Perhatikan 5 Adab sebelum Menghafal Alqur’an, Ternyata Nomor 4 Sering Dilalaikan
TSIRWAH INDONESIA – Alqur’an ialah kitab suci yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Alqur’an diturunkan secara bertahap atau mutawatir selama 22 tahun, dua bulan dan 22 hari melalui perantara malaikat Jibril.
Tujuan diturunkannya Alqur’an ialah sebagai pedoman hidup atau petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, obat penyembuh, menjadi kabar gembira sekaligus sebagai pemberi peringatan.
Alqur’an sebagai kitab suci akan senantiasa dijaga keasliannya oleh Allah SWT hingga hari kiamat. Allah SWT berfirman dalam surah Al Hijr ayat 9:
اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ
Artinya: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Alqur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.”
Salah satu cara Allah SWT menjaga kitab suci Alqur’an ialah menunjuk hamba-Nya sebagai generasi penghafal Alqur’an.
BACA JUGA: Parenting Islami: 7 Langkah agar Anak Menjadi Penghafal Qur’an, Langkah Pertama Penting Banget Orang Tua Ketahui
Alqur’an Mudah untuk Dihafal
Allah SWT telah berjanji bahwa Alqur’an mudah untuk dihafalkan, sebagaimana dijelaskan dalam surah Al Qamar ayat 40:
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْاٰنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُّدَّكِر
Artinya: “Dan sungguh, telah Kami mudahkan Alqur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?”
Pada dasarnya semua orang mampu menghafal Alqur’an, namun tidak semua orang mau. Ini bukan soal mereka yang kelihatan sehat dan hebat, namun soal mereka yang diberi hidayah oleh Allah SWT untuk menjaga keaslian Alqur’an.
Adab Menghafal Alqur’an
Sebelum menghafal Alqur’an, terdapat adab yang harus diperhatikan, agar memudahkan kita dalam menghafal dan mendapat banyak keberkahan. Berikut adalah adab dalam menghafal Alqur’an:
1. Luruskan Niat
Setiap amal perbuatan itu tergantung niat. Niat merupakan aspek penting sebelum memulai sesuatu.
Sebelum menghafal Alqur’an, niat dengan ikhlas untuk mengharap ridho Allah SWT, bukan agar terpandang dan terhormat di mata manusia.
Dari Amirul Mukminin, ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata, aku mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda:
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
Artinya: “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju,” (HR Bukhari).
Jangan sekali-kali kita berniat menjadikan Alqur’an sebagai sumber penghasilan (perkara dunia), karena Alqur’an adalah kalam Allah SWT yang wajib dimuliakan.
Tidak sepatutnya orang yang menghafal dan mengamalkan Alqur’an berniat untuk mengharapkan hadiah, uang, atau gaji setelah menjadi guru tahfidz, mengikuti lomba MHQ, dan lainnya.
Karena sangat hina bagi mereka yang menghafal Alqur’an tetapi niatnya hanya ingin mendapatkan perkara dunia, padahal Allah sudah menyediakan imbalan surga buat mereka.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadits nabi berikut ini:
من تعلم القرآن فاسْتَظْهَرَهُ وَحَفِظَهُ أَدْخَلَهُ اللهُ الجَنَّةِ وَشَفَعَهُ فِي عَشَرَةٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ كَلَهُمْ قَدْ وَجَبَتْ لَهُمُ النَّارُ.
Artinya: “Barangsiapa yang belajar Alqur’an, lalu berusaha menghafalkannya dan dia bisa hafal, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga dan Allah akan menerima permohonan syafaat yang diajukannya kepada sepuluh orang keluarganya, yang semuanya telah diputuskan masuk ke dalam neraka,” (HR Tirmidzi).
Artinya fokus niat kita agar mendapatkan ridho Allah SWT, karena hadiah akhirat sudah pasti akan didapatkan begitupun perkara dunia akan mengikuti, demikian cara Allah memuliakan seorang penghafal Alqur’an.
2. Cermat dalam Memilih Guru
Memilih guru amatlah penting agar tidak terjerumus dalam pemahaman yang keliru. Terlebih Alqur’an itu pedoman hidup, jika pedoman hidup di dunia saja keliru, bagaimana akan sampai pada akhirat yang kekal.
Pilihlah guru yang sudah teruji dan jelas sanad keilmuannya. Guru bisa dibilang sebagai bantuan dari luar yang akan membantu dalam proses menghafal.
Guru akan selalu siap sedia untuk memotivasi ketika kita dalam keadaan malas. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW yang menjadi pembimbing bagi para sahabatnya dalam hal menghafal.
3. Mengatur Target Menghafal dan Murajaah
Dengan membuat target, proses menghafal akan lebih jelas dan terarah. Target disesuaikan dengan kemampuan setiap penghafal Alqur’an.
Bagaimana ia membagi waktu sebaik mungkin untuk memenuhi targetnya. Target tersebut diharapkan mempunyai jangka panjang, sebab kewajiban penghafal Alqur’an itu menjaga, bukan hanya menghafal saja.
Menjaga dengan murajaah Alqur’an sepanjang hidupnya, sebab apa yang sudah dihafal akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat.
4. Menahan Diri dari Maksiat dan Menjaga Aktivitas yang Baik
Maksiat adalah senjata terjitu untuk memudarkan hafalan. Jangan sampai pedoman hidup kita hilang karena kemaksiatan sesaat. Jauhi bibit kemaksiatan, karena jika sudah mendekat, akan sulit lepas dari kemaksiatan.
Jagalah kebiasaan baik penghafal Alqur’an, seperti melaksanakan tahajud di sepertiga malam, sedekah subuh, berdzikir, serta puasa sunnah. Tidak lupa meminta pertolongan kepada Allah SWT dalam setiap langkah.
Secerdas apapun otak manusia, tanpa pertolongan Allah SWT, ia tidak akan mampu menghafal Alqur’an yang isi dan uslubnya tidak bisa ditandingi oleh penyair manapun.
Berdoa agar senantiasa diberi kemudahan, kekuatan zahir dan batin dalam menghafal Alqur’an.
5. Berteman dengan Orang Sholeh
Lingkungan membawa dampak besar dalam proses menghafal Alqur’an. Ketika terbiasa bergaul dengan lingkungan yang tidak Islami, maka tidak heran jika sulit dalam menghafal Alqur’an.
Alqur’an itu suci, maka dari itu menghafalnya harus menghadirkan hati dan pikiran yang suci. Diharapkan bagi para penghafal Alqur’an untuk mencari pergaulan dengan orang-orang sholeh, sehingga mampu memotivasi dalam menambah dan menjaga hafalan Alqur’an.
Wallohu A’lam
Oleh Fatihah Nur Sa’adah