Menuai Hikmah di Balik Musibah, Simak
TSIRWAH INDONESIA – Serangkaian musibah di tanah air membuka awal tahun baru 2024. Setiap kali musibah terjadi, selalu ada pelajaran atau hikmah yang dapat dipetik.
Musibah selalu meliputi kehidupan manusia, mulai dari zaman para nabi hingga zaman manusia modern seperti saat ini. Allah subhanahu wa ta’alla berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 155-157:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ
Artinya: “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
BACA JUGA: Bersedekah: Amalan Mulia Pembawa Kebaikan, Simak Penjelasannya Berikut
Berikut Ini Beberapa Hikmah di Balik Musibah:
Tertimpa musibah memang membuat manusia sedih, merasa rugi, kesulitan, hingga trauma. Namun, Allah telah menyiapkan banyak hikmah dan pelajaran di balik setiap musibah yang menimpa manusia.
1. Mengingat Betapa Besarnya Keagungan Allah SWT
Gunung meletus, tsunami, dan lain sebagainya merupakan peristiwa alam yang dahsyat sebagai ujian bagi umat manusia. Allah menguji kesabaran, ketekunan, dan kepatuhan hamba-Nya melalui musibah dan bencana alam.
Peristiwa ini menjadi pengingat akan kebesaran dan kekuasaan-Nya, serta kesadaran akan ketergantungan manusia pada Allah SWT. Ia adalah Pencipta segala sesuatu, dan melalui kehendak-Nya, fenomena alam seperti gunung meletus dan tsunami dapat terjadi.
2. Ujian Keimanan Manusia
Bencana atau musibah merupakan salah satu bentuk ujian keimanan yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Manusia harus Ikhlas dan sabar dalam menerima semua ketentuan dari Allah SWT, karena bisa jadi musibah yang dialami kali ini sebagai pelindung dari musibah yang lebih besar.
3. Musibah sebagai Penggugur Dosa
Musibah yang menimpa seorang hamba menjadi sarana penggugur dosa, selama ia ikhlas menerimanya. Senantiasa berpikir positif terhadap musibah yang datang, siapa tahu dapat menjadi ladang amal bagi yang mengalaminya.
Dalam Alquran surat Asy-Syura ayat 30, Allah SWT berfirman sebagai berikut:
وَمَاۤ اَصَابَكُمۡ مِّنۡ مُّصِيۡبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتۡ اَيۡدِيۡكُمۡ وَيَعۡفُوۡا عَنۡ كَثِيۡرٍؕ
Artinya : “Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).”
4. Sarana untuk Muhasabah
Saat ditimpa musibah, hendaknya memperbanyak istigfar, instropeksi diri dan bertaubat, bukan mengeluh dan berputus asa. Mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah apapun, justru hanya akan menambah beban psikologi.
Allah SWT berfirman dalam Alquran surat Al-Hadid ayat 22-23 berikut ini:
مَاۤ اَصَابَ مِنۡ مُّصِيۡبَةٍ فِى الۡاَرۡضِ وَلَا فِىۡۤ اَنۡفُسِكُمۡ اِلَّا فِىۡ كِتٰبٍ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ نَّبۡـرَاَهَا ؕ اِنَّ ذٰ لِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيۡرٌۚ ۖ لِّـكَيۡلَا تَاۡسَوۡا عَلٰى مَا فَاتَكُمۡ وَلَا تَفۡرَحُوۡا بِمَاۤ اٰتٰٮكُمۡؕ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٍ فَخُوۡرِۙ
Artinya: “Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauḥ Maḥfūẓ) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.”
Itulah beberapa hikmah di balik musibah yang wajib setiap Muslim ketahui. Musibah merupakan salah satu petunjuk dari Allah SWT agar manusia lebih patuh dan taat kepada kepada-Nya.
Wallahu A’lam
Oleh Hanif Ibrahim