Sejarah Al-Qur’an Bagian I: Pengertian Pokok Terkait Al-Qur’an
TSIRWAH INDONESIA – Al-Qur’an merupakan kalam Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam, melalui perantara malaikat Jibril ‘Alaihis Salam.
Al-Qur’an secara khusus menjadi mukjizat yang akan bertahan hingga akhir zaman nanti.
Sebagai umat Islam, tentu kita perlu untuk mengetahui sejarah, pengertian. dan sifat-sifat Al-Qur’an. Namun, tulisan ini hanya akan berfokus membahas tentang pengertian dan sifat-sifat Al-Qur’an. Berikut penjelasannya:
Pengertian Al-Qur’an Menurut Bahasa dan Istilah
Menurut Shubhi Shalih dalam bukunya Mabahits fi ‘Ulum Al-Qur’an, terdapat beberapa pendapat mengenai pengertian Al-Qur’an secara bahasa, diantaranya:
Pertama, menurut Imam Syafi’i, kata Al-Qur’an merupakan isim jamid atau sebuah nama asli dan tidak memiliki kata dasar. Menurutnya, kata tersebut secara khusus dijadikan sebagai nama bagi kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Kedua, Al-Farra berpendapat bahwa kata Al-Qur’an berasal dari kata al-qara’in, jamak dari qarinah yang berarti kawan. Hal ini disebabkan ayat-ayat Al-Qur’an saling membenarkan satu dengan yang lainnya.
Ketiga, Al-Asy’ari menyebutkan bahwa kata Al-Qur’an berasal dari kata qarana yang berarti menggabungkan. Sebab, surat-surat dan ayat-ayat Al-Qur’an telah digabungkan menjadi satu.
Keempat, Al-Zajjaj juga mengemukakan pendapatnya, bahwa Al-Qur’an berasal dari kata al-qar’u yang berarti himpunan dan ternyata Al-Qur’an telah menghimpun penjelasan kitab-kitab terdahulu.
Kelima, Al-Lihyani berpendapat, bahwa Al-Qur’an berasal dari kata kerja qara’a yang berarti membaca dengan padanan kata fu’lan, namun dengan arti maqru yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti yang dibacaa atau bacaan.
Dari berbagai pendapat di atas, Shubhi Shalih menyimpulkan bahwa pendapat yang paling kuat adalah pendapat kelima yang dikemukakan oleh Al-Lihyani. Dan pandangan ini banyak disepakati oleh mayoritas ulama.
Hal ini juga dikuatkan oleh firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Waqi’ah ayat 77-78:
إِنَّهُۥ لَقُرۡءَانٞ كَرِيمٞ ٧٧ فِي كِتَٰبٖ مَّكۡنُونٖ ٧٨
Artinya:”Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia. Pada kitab yang terpelihara.”
Adapun secara istilah, juga terdapat berbagai pendapat para ulama terkait dengan definisi Al-Qur’an. Diantaranya:
Pertama, Syekh Mahmud Syaltut mendefinisikan Al-Qur’an sebagai sebuah lafal Arab, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan disampaikan kepada kita secara mutawatir.
Kedua, Dr. Muhammad Shubhi Shalih menjelaskan bahwa Al-Qur’an adalah kalam yang mu’jiz (dapat melemahkan orang yang menentangnya) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Lalu, tertulis dalam mushaf dan disampaikan (kepada kita) secara mutawatir, serta membacanya dianggap ibadah.
Ketiga, Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthi berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah lafal Arab yang mu’jiz (dapat melemahkan orang yang menentangnya) yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, yang membacanya dianggap ibadah, dan sampai kepada kita dengan cara mutawatir.
Berbagai pendapat di atas hanyalah beberapa pendapat dari banyaknya pendapat para ulama mengenai pengertian Al-Qur’an. Meskipun ada berbagai pendapat mengenai definisi Al-Qur’an, tentunya definisi-definisi itu dapat diterima.
Nama-Nama lain Al-Qur’an
Menurut Prof. Dr. H.A. Athaillah dalam bukunya Sejarah Al-Qur’an, Al-Qur’an dijadikan sebagai nama kitab suci adalah sebagai isyarat agar kitab suci ini menjadi sebuah bacaan oleh umat manusia terutama oleh umat Islam.
Selain itu, Al-Qur’an masih memiliki beberapa nama yang ternyata disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an itu sendiri, diantaranya:
Pertama, Al-Qur’an juga biasa disebut dengan Al-Kitab, hal ini ternyata di jumpai dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 2:
ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ ٢
Artinya:”Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.”
Penamaan Al-Qur’an dengan sebutan Al-Kitab adalah sebagai sebuah isyarat agar kitab suci ini dituliskan dikemudian hari, terutama oleh kaum Muslim sendiri.
Kedua, Al-Qur’an juga sering disebut sebagai Al-Zikr yang berarti peringatan. Nama ini terdapat dalam Al-Qur’an surah Al-Hijr ayat 9:
إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ ٩
Artinya: ”Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Zikr (Al-Qur’an) dan sesungguhnya Kami pula yang memeliharanya.”
Dinamainya Al-Qur’an dengan Al-Zikr, disebabkan karena kitab suci ini berisi peringatan kepada umat manusia.
Ketiga, Al-Qur’an juga kadang disebut Al-Furqan yang memiliki arti pemisah. Nama ini dijumpai pada Al-Qur’an surah Al-Furqan ayat 1:
تَبَارَكَ ٱلَّذِي نَزَّلَ ٱلۡفُرۡقَانَ عَلَىٰ عَبۡدِهِۦ لِيَكُونَ لِلۡعَٰلَمِينَ نَذِيرًا ١
Artinya: ”Maha Agung (Allah) yang telah menurunkan Al-Fur’qan kepada hamba-Nya, agar ia menjadi peringatan kepada seluruh alam semesta.”
Al-Qur’an disebut Al-Furqan karena kitab suci ini dapat memisahkan dan membedakan antara yang benar dan yang salah.
BACA JUGA : Peran Al-Quran dalam Mengatasi Gelombang Depresi Gen Z
Sifat-Sifat Al-Qur’an
Melihat dari berbagai definisi yang diutarakan oleh para ulama mengenai definisi Al-Qur’an. Maka, ditemukan bahwa Al-Qur’an memiliki beberapa sifat dan ciri khas yang membedakannya dengan kitab suci yang lainnya. Diantaranya:
Pertama, Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, kalam-kalam yang diturunkan selain kepada Nabi Muhammad SAW tidak termasuk Al-Qur’an
Kedua, Kalam ini turun melalui perantara dari malaikat Jibril AS. Sehingga, jika ada kalam Allah SWT yang turun tanpa melalui malaikat Jibril AS dan tidak turun untuk Nabi Muhammad SAW, Maka dapat dipastikan itu bukan Al-Qur’an.
Ketiga, Kalam Allah ini turun dalam bahasa Arab. Sehingga jauh berbeda dengan hadis qudsi, meskipun hadis qudsi berbahasa Arab. Namun, ia tidak melalui perantara malaikat Jibril AS.
Keempat, Kalam ini disampaikan secara mutawatir dan diturunkan di bumi secara berkesinambungan, tidak sekaligus seluruhnya turun ke bumi.
Kelima, Kalam Allah ini selain sebagai petunjuk bagi umat manusia, ia juga menjadi mukjizat bukti atas kerasulan Nabi Muhammad SAW, yang hingga saat ini masih utuh terjaga kemurniaannya.
Keenam, Kalam Allah ini juga memiliki sifat dan ciri khas yang khusus, yakni jika kita membaca ayat-ayat di dalam Al-Qur’an, maka akan bernilai ibadah bagi yang membacanya.
Kesimpulan
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara mutawatir melalui perantara malaikat Jibril AS, yang jika membacanya akan bernilai ibadah.
Al-Qur’an juga memiliki nama-nama lain, seperti Al-Kitab yang berarti sebuah tulisan atau sesuatu yang ditulis. Al-Zikr yang berarti peringatan dan sebutan Al-Furqan yang bermakna pemisah antara yang benar dan yang salah.
Selain itu, Al-Qur’an memiliki sifat dan ciri khas yang membedakannya dengan kitab-kitab yang lainnya.
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur melalui perantara malaikat Jibril AS, dalam bahasa Arab dan jika membacanya bernilai ibadah. Inilah yang membedakan Al-Qur’an dengan kitab suci yang lainnya.
Selain itu, Al-Qur’an juga merupakan mukjizat yang hingga hari ini kita rasakan dan terpelihara. Hal inilah yang paling terlihat perbedaaanya dengan kitab-kitab yang lainnya.
Wallahu A’lam
Oleh Zatar Aulia Yarji