Kesehatan

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia: Cara Islam Mengelola Mental Health

TSIRWAH INDONESIA – Tak banyak yang tahu bahwa 10 Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan Jiwa Sedunia. WFMH (World Federation Mental Health) memprakarsai peringatan ini pada tahun 1992.

Tujuan utama peringatan ini adalah meningkatkan kesadaran dan memberikan edukasi kepada masyarakat seluruh dunia akan pentingnya kesehatan mental atau mental health.

Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan mental atau mental health merupakan hak asasi dasar manusia. Siapa saja berhak mendapatkan perlindungan, penerimaan, kepedulian, kebebasan, kemandirian dan keterlibatan dalam masyarakat.

Telah banyak diskusi publik mengatakan remaja merupakan generasi yang paling rentan terdampak mental health. Meski sebenarnya gangguan kesehatan mental ini sudah muncul di tiap generasi.

Melansir mooc.ugm.ac.id, generasi Z rentan terdampak gangguan mental health karena beberapa hal berikut:

1. Paparan media sosial dan perbandingan diri.

2. Ketidakpastian masa depan dan ekonomi yang tidak stabil.

3. Kurangnya keterlibatan sosial dan dukungan emosional.

Ketiga faktor tersebut terjadi karena generasi Z tumbuh pada era digital yang penuh tekanan dan stimulasi konstan. Kondisi hidup yang serba cepat dan mudah, membuat para pemuda ini begitu bergantung pada teknologi.

Mental health dalam kacamata Islam meliputi keserasian antara fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri sendiri, orang lain dan lingkungan berdasarkan Al-Quran dan Hadits.

Seorang muslim meyakini terdapat segala penawar dalam Al-Quran. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surah Al-Isra ayat 82:

وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌۭ وَرَحْمَةٌۭ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّـٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارًۭا

Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al-Quran (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Quran itu) hanya akan menambah kerugian.”

Pandangan Islam tentang mental health tidak jauh berbeda dengan pandangan para ahli pada umumnya. Peranan agama dapat membantu manusia dalam mengobati jiwanya dan membina kondisi kesehatan mental.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ فَإِذَا أُصِيبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

Artinya: “Semua penyakit ada obatnya, Apabila sesuai antara obat dan penyakitnya, maka (penyakit) akan sembuh dengan izin Allah,” (HR. Muslim).

BACA JUGA : Peran Al-Quran dalam Mengatasi Gelombang Depresi Gen Z

Beberapa cara mengelola mental health menurut Islam, meliputi:

Nafsu dalam hal ini mengacu pada keinginan untuk bermudah-mudahan dengan teknologi. Meski prinsipnya diciptakannya teknologi untuk memudahkan manusia, namun ketergantungan berada dalam kondisi yang berbeda.

Firman Allah SWT dalam Al-Quran surah Yusuf ayat 53:

 وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ

Artinya: “Aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong pada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Allah SWT menurunkan Al-Quran dan mengutus Nabi Muhammad SAW agar umat manusia memiliki akhlak mulia. Seseorang dengan karakter seperti itu senantiasa bersyukur dan menggantungkan hidupnya kepada Allah.

Salah satu manfaat mempelajari Al-Quran adalah memperolah ketenangan dan rahmat. Al-Quran surah Ar-Ra’d ayat 28:

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”

Teknologi internet dan gawai membuat informasi dapat diperoleh dengan sangat cepat. Tidak menutup kemungkinan remaja dengan gangguan kesehatan mental mengakses hal yang belum saatnya ia peroleh dan pelajari.

Cara di atas bisa berbeda-beda implementasinya bergantung kondisi masyarakat dan individu yang bersangkutan. Mengamalkan Al-Quran diharapkan bisa menjadi terapi bagi penderita mental health.

Semoga kita menjadi orang-orang yang mendapat perlindungan Allah dan mampu mengelola kesehatan mental.

Wallahu ‘alam
Oleh Rika Istiyanto

Editor: Divya Aulya

Penulis bau amis yang menulis sejumlah karya fiksi dan non-fiksi. Memiliki ketertarikan dalam dunia kebahasaan, memiliki visi dalam memajukan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator