Hikmah & Wawasan

Perbedaan Awal Ramadhan antara NU dan Muhammadiyah, Ini Alasannya

TSIRWAH INDONESIA – Perbedaan penetapan awal Ramadhan antara NU (Nahdlatul Ulama) dan Muhammadiyah sering kali terjadi di Indonesia.

Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadhan 1445 Hijriyah pada hari Senin, 11 Maret 2024 Masehi. Sementara itu, NU menetapkan 1 Ramadhan 1445 H bertepatan pada hari Selasa, 12 Maret 2024 M. 

Penetapan tersebut berdasarkan hasil pantauan hilal yang dilakukan pada hari Minggu, 10 Maret 2024.

Mengutip dari laman YouTube Warta Kota Production, perbedaan penetapan awal Ramadhan antara NU dan Muhammadiyah sudah diprediksi sejak delapan tahun lalu. 

Berikut beberapa penyebab perbedaan awal Ramadhan antara NU dengan Muhammadiyah: 

BACA JUGA: Tidur di Bulan Ramadhan Bernilai Ibadah: Meluruskan Keterangan Populer

Perbedaan Awal Ramadhan

Salah satu perbedaan utama antara NU dan Muhammadiyah terkait puasa Ramadhan adalah metode hisab (perhitungan) dan pengamatan hilal (rukyatul hilal).

NU menggunakan metode pengamatan hilal (rukyatul hilal) melalui kesepakatan MABIMS (Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).

Hal di atas didasarkan pada firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 185:

 فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ 

Artinya: “Maka barangsiapa di antara kalian menyaksikan bulan maka hendaklah ia berpuasa (pada) nya.” 

Ayat di atas diperkuat dengan hadits nabi berikut ini:


صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ 


Artinya: “Berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berbukalah kalian karena melihatnya. Jika kalian terhalang (dari melihatnya) maka sempurnakanlah bilangan Sya’ban menjadi tiga puluh hari,” (HR Bukhari).

Sementara itu, Muhammadiyah menggunakan metode hisab yaitu perhitungan matematis dan astronomi. Hal tersebut berdasarkan firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Yasin ayat 39-40:

وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ. لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ

Artinya: “Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.”

Hilal adalah bulan sabit yang terbit pada tanggal satu bulan KamariahBulan sabit itu dapat nampak setelah terjadinya konjungsi (ijtimak) pada arah dekat matahari terbenam.

Hilal juga merupakan acuan permulaan bulan baru dalam kalender islam. Penentuan hilal ini bisa dengan metode hisab dan rukyatul hilal.

Melansir halaman cnnindonesia.com, sesuai kriteria MABIMS, patokan utama masuk bulan baru hijriah menurut NU yaitu hilal punya ketinggian tiga derajat.

Elongasi atau jarak sudut bulan dan matahari enam koma empat derajat. Apabila ukuran hilal lebih kecil, belum termasuk memasuki bulan hijriah baru.

Muhammadiyah menetapkan awal Ramadhan apabila posisi bulan sudah berada di atas nol derajat dari matahari.

Berdasarkan hal di atas, perbedaan penetapan awal Ramadhan antara NU dan Muhammadiyah terjadi karena metode pendekatan atau cara melihat hilal yang berbeda.

NU menetapkan awal Ramadhan berdasarkan rukyatul hilal, sedangkan Muhammadiyah menetapkan awal Ramadhan berdasarkan perhitungan hisab.

Meskipun terdapat perbedaan dalam penentuan awal Ramadhan antara NU dan Muhammadiyah, penting bagi umat islam untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan umat. 

Wallohu A’lam
Oleh Wilda Febriani

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator