Tafsir Surat Al-Falaq Per Kata: Begini Memahami Sihir dari Al-Falaq
TSIRWAH INDONESIA – Al-Falaq memiliki latarbelakang kisah turunnya saat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam terkena sihir dukun yahudi, Labid bin A’shom.
Singkat cerita, nabi berhasil melepaskan diri dari jeratan sihir, yang membuat beliau jatuh sakit berhari-hari, dengan membaca surat al-Falaq tersebut.
Cek kisah Nabi saat terkena sihir di sini.
Tentu hal ini menjadi daya tarik tersendiri untuk penulis, dengan mengulas bagaimana tafsir dari ayat-ayat surat yang digunakan beliau untuk menangkal sihir itu.
Berikut kita akan membahas dengan rujukan kitab tafsir Jalalain dan Showiy:
Ayat Pertama
Dalam ayat awal sangat jelas disebutkan dengan suatu sifat Allah subhanahu wa ta’ala berupa ‘Robbil Falaq’ (pemilik atau penguasa Falaq):
{ قُلۡ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلۡفَلَقِ }
Falaq dalam tafsir Jalalain, memiliki makna ‘subuh’. Faidah lainnya adalah bahwa subuh identik dengan kegelapan.
Di sini menunjukkan bahwa Allah adalah Dzat Penguasa Kegelapan. Hal-hal seperti sihir juga identik dengan sifat ‘kegelapan’.
Dalam artian, sebagai bentuk menyikapi sebuah sihir yang juga masih termasuk makhluk Allah, sifat ‘Rabbil Falaq’ (Penguasa Kegelapan) cukup akurat dengan salah satu tujuannya.
Da’i kondang Ustadz Adi Hidayat mengutip dan menjelaskan ayat lain seperti surat Al-Baqarah ayat 187 disebutkan:
وَكُلُوا۟ وَٱشۡرَبُوا۟ حَتَّىٰ یَتَبَیَّنَ لَكُمُ ٱلۡخَیۡطُ ٱلۡأَبۡیَضُ مِنَ ٱلۡخَیۡطِ ٱلۡأَسۡوَدِ مِنَ ٱلۡفَجۡرِۖ
Artinya: “Makan dan minumlah kalian hingga tampak bagi kalian benang putih dari benang hitam (perbedaan antara keduanya), yaitu fajar.“
Beliau menjelaskan bahwa Allah dalam menggambarkan waktu malam seperti subuh dengan kalimat ‘benang hitam’ yang kemudian dibelah oleh fajar yang disebut ‘benang putih’, menunjukkan bahwa kegelapan sihir, hanya dengan cahaya Allah SWT, akan segera sirna biidznillah.
Ayat Kedua
Ayat ini menjadi awal dari beberapa kriteria atau rupa sihir yang Allah ajarkan kepada kita umat manusia, untuk berlindung darinya.
Disebut dengan kalimat ‘dari keburukan atau seburuk-buruknya maa kholaqo, yakni ciptaan-Nya’. Bahasa yang bersifat umum, baik makhluk yang hidup maupun mati.
Begitu juga sihir, perangkatnya tidak hanya dari benda mati seperti buhul yang ada di kisah sihir dukun yahudi pada nabi, seperti artikel sebelumnya.
Perangkat sihir juga biasa menggunakan makhluk-makhluk yang hidup, misalnya seperti dengan bantuan jin, dengan menggunakan burung dan lain sebagainya.
Ayat Ketiga
Dalam tafsir Jalalain dan Showiy, kalimat ‘Ghoosiqin‘ dan ‘Waqob‘, ditafsiri dengan kalimat:
اي الليل إذا أظلم
Yang berarti ‘malam ketika semakin pekat’. Maknanya adalah, malam menjadi suatu waktu merebaknya tipu daya, rekayasa, musibah bahaya, maupun hal-hal mengganggu lainnya.
Banyak tindak kriminal yang terjadi di malam hari, begitu pula sihir yang juga biasa dilancarkan aksinya ketika malam. Maka kita berlindung pada Allah, agar dijaga dari keburukan yang akan menimpa saat malam.
Makanya, Nabi Muhammad SAW, setelah peristiwa sihir dukun yahudi, beliau kemudian istiqomah membaca surat al-Falaq sebelum tidur.
Ayat Keempat
Ayat ini merupakan ayat yang sangat dekat dengan pembahasan sihir, sebab terjemahannya kental dengan bahasa sihir.
Ada kalimat ‘naffatsaat‘ yang berarti ‘para wanita peniup’ dan kalimat ‘uqod‘ yang berarti buhul atau simpulan tali-tali.
Sebab pada kala itu, sihir seorang wanita sangat ampuh. Digambarkan bagaimana kronologi mereka dalam melakukan aksinya, dengan ‘meniup buhul’ yang sudah disiapkan.
Maka kita juga berlindung pada Allah, dari gangguan yang bersumber dari para dukun peniup buhul, mantra dan sejenisnya.
Ayat Kelima
Di ayat terakhir ini, kita juga diajarkan agar berlindung kepada Allah SWT, dari gangguan orang-orang yang hasud.
Lumrahnya, ketika orang hasud, maka dia memiliki rencana bagaimana untuk merealisasikan hasudnya. Salah satu yang biasa terjadi, adalah mendatangi dukun agar membantunya me-reka daya kita. Naudzubillah.
Wallohu A’lam
Oleh Ustadz Hafidz