Manifesting Menggunakan Pikiran Positif, Bolehkah dalam Islam
TSIRWAH INDONESIA – Banyak orang, terutama di media sosial, yang mempercayai bahwa manifesting atau manifestasi dapat mewujudkan apa yang diinginkan dalam hidupnya. Baik itu kebahagiaan, kesuksesan, atau kekayaan, hanya dengan memfokuskan pikiran pada hal-hal tersebut.
Manifesting erat kaitannya dengan konsep Law of Attraction (LoA), yaitu pemikiran bahwa apapun yang kita pikirkan akan menciptakan sebuah energi. Energi itu akan menarik hal baik atau buruk dalam hidup seseorang.
Lalu apa pandangan islam mengenai hal ini. Berikut penjelasan dari Ustadz Belal Asaad, seorang dai terkenal asal Australia, serta dari beberapa sumber lainnya:
Apa Itu Manifesting
Manifesting adalah kepercayaan bahwa seseorang mampu mewujudkan keinginannya menjadi kenyataan, dengan menggunakan alam bawah sadarnya.
Hal ini dapat dilakukan dengan manifestasi positif dan afirmasi positif, yaitu membayangkan atau mengucapkan hal-hal yang diinginkan agar dapat tercapai.
Manifesting mengambil konsep dari Law of Attraction atau hukum tarik menarik. Kepercayaan bahwa apapun yang terjadi di dunia ini, terjadi akibat pemikiran positif atau negatif manusia yang selaras dengan alam semesta.
Konsep ini memahami energi dan pikiran yang positif akan mengundang hal-hal positif dalam kehidupan. Sebaliknya, jika seseorang memancarkan energi negatif, maka hal buruk yang akan datang dalam hidupnya.
Law of Attraction memiliki akar dari Hinduisme, Buddhisme, dan bahkan kepercayaan Mesir kuno. Agama ini mengajarkan bahwa alam semesta dipenuhi dengan energi dan frekuensi tertentu, yang dapat dipengaruhi oleh pikiran dan niat kita.
Manifesting dalam Ajaran Islam
Konsep manifesting terlihat mirip dengan konsep doa dalam Islam. Akan tetapi, ada perbedaan mendasar antara doa dan manifesting.
Doa adalah bentuk penghambaan dan pengakuan, bahwa manusia tidak memiliki kendali penuh atas segala sesuatu. Manusia berusaha dan melalui doa, meminta untuk mendapatkan apa yang terbaik baginya.
Setelah berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala, umat muslim kemudian dianjurkan untuk berserah diri pada kehendak-Nya. Sebab, Allah yang paling mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya.
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 216:
كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌۭ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًۭٔا وَهُوَ خَيْرٌۭ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًۭٔا وَهُوَ شَرٌّۭ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Artinya: ”Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Ayat di atas mengajarkan bahwa segala sesuatu yang terjadi, entah itu takdir baik atau buruk bagi manusia, adalah kehendak Allah demi kebaikan hamba-Nya.
Sedangkan, manifesting mengajarkan bahwa seseorang bisa mendapatkan apa pun keinginannya, hanya dengan memikirkannya dan menyelaraskan energi positifnya dengan alam semesta.
Mengaitkan kekuatan untuk mengubah hidup, dengan energi alam semesta atau frekuensi adalah bentuk politeisme atau syirik, yaitu menyekutukan Allah dengan entitas lain.
Dengan mempercayainya, seseorang bisa terjebak dalam keyakinan yang salah dan menjauhkan diri dari ketergantungannya kepada Allah SWT. Dalam surat Al-Baqarah ayat 22, Allah berfirman:
ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ فِرَٰشًۭا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءًۭ وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءًۭ فَأَخْرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزْقًۭا لَّكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا۟ لِلَّهِ أَندَادًۭا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya: ”(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”
Bahaya Manifesting
Bagi banyak orang, konsep manifesting sangat menarik karena memberikan kesan bahwa manusia memiliki kendali penuh atas takdirnya. Namun, manifesting memiliki bahaya tersendiri.
Melansir dari Newport Institute, manifesting memiliki bahaya bagi kesehatan mental dan emosional. Ketika keinginannya tidak terwujud, orang itu dapat merasa gagal dan menyalahkan diri sendiri.
Sebab, orang tersebut menganggap bahwa ia tidak memancarkan energi yang tepat untuk mewujudkan keinginannya.
Selain itu, manifesting juga bisa menyebabkan terjebaknya seseorang dalam pencarian kebahagiaan materialistik.
Manifesting dapat menjadikan seseorang terlalu fokus pada hal-hal duniawi seperti kekayaan, karier, atau hubungan yang dia inginkan. Sehingga cenderung melupakan ibadah dan mencari ridho Allah.
Islam mengajarkan bahwa dunia ini hanyalah tempat sementara dan kebahagiaan sejati hanya akan ada di akhirat.
Dengan terlalu bergantung pada hukum tarik-menarik, kita bisa melupakan bahwa sumber dari segala nikmat dan rezeki adalah Allah SWT.
Husnudzon, Usaha dan Tawakal
Islam mengajarkan untuk berpikir positif atau husnudzon, dengan tetap berusaha dan menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT.
Husnudzon bukan berarti hanya dengan pikiran positif, seseorang akan mendapat apa yang dia inginkan. Akan tetapi, husnudzon berarti menganggap baik apa yang akan Allah berikan, baik itu sesuai keinginannya atau tidak.
Melansir dari Islam Question & Answer, Allah SWT juga memerintahkan manusia untuk bekerja dan berjuang untuk mendapatkan rezeki.
Allah SWT menghubungkan rezeki dengan usaha dan memanfaatkan apa yang Allah sudah berikan, bukan dengan angan-angan dan khayalan belaka. Allah berfirman dalam surat Al-Mulk ayat 15:
هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ ذَلُولًۭا فَٱمْشُوا۟ فِى مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا۟ مِن رِّزْقِهِۦ ۖ وَإِلَيْهِ ٱلنُّشُورُ
Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”
Setelah berusaha, barulah seorang muslim berserah diri atas hasil apa yang Allah akan berikan (tawakal). Allah menjelaskan proses in dalam surat Ali Imran ayat 159:
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya: “Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.”
Kesimpulan
Konsep manifesting menawarkan cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan dengan cara cepat dan mudah. Namun, konsep ini dapat bertentangan dengan tauhid, serta bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental.
Islam menganjurkan seorang muslim menjadikan husnudzon sebagai bagian kehidupannya, selama tetap mengaitkannya dengan keyakinan kepada Allah dan berusaha sesuai dengan syariat.
Islam mengajarkan kesabaran, kerja keras, dan tawakal. Bagi seorang muslim, berdoa setelah berusaha adalah penting , tetapi kita harus selalu ingat bahwa hasil terbaik ada di tangan Allah.
Dengan menjaga hati tetap bergantung pada Allah, kita bisa menghadapi segala tantangan hidup dengan keyakinan dan ketenangan.
Demikan penjelasan mengenai penerapan manifesting dalam islam. Semoga bermanfaat.
Wallohu A’lam
Oleh Dennis Ramadhan