Dakwah Habiburrahman El-Shirazi Melalui Karya-Karya Best Seller
TSIRWAH INDONESIA – Habiburrahman El-Shirazi atau Kang Abik merupakan seorang yang terkenal sebagai pengarang buku dengan genre fiksi religi yang selalu best seller.
Habiburrahman El-Shirazi lahir di Semarang, Jawa Tengah, pada 30 September 1976. Setelah kelulusannya dari sekolah Madrasah Aliyah, Program Khusus MAPK, Kang Abik melanjutkan studi ke Kairo, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadis, Universitas Al-Azhar.
Selain sebagai novelis, Kang Abik juga menggeluti bidang dai, penyair, guru MAN 1 Yogyakarta, dosen Lembaga Pengajaran Bahasa Arab dan Islam Abu Bakar As-Sidiq UMS, dan penyiar radio.
Kesuksesan Karya dan Penghargaan Habiburrahman El-Shirazi
Nama Habiburrahman mulai terkenal sejak buku berjudul Ayat-ayat Cinta tahun 2004 terbit. Berkat karyanya itu, ia mendapatkan respons baik di masyarakat, novel ini kemudian diadaptasi menjadi layar lebar.
Tidak hanya berhenti di pencapaian tersebut, Kang Abik terus melanjutkan penulisan terhadap buku-buku lainnya seperti Pudarnya Pesona Cleopatra tahun 2004, Ketika Cinta Bertasbih tahun 2007, Bumi Cinta tahun 2010, dan banyak novel lainnya.
Buku-buku tersebut tidak hanya terbit dalam bahasa Indonesia saja. Akan tetapi, beragam bahasa karena peredarannya sampai di negara Malaysia, Singapura, Hongkong, Brunei Darussalam, Taiwan, Australia hingga Amerika Serikat.
Banyak pula karyanya yang terbit menjadi film dan ia sutradarai langsung di antaranya, Dalam Mihrab Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Di Atas Sajadah Cinta.
Menurut merdeka.com, beberapa penghargaan yang pernah ia peroleh yaitu Pena Award 2005, The Most Favorite and Writer 2005, IDF Award 2006, dan banyak penghargaan lain sejak di bangku sekolah.
Hasil karya-karya yang telah Kang Abik publikasikan, berhasil membuka peluang untuk penulis genre fiksi religi untuk semakin melebarkan sayapnya baik dalam bentuk novel maupun film.
BACA JUGA : Kisah Maher Zain: Penyanyi Muslim Paling Berpengaruh di Dunia
Dakwah Inspiratif Meneladani Rasulullah
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajarkan bahwa dakwah harus menyesuaikan kebiasaan dari masyarakat daerah tersebut, tanpa membawa kekerasan sehingga dapat masyarakat setempat terima.
Sesuai dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala pada Al-Quran surah Ali-Imran ayat 159 sebagai berikut:
فَبِمَا رَحۡمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنۡتَ لَهُمۡۚ وَلَوۡ كُنۡتَ فَظًّا غَلِيۡظَ الۡقَلۡبِ لَانْفَضُّوۡا مِنۡ حَوۡلِكَ فَاعۡفُ عَنۡهُمۡ وَاسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِى الۡاَمۡرِۚ فَاِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى اللّٰهِؕ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الۡمُتَوَكِّلِيۡنَ
Artinya: “Maka berkat rahmat Allah SWT engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu, maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah SWT. Sungguh, Allah SWT mencintai orang yang bertawakal.”
Contohnya saja saat periode awal Rasulullah SAW menyebarkan ajaran Islam di Mekah secara sembunyi-sembunyi karena masyarakat kental terhadap adat tradisional.
Rasulullah SAW mulai berdakwah dari keluarga kemudian menyebar pada orang-orang terdekatnya.
Berbeda halnya dengan masyarakat Madinah yang lebih heterogen, sehingga sangat terbuka dengan segala pemahaman baru yang masuk. Rasulullah SAW dapat berdakwah secara terang-terangan.
Begitu pula yang Wali Songo lakukan saat berdakwah di Nusantara. Mereka mengadaptasi kebudayaan lokal, sehingga masyarakat mudah memahami pemahaman baru yang mereka bawa.
Maka dari itu, Kang Abik terus melancarkan dakwahnya menggunakan karya-karya yang ternyata sangat masyarakat terima. Mulai tulisan hingga film Kang Abik tekuni untuk menyebarkan indahnya Islam dalam karunia Allah SWT.
Wallohu A’lam
Oleh Ivas Salsabilla