَبْلَهُ وَيَوْمًا بَعْدَهُ وَقَدْ جَاءَ ذَلِكَ فِي حَدِيثِ أَحْمَدَ وَثَانِيهَا أَنْ يَصُومَ التَّاسِعَ وَالْعَاشِرَ وَثَالِثُهَا أَنْ يَصُومَ الْعَاشِرَ فَقَطْ
Artinya: “Puasa Muharram ada tiga bentuk. Pertama, yang paling utama ialah puasa di hari kesepuluh beserta satu hari sebelum dan sesudahnya. Kedua, puasa di hari kesembilan dan kesepuluh. Ketiga, puasa di hari kesepuluh saja.”
Dilansir dari nu.online, setidaknya ada lima keutamaan puasa di bulan Muharram, yaitu sebagai berikut:
1. Puasa Paling Utama Setelah Puasa Bulan Ramadhan
Hal ini disampaikan secara langsung oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي اللهُ عَنْهماُ قَالَ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلاَّ هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ
Artinya: “Ibnu Abbas r.a. menyampaikan bahwa ia tidak pernah melihat Rasulullah SAW membiasakan berpuasa suatu hari yang lebih diutamakan dari yang lainnya kecuali hari Asyura dan bulan Ramadan,” (HR. Bukhari).
2. Dilakukan Pada Salah Satu Bulan Mulia (Asyhurul Hurum)
Puasa ini dilakukan pada bulan yang merupakan salah satu dari empat bulan mulia (al-asyhurul hurum), yaitu Muharram. Hal ini pernah diungkapkan juga oleh Rasulullah SAW agar berpuasa di bulan-bulan mulia.
Muharram merupakan bagian dari keempat bulan yang dimuliakan yaitu Muharram, Rajab, Dzulqa’dah, dan Dzulhijjah.
BACA JUGA : Ternyata 1 Muharram 2024 Adalah Senin Besok
3. Puasa Sehari di Bulan Muharram Setara dengan Puasa 30 Hari
Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas:
عَنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ كَاَن لَهُ كَفَارَةً سَنَتَيْنِ، وَمَنْ صَامَ يَوْمًا مِنَ الْمُحَرَّمِ فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ ثَلَاثُونَ يَوْمًا
Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: ‘Orang yang berpuasa pada hari Arafah maka menjadi pelebur dosa dua tahun, dan orang yang berpuasa sehari dari bulan Muharram maka baginya sebab puasa setiap sehari pahala 30 hari puasa’,” (HR at-Thabarani).
4. Puasa Asyura Menjadi Pelebur Dosa Setahun yang Telah Lalu
Khusus puasa Asyura yang dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram, puasa ini menjadi pelebur dosa satu tahun yang lalu, sebagaimana dalam hadits nabi:
عَنْ أَبي قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صِيامِ يَوْمِ عَاشُوراءَ، فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ المَاضِيَةَ
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Qatadah r.a, sungguh Rasulullah SAW bersabda pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari Asyura, lalu beliau menjawab, ‘Puasa Asyura melebur dosa setahun yang telah lewat’,” (HR Muslim).
5. Puasa Tasu’a Menjadi Pembeda Umat Islam dengan Umat Yahudi
Puasa Tasu’a pada tanggal 9 Muharram merupakan puasa pembeda antara umat islam dengan umat Yahudi yang sama-sama berpuasa di hari Asyura.
Sesuai dengan hadits yang sekaligus merupakan anjuran puasa Tasu’a tercatat dalam riwayat Ibnu Abbas:
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُا : حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Artinya: “Abdullah bin Abbas Ra berkata saat Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan juga memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa. Para sahabat berkata, ‘Wahai Rasulullah, itu adalah hari yang sangat diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani.’ Maka Rasulullah SAW bersabda: ‘Pada tahun depan insya Allah, kita akan berpuasa pada hari ke sembilan (Muharram).’ Tahun depan itu pun tak kunjung tiba, hingga Rasulullah SAW wafat,” (HR. Muslim).
Hadits tersebut menunjukkan bahwa ketika orang-orang yahudi mengagungkan puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram, Rasulullah SAW mengarahkan umat islam untuk berpuasa sehari sebelumnya, yaitu pada 9 Muharram.
Demikian lima keutamaan puasa di Bulan Muharram, semoga kita dapat melaksanakannya dan meraih pahala yang mengantarkan kita pada rida-Nya. Aamiin.
Wallohu A’lam
Oleh Sopi Sopiah