Bulan Safar: Penamaan, 6 Peristiwa Penting, dan Rabu Wekasan
TSIRWAH INDONESIA – Bulan Safar merupakan bulan kedua dalam kalender Hijriah setelah bulan Muharram. Di balik penamaan bulan Safar ada alasan khusus, sebagaimana disampaikan oleh Imam Abul Fida Ismail Bin Umar Ad-Dimasyqi, atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Ibnu Katsir. Imam Ibnu Katsir dalam Tafsîrubnu Katsîr, juz 4, halaman 146 menjelaskan:
صَفَرْ: سُمِيَ بِذَلِكَ لِخُلُوِّ بُيُوْتِهِمْ مِنْهُمْ، حِيْنَ يَخْرُجُوْنَ لِلْقِتَا وَالْأَسْفَارِ
Artinya: “Safar dinamakan dengan nama tersebut, karena sepinya rumah-rumah mereka dari mereka, ketika mereka keluar untuk perang dan bepergian.”
Ibnu Manzhur dalam Lisânul ‘Arab, juz 4, halaman 460 menyampaikan alasan yang lebih banyak. Menurutnya, ada beberapa alasan mendasar di balik penamaan bulan Safar, di antaranya:
1. Sebagaimana penjelasan Ibnu Katsir.
2. Orang Arab memiliki kebiasaan memanen semua tanaman yang mereka tanam, dan mengosongkan tanah-tanah mereka dari tanaman pada bulan safar.
3. Pada bulan Safar orang Arab memiliki kebiasaan memerangi setiap kabilah yang datang, sehingga kabilah-kabilah tersebut harus pergi tanpa bekal (kosong), karena mereka tinggalkan akibat rasa takut pada serangan orang Arab.
BACA JUGA : Mitos Larangan Menikah di Bulan Safar
6 Peristiwa Penting di Bulan Safar
Mengutip dari kitab Mandzumah Syarh al-Atsar fî mâ Warada ‘an Syahri Safar pada halaman sembilan, yang ditulis Habib Abu Bakar Al-‘Adni isinya sebagai berikut:
1. Pernikahan Rasulullah dengan Khadijah.
Peristiwa pertama dalam bulan Safar adalah pernikahan Rasulullah dengan Sayyidah Khadijah Al-Kubra. Pernikahan itu berlangsung sebelum datang wahyu dari Allah kepada Rasulullah (sebelum masa kenabian).
2. Rasulullah menikahkan Sayyidah Fatimah dengan Ali Bin Abi Thalib.
Selain dirinya, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga menikahkan putrinya, yaitu Sayyidah Fatimah Az-Zahra (Siti Fatimah) dengan Sayyidina Ali Bin Abi Thalib di bulan Safar dengan penuh kegembiraan.
3. Hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga memulai hijrahnya, dari Kota Suci Makkah ke Kota Madinah pada akhir bulan Safar di gua Al-Hajar, sebagaimana para ulama sebutkan.
4. Terjadinya perang pertama dalam Islam, yaitu perang Abwa.
Peristiwa lain yang terjadi di bulan Safar adalah perang Abwa. Perang pertama dalam Islam ini terjadi pada permulaan bulan Safar.
5. Penaklukan Khaibar pada tahun ke-7 Hijriah.
6. Rasulullah mengutus Usamah Bin Zaid kepada pimpinan prajurit Rum tahun 11 Hijriah, itu terjadi beberapa hari pra-wafatnya Rasulullah.
Rabu Wekasan
Rabu wekasan jatuh pada tanggal 13 September 2023. Para Ulama ahli kasyaf mengatakan, bahwa pada hari rabu wekasan itu tempat diturunkannya bala’ dan cobaan. Rabu terakhir bulan Safar, umumnya di bumi Nusantara disebut dengan istilah rebo wekasan, rebo kasan, rebo pungkasan, atau istilah lain yang merujuk pada maksud yang sama, yaitu hari rabu akhir di bulan safar.
Terdapat amaliyah yang biasa dilaksanakan pada hari tersebut yang mencakup sholat, dzikir, do’a, sedekah, dan tabarruk dengan asma Allah atau ayat-ayat Al-Qur’an yang dikenal dengan ayat selamat. Amaliyah tersebut dilakukan sebagai bentuk permohonan kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar terhindar dari segala macam musibah dan cobaan.
Adapun amaliyah tata cara sholat sunnah hajat lidaf’il bala’ oleh seorang Mufti Jaziratul Muluk, yang bernama Abuya Al-Habib Abu Bakar Bin Hasan Al-Attas Az Zabidi sebagai berikut:
Sholat sunnah hajat lidaf’il bala’ dilakukan sebelum sholat dhuha pada tanggal 13 September 2023. Sholat sunnah ini dilakukan sebanyak empat rakaat dengan satu salam.
1. Niat bersama takbiratul ihram
أُصَلِّي سُنَّةَ الْمُطْلَقِ في الْيَوْمِ الأَ رْبَعِ الأَ خِيْرِ مِنْ شَهْرِ الصَّفَرِ لِدَفْعِ الْبَلَاءِ أرْبَعَ رَكَعَاتِ لِلَّهِ تَعَالَى
2. Membaca surah Al-Fatihah pada setiap rakaatnya.
3. Dianjurkan untuk membaca surah Al-Kautsar pada rakaat pertama sebanyak tujuh belas kali. Lalu, membaca surah Al-Ikhlas sebanyak lima kali pada rakaat kedua. Kemudian membaca surah Al-Falaq sebanyak satu kali pada rakaat ketiga. Dan membaca surah An-Nas sebanyak satu kali pada rakaat keempat.
4. Membaca do’a setelah sholat sunnah lidaf’il bala’ berikut:
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ، اَللّهُمَّ يَا شَدِيدَ الْقُوى، وَيَا شَدِيدَ الْمِحَالَ، يَاعزِيزُ، يَا مَنْ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيع عَلَّقِكَ، اكْفِنِي مِنْ شَرِّ جَمِيع خَلْقِكَ، يَا مُحْسِنُ، يَا مُجملُ، يَا مُتفضِلُ، يَا مُنْعِمُ، يَا مُتَكَرِّمُ، يَا مَنْ لاَ إلهَ إِلَّا أَنْتَ، ارْحَمْنِي بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. اَللّهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ، وَأَخِيْهِ، وَجَدِّهِ، وَأَبِيهِ، وَأُمِّهِ، وَبَنِيْهِ، اِكْفِنِي شَرَّ هَذَا الْيَوْمِ، وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ، يَا كَافِيَ الْمُهِمَّاتِ، يَا دَافِعَ الْبَلِيَّاتِ، فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، وَحَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ، وَلَا حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ، وَصَلَّى الله عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Wallohu Alam
Oleh Thalia Awalu Sa’adah