Hikmah & Wawasan

Cara Mengendalikan Nafsu: Mengambil Pelajaran dari Surat Yusuf

TSIRWAH INDONESIA – Berada dalam akhir zaman, manusia akan sering diuji dengan berbagai jenis godaan yang datang dari segala arah. Ujian yang berhubungan dengan nafsu pun semakin banyak bermunculan.

Tidak jarang, banyak orang terjebak untuk memenuhi hawa nafsu atau nafsu syahwatnya dengan melakukan tindakan tercela dan menyalahi syariat islam.

Tak sedikit dari kalangan remaja maupun dewasa melampiaskan nafsu sesaatnya dengan melakukan hubungan seksual di luar nikah, kecanduan pornografi dan melakukan perbuatan maksiat lainnya. Na’udzubillahi min dzalik.

Sejatinya, manusia memerlukan hawa nafsu untuk meraih kenikmatan duniawi dengan cara yang halal. Akan tetapi, jika hawa nafsu terlampiaskan dengan cara yang melampaui batas, maka nafsu itu akan mengarahkan manusia menuju kebinasaan. Allah berfirman dalam surah Thaha ayat 16:

فَلَا يَصُدَّنَّكَ عَنْهَا مَنْ لَّا يُؤْمِنُ بِهَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ فَتَرْدٰى

Artinya: “Janganlah engkau dipalingkan darinya (iman pada hari Kiamat) oleh orang yang tidak beriman padanya dan mengikuti hawa nafsunya sehingga engkau binasa.”

Hawa nafsu tidak bisa dihilangkan. Namun, hawa nafsu dapat ditundukkan dan dikendalikan agar tidak melampaui batas.

Dalam Al-Quran, Allah memberikan petunjuk bagi manusia untuk menundukkan nafsunya, yaitu dengan adanya surat Yusuf.

Sheikh Wael Ibrahim, ulama asal Australia, menjelaskan bahwa ada beberapa cara yang Allah berikan untuk menundukkan hawa nafsu dalam surat Yusuf.

Cara-cara ini sangat cocok bagi seseorang yang kesulitan dalam mengendalikan hawa nafsunya atau sedang mengalami kecanduan hal-hal yang negatif.

Ketika nabi Yusuf mendapatkan mimpi yang aneh, nabi Yusuf memberanikan diri menanyakan dan menceritakan mimpi itu kepada ayahnya, nabi Ya’qub. Dalam surat Yusuf ayat 4, Allah berfirman:

اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ

Artinya: “(Ingatlah) ketika Yusuf berkata kepada ayahnya (Ya‘qub), “Wahai ayahku, sesungguhnya aku telah (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan. Aku melihat semuanya sujud kepadaku.”

Saat itu, nabi Yusuf yang masih kecil menyadari bahwa ia masih belum memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman untuk menafsirkan mimpinya. Sehingga, ia meminta bantuan nabi Yaqub untuk mengarahkannya

Begitu pula bagi seseorang yang masih memiliki kesulitan dalam mengendalikan hawa nafsunya. Sangatlah dianjurkan untuk mereka mencari arahan dari orang yang lebih tau. Baik itu orang tua, kerabat atau seorang ahli.

Hawa nafsu dan kecanduan mudah menghampiri orang yang terjerat dalam kesendirian. Orang yang sendirian akan lebih mudah terperosok ke dalam hal yang negatif.

Dalam surat Yusuf, saat nabi Yusuf yang sendirian bertemu dengan saudara-saudaranya yang iri, saudara-saudara nabi Yusuf memasukkannya ke dalam sumur untuk menyingkirkannya dari nabi Ya’qub.

Nabi Yusuf kemudian mengambil pelajaran atas kejadian itu. Ketika ia sendirian dalam ruangan dengan istri raja, nabi Yusuf memilih keluar dari ruangan itu agar terhindar dari godaannya.

Meningkatkan ilmu dan pengetahuan kita terhadap islam, akan memudahkan seseorang dalam menundukkan hawa nafsunya.

Ketika pengetahuan seseorang meningkat terhadap ilmu agama, Allah akan memberikan orang itu kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat. Pada ayat 22 surat Yusuf, Allah berfirman:

وَلَمَّا بَلَغَ اَشُدَّهٗٓ اٰتَيْنٰهُ حُكْمًا وَّعِلْمًاۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ

Artinya: “Ketika dia telah cukup dewasa, Kami berikan kepadanya kearifan dan ilmu. Demikianlah, Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Ketika nabi Yusuf terkurung dan tidak memiliki jalan keluar dari godaan istri raja, nabi Yusuf memilih untuk meminta perlindungan kepada Allah. Allah berfirman pada surat Yusuf ayat 23:

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِيْ هُوَ فِيْ بَيْتِهَا عَنْ نَّفْسِهٖ وَغَلَّقَتِ الْاَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَۗ قَالَ مَعَاذَ اللّٰهِ

Artinya: “Perempuan, yang dia (Yusuf) tinggal di rumahnya, menggodanya. Dia menutup rapat semua pintu, lalu berkata, ‘Marilah mendekat kepadaku.’ Yusuf berkata, ‘Aku berlindung kepada Allah.’”

Kembali kepada Allah dengan meminta pertolongannya adalah salah satu cara mengendalikan hawa nafsu.

Walaupun sudah melakukan banyak dosa, jangan pernah malu untuk kembali kepada Allah. Jangan pernah berputus asa atas rahmat Allah karena Allah tidak akan pernah memutus ampunannya.

BACA JUGA : Cinta Memang Indah, tapi Lebih Indah jika Tepat dalam Pengaplikasiannya

Jika sudah mengetahui kebiasaan dan tempat apa yang sering menjadikan hawa nafsu melonjak, maka jauhi apapun yang menyebabkan nafsu dapat terpicu.

Pindahlah ke tempat lain atau cari kebiasaan lain agar teralihkan dari perbuatan yang membawa dosa.

Nabi Yusuf yang terjebak dalam sebuah ruangan bersama istri raja, berusaha keluar dari ruangan itu. Walaupun semua pintu sudah terkunci rapat dan hanya ada mereka berdua di dalamnya.

Nabi Yusuf tidak peduli kemana dan bagaimana ia dapat keluar, satu-satunya yang ia pikirkan adalah bagaimanapun juga ia harus keluar dari ruangan dan dari situasi itu untuk menghindari dosa.

Nabi Yusuf memiliki ketampanan seperti malaikat. Namun, ia tidak pernah menggunakannya untuk melakukan perbuatan haram.

Bahkan banyak wanita yang mengaguminya di kotanya, tapi nabi Yusuf tidak memanfaatkan kekaguman mereka untuk menyalahi ketentuan Allah.

Menundukkan pandangan dan menjaga diri akan membantu dalam menjaga kesucian. Allah menyebutkan hubungannya dalam surat An Nur ayat 30:

قُلْ لِّ قُلْ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْۗ ذٰلِكَ اَزْكٰى لَهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا يَصْنَعُوْنَ

Artinya: “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman hendaklah mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya. Demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha teliti terhadap apa yang mereka perbuat.”

Itulah beberapa cara mengendalikan nafsu yang dijelaskan dalam surat Yusuf. Semoga kita semua dilindungi Allah dari perbuatan maksiat dan dimudahkan dalam menundukkan hawa nafsu. Aamiin.

Wallohu A’lam
Oleh Dennis Ramadhan

Editor: Divya Aulya

Penulis bau amis yang menulis sejumlah karya fiksi dan non-fiksi. Memiliki ketertarikan dalam dunia kebahasaan, memiliki visi dalam memajukan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator