Hikmah & WawasanTokoh & Sejarah

Al-Khazini: Ilmuwan Perumus Gaya Gravitasi yang Terlupakan

TSIRWAH INDONESIA – Kita mengenal perumus gaya gravitasi adalah Isac Newton dan memiliki dampak yang besar kepada perkembangan sains pada masanya. Namun apa jadinya jika yang pertama merumuskan gaya tersebut adalah ilmuwan muslim bernama Al-Khazini.

Al-Khazini merumuskan gaya gravitasi, yaitu gaya yang mengandung prinsip bahwa setiap benda yang jatuh akan ditarik oleh gaya tarik pusat bumi, sehingga menyebabkan benda yang jatuh akan turun ke bawah, maka Mari kita berkenalan lebih jauh dengan Al-Khazini.

BACA JUGA: Mengenal Zaid bin Tsabit, Pemuda Cerdas Sang Penghimpunan Alquran

Al-khazini atau bernama lengkap Abdurrahman Al-Khazini yang hidup dari pertengahan pertama abad ke-6 Hijriyyah atau pertengahan pertama abad ke-12 Masehi yang lahir di Merv Khurasan, Persia, lalu bekerja di pemerintahan Kesultanan Saljuk.

Keseharian beliau dikenal sebagai pribadi yang zuhud dan qana’ah. Beliau menghindari pemberian hadiah dari penguasa. 

Ketika mendapatkan hadia beliau biasa mengatakan, “Bagiku tiga dinar sudah cukup untuk biaya hidup selama satu tahun. Aku tidak memiliki apa-apa di rumah selain seekor kucing,” ucap Al-Khazini.

Al-Khazini banyak menimba ilmu di kota kelahirannya yaitu Khurasan, Persia. Di sana beliau belajar dengan para ilmuwan muslim terkenal salah satunya adalah Umar Khayyam.

Dari pembelajarannya di Khurasan beliau mendalami penemuan-penemuan ilmuwan muslim dan Yunani seperti Al-Biruni, Hasan bin Al-Haitsam, Archimedes, dan Aristoteles.

Al-Khazini memiliki dua karya yang sampai saat ini masih bisa terdeteksi, yaitu Mizan Al-Hikmah dan Az-Zaij Al-Mu’tabar As-Sanjari.

Kitab pertama beliau yaitu Mizan Al-Hikmah adalah kitab yang membahas tentang ilmu Hidrostatik, Mekanik, dan Statik.

Dalam kitabnya ini beliau mengembangkan beberapa teori fisika yang pernah dikemukakan oleh ilmuwan terdahulu seperti alat bantu bekerja, yaitu katrol dan tuas. Sehingga, berkembang menjadi suatu alat yang lebih kompleks lagi.

Sedangkan, dalam kitab Az-Zaij Al-Mu’tabar As-Sanjari beliau banyak membahas tentang astronomi terkhusus letak perbintangan.

Beliau membahas dalam kitab tersebut peredaran empat puluh enam bintang, beliau juga membuat sebuah konsep jam air dua puluh empat jam untuk mempermudah dalam mempelajari ilmu astronomi.

Ada hal yang unik dalam karya beliau. Judul Kitab Az-Zaij Al-Mu’tabar As-Sanjari di dalamnya beliau menyematkan nama Sultan Seljuk yaitu Ahmad Sanjar. Hal ini, dikarenakan beliau memang pernah bekerja di wilayah istana Seljuk, sekaligus sebagai penghormatan kepada Sultan Saljuk tersebut.

Pada dasarnya penelitian tentang gaya gravitasi sudah dimulai semenjak masa Al-Biruni, akan tetapi penelitiannya tidak sampai pada kesimpulan final. Maka Al-Khazini berusaha menyempurnakan hal tersebut sehigga sempurnalah konsep gaya gravitasi.

Dalam kitab Mizan Al-Hikmah Beliau mengatakan, “Ath-Thilqi (gaya gravitasi) adalah setiap benda yang memiliki berat pada posisi tertentu dari pusat bumi, gaya gravitasinya,” ucap Al-Khazini.

Hal ini senada dengan apa diungkapkan oleh Isac Newton tentang konsep gaya gravitasi yang dipelajari oleh generasi saat ini. Gaya tersebut membuat semua benda yang jatuh akan ditarik oleh gaya pusat bumi, sehingga semua benda yang jatuh akan turun ke bawah.

Selain membahas gaya gravitas, kitab Mizan Al-Hikmah juga membahas beberapa alat bantu dalam hal pekerjaan. Salah satu alat bantu tersebut adalah alat yang dapat mengukur ketebalan udara.

Dari adanya konsep alat tersebut, maka dikembangkan oleh Galileo Galilei untuk membuat sebuah alat pengukur suhu bernama thermometer.

Al-Khazini di barat dikenal dengan nama Al-Khazini dan dalam pelafalan masyarakat barat menjadi Al-Hazen, sebuah nama panggilan yang sama dengan Hasan bin Al-Haitsam yaitu Al-Hazen.

Hal tersebut menyebabkan perselisihan diantara sejarawan barat tentang yang manakah karya Abdurrahman Al-Khazini dan Hasan bin Al-Haitsam.

Bahkan pakar Sejarah Peradaban Muslim, Dr. Jamaluddin Al-Fandi ketika membaca kitab Mizan Al-Hikmah mengira karya tersebut adalah milik Hasan bin Al-Haitsam.

Akan tetapi beliau pada akhirnya menyadari bahwa karya tersebut adalah milik Al-Khazini. Beliau mengungkapkan bahwa nama asli dari Al-Khazini adalah Abdurrahman Abu Ja’far Al-Khazini.

Sedangkan pakar Sejarah dan Perdaban Muslim lain bernama Dr. Karam Ghanim menyebutkan nama asli dari Al-Khazini adalah Abu Mansur Abu Al-Fath Abdurrahman Al-Khazini.

Asal nama Al-Khazini pun memiliki beberapa sumber. Sumber yang termasyhur adalah dari riwayat Baihaqi bahwa nama tersebut berasal dari tuannya yaitu, Ali Al-Khazin Al-Maruzi.

Sehingga secara tidak langsung, informasi tersebut memberitahukan bahwa Al-Khazini dahulunya adalah seorang budak, namun berkat kecerdasan dan ketekunannya beliau dapat menjadi ilmuwan pertama perumus gaya gravitasi.

Dikarenakan banyak literatur yang telah hilang dan tidak banyaknya informasi tentang beliau sehingga tidak diketahui kapan dan di mana beliau meniggal.

Akan tetapi, hal yang dapat kita ambil adalah pelajaran hidup dari Al-Khazini sebagai ilmuwan yang zuhud dan qana’ah.

Beliau tidak malu dengan statusnya sebagai budak untuk terus menuntut ilmu dan menyebarkan manfaat kepada masyarakat tanpa peduli status, agama, dan siapa masyarakat tersebut.

Hal ini senada dengan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berbunyi:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Artinya: “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim,” (HR Ibnu Majah).

George Sarton pakar perdaban muslim dari barat mengomentari kitab Mizan Al-Hikmah“Ini adalah buku yang paling bagus yang berbicara tentang pembahasan ini dan buku terbaik yang ada pada abad pertengahan,” ucap George Sarton.

Setelah membaca kisah singkat dari Al-Khazini Ilmuwan Muslim perumus gaya gravitasi, kita mengetahui bahwa dahulu muslimin pernah menjadi pemimpin dalam ilmu pengetahuan, maka generasi sekarang mari meneladani apa yang telah para pendahulu perbuat demi kembalinya kejayaan kaum muslim.

Wallohu A’lam
Oleh Almer Ulul Albab

Editor: Dewi Anggraeni, S.Hum

Aktivis dakwah, jurnalis, interpersonal skill, tim work, content creator, dan emotional management.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator