Hikmah & Wawasan

The Power of Niat, Inilah Keutamaannya, Simak


TSIRWAH INDONESIA
 Amal perbuatan seseorang tidak akan bernilai apa-apa jika tanpa disertai dengan niat. Hakikatnya niat adalah berangkat dari hati.

Seseorang mustahil melakukan suatu pekerjaan tetapi hatinya lalai (tidak tergerak), kecuali seseorang itu melakukan aktivitas tersebut dengan terpaksa.

Niat adalah menyengaja sesuatu bersamaan dengan pekerjaannya. Hal ini sesuai dengan keterangan yang ada dalam kitab Fathul Qorib karangan Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Qasim Al Ghazi sebagai berikut:

النية: و حقيقتها شرعا قصد الشيئ مقترنا بفعله

Artinya: “Hakikat niat secara syara’ adalah menyengaja sesuatu besertaan dengan melakukannya.”

Niat merupakan perkara yang bisa membedakan kita dengan agama lain. Dengan niat pula perkara yang awalnya mubah bisa menjadi perkara sunnah.

Lora Muhammad Ismail Amin Kholil Pengasuh Pondok Pesantren Al Mujahirun Bangkalan Madura pernah menjelaskan bahwa, “Habib Umar pernah menjelaskan dalam biografi salah satu ulama, bahwa beliau tidak pernah melakukan perkara mubah, bagaimana bisa, bukankah beliau bukan malaikat, bukankah beliau juga makan, minum, dan juga tidur.

Kemudian beliau menjelaskan, “bahwa mubah adalah perkara yang apabila dikerjakan maka tidak diberikan pahala dan apabila ditinggalkan tidak mendapat dosa seperti makan, minum dan tidur, akan tetapi perkara tersebut bisa bernilai ibadah dan mendapat pahala jika disertai dengan niat yang baik dan tulus.”

Hal ini dijelaskan oleh Imam Ibnu Ruslan dalam kitab Zubad sebagai berikut:

لكن إذا نوى بأكله القوى #  لطاعة الله له ما قد نوى

Artinya: “Akan tetapi jika seseorang berniat ketika makan (begitu juga minum, tidur dan lain-lain) agar ia kuat untuk berbuat keta’atan, maka ia mendapat pahala sesuai niatnya.”

Sebagai contoh, minum teh pucuk dingin akan tidak bernilai apa-apa atau mubah jika tidak diniatkan apapun, bahkan tidak jarang kita lupa membaca basmalah dan lupa adab-adab minum ketika meminumnya.

Akan tetapi ketika orang alim yang meminumnya ia akan teringat suatu hadits Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم سُئِلَ: “أَيُّ الشَّرَابِ أَطْيَبُ؟” قَالَ: الحُلْوُ البَارِدُ رواه الترميذي

Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya ‘Minuman apa yang yang paling disukai’ maka beliau menjawab ‘Minuman manis yang dingin’,” (HR Tirmidzi).

Orang-orang alim ketika minum teh pucuk, akan niat meminum perkara yang disukai oleh  Rasulullah dan niat mengikuti Rasulullah.

Oleh karena itu, perkara mubah tersebut bisa menilai ibadah dan akan membuahkan pahala karena disertai niat baik dan tulus.

Dalam kitab An Niyyaat karangannya Imam Muhammad Bin Alawin Al Idrus dicontohkan niat dalam segala hal, seperti berikut ini:

نيات الأكل : ١.  التقوى على طاعة الله ٢.  الإمتثال لأمر الله ٣.  تذكر اكل اهل الجنة للتشمير في الطاعة ٤.  شكر الله عز و جل على تيسيره ٥.  العمل بآداب الأكل ٦.  إدخال السرور على الإخوان ٧.  حفظ صحة الإنسان

Artinya: “Niat makan: 1. agar kuat melakukan keta’atan 2. melaksanakan perintah Allah 3. membayangkan makanan penduduk syurga agar lebih bersemangat dalam beribadah 4. bersyukur kepada Allah atas nikmat-Nya 5. mengamalkan adab-adab makan 6. Memasukkan kebahagian pada saudara 7. menjaga nikmat kesehatan.”

Wallohu A’lam
Oleh Ning Nadiyatul Muqaddasah

Editor: Dewi Anggraeni, S.Hum

Aktivis dakwah, jurnalis, interpersonal skill, tim work, content creator, dan emotional management.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator