3 Kebiasaan Ini Dilarang oleh Rasulullah, Simak Selengkapnya
TSIRWAH INDONESIA – Tidak ada manusia yang di dalam dirinya terkumpul kesempurnaan, kecuali ada pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliaulah sebaik-baik contoh dan suri tauladan bagi seluruh manusia.
Rasulullah SAW banyak mengajarkan berbagai hal. Ada hal-hal yang dilarang oleh Rasulullah SAW karena memicu datangnya dosa dan murka dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Larangan dari Rasulullah SAW tersebut bertujuan untuk melindungi umat Islam sekaligus sebagai salah satu wujud cinta kepada umatnya. Jika ditelaah, semua yang dilarang Rasulullah SAW ini menuju kepada kebaikan.
Di antara kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari yang dilarang oleh Rasulullah yang harus dihindari adalah sebagai berikut:
1. Banyak Tertawa
Tertawa itu diperbolehkan. Namun, jika banyak tertawa dan berlebihan bisa membuat seseorang hilang wibawanya. Dalam kitab Faidhul Qodir Syarah Al-Jami’ Ash-Shoghir, Imam Al-Munawi mengatakan bahwa Sayyidina Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu berkata:
من كثر ضحكه قلت هيبته ومن كثر مزاحه استخف
Artinya: “Barangsiapa yang banyak tertawa, maka akan sedikit wibawanya. Barangsiapa yang banyak guraunya, maka dengannya dia akan rendah.”
Imam Al-Mawardi dalam kitab Adabud-Dunya wad-Din halaman 313 juga berkata:
وَأَمَّا الضَّحِكُ فَإِنَّ اعْتِيَادَهُ شَاغِلٌ عَنْ النَّظَرِ فِي الْأُمُورِ الْمُهِمَّةِ، مُذْهِلٌ عَنْ الْفِكْرِ فِي النَّوَائِبِ الْمُلِمَّةِ. وَلَيْسَ لِمَنْ أَكْثَرَ مِنْهُ هَيْبَةٌ وَلَا وَقَارٌ، وَلَا لِمَنْ وُصِمَ بِهِ خَطَرٌ وَلَا مِقْدَارٌ.
Artinya: “Adapun tertawa, apabila seseorang membiasakannya dan terlalu banyak tertawa, maka hal itu akan melalaikan dan melupakannya dari melihat hal-hal yang penting. Dan orang yang banyak melakukannya, tidak akan memiliki wibawa dan kehormatan. Dan orang yang terkenal dengan hal itu tidak akan memiliki kedudukan dan martabat.”
2. Banyak Bercanda
Bercanda dianggap baik dan sebagai media relaksasi dari ketegangan asalkan tidak sampai berlebihan. Terlalu banyak tertawa juga bisa menyebabkan hati keras.
Habib Abdullah bin Husain bin Thahir dalam kitab Sullamut Taufiq halaman 69, mengutip pernyataan dari Al-Hasan bahwa candaan yang tidak keterlaluan dan terus-menerus itu diperbolehkan sebagaimana berikut:
وقال الحسن أن من الخيانة أن تحدث بسر أخيك وكالمزاح إذا كان مفرطا ومداوما أما المداومة فلأنه اشتغال باللعب والهزل فيه وأما الافراط فيه فلأنه يورث كثرة الضحك وكثرة الضحك تميت القلب وتسقط المهابة وأما إذا كان المزاح مطايبة وفيه انبساط وطيب قلب فلم ينه عنه
Artinya: “Al-Hasan berkata, ‘sesungguhnya yang termasuk berkhianat adalah jika kamu menceritakan rahasia teman kamu. Juga seperti candaan yang keterlaluan dan terus-menerus. Candaan yang terus-menerus dapat menyibukkan seseorang pada permainan dan senda gurau. Candaan yang keterlaluan bisa menyebabkan banyak tertawa. Banyak tertawa bisa mematikan hati, menghilangkan kewibawaan. Jika candaan itu baik, ada unsur menggembirakan dan merelaksasi hati maka tidak dilarang’.”
Dalam kitab Al-Adzkar An-Nawawiyah halaman 326, Imam Nawawi juga mengatakan bahwa bercanda diperbolehkan selama tidak keterlaluan dan tidak terus-menerus sebagaimana berikut:
قال العلماء: المزاحُ المنهيُّ عنه، هو الذي فيه إفراط ويُداوم عليه، فإنه يُورث الضحك وقسوةَ القلب، ويُشغل عن ذكر الله تعالى والفكر في مهمات الدين، ويؤولُ في كثير من الأوقات إلى الإِيذاء، ويُورث الأحقاد، ويُسقطُ المهابةَ والوقارَ. هذه الأمور فهو المباحُ الذي كان رسولُ الله (صلى الله عليه وسلم) يفعله، فإنه (صلى الله عليه وسلم) إنما كان يفعله في نادر من الأحوال لمصلحة وتطييب نفس المخاطب ومؤانسته، وهذا لا منعَ قطعاً، بل هو سنّةٌ مستحبةٌ إذا كان بهذه الصفة.
Artinya: “Para ulama mengatakan, ‘bercanda yang dilarang adalah yang keterlaluan dan terus-menerus. Tertawa bisa mengakibatkan hati keras, menyibukkan hati sehingga lupa kepada Allah dan memikirkan urusan agama yang penting. Bercanda mempunyai potensi menyakiti orang lain dan menyebabkan kedengkian, menghilangkan kewibawaan. Candaan ini diperbolehkan sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan candaan jarang-jarang, yakni ketika berdampak maslahat dan membuat nyaman lawan bicara. Jika tujuannya seperti itu, bercanda tidak dilarang bahkan malah disunnahkan’.”
BACA JUGA: Bangga Dipuji, Hilangkan dengan 2 Cara Ini
3. Memuji secara Berlebihan
Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang pernah memuji dan dipuji. Tujuan memuji itu beraneka ragam yakni karena tulus memuji atau memang karena tujuan tertentu lainnya.
Dalam Islam, tidak selamanya memuji orang itu boleh. Dalam hadits, dijelaskan bahwa jika melihat orang yang suka memuji orang lain, hendaknya menumpahkan debu ke mukanya. Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا رَأَيْتُمْ المَدَّاحِيْنَ فَاحْثَوْا فِيْ وُجُوْهِهِمُ التُّرَابَ
Artinya: “Jika kalian melihat orang-orang yang suka memuji, maka tumpahkanlah debu ke mukanya,” (HR Muslim).
Mayoritas ulama sepakat bahwa boleh memuji orang lain jika orang yang dipuji tidak ada di depan mata. Namun jika orang tersebut ada di depan mata dan ingin memujinya, maka perlu diperhatikan beberapa saran dari Imam An-Nawawi.
Dalam kitab Al-Adzkar An-Nawawiyah, Imam An-Nawawi menjelaskan sebagaimana berikut:
وأما المدح في وجه الممدوح فقد جائت فيه أحاديث تقتضي إباحته أو استحبابه، وأحاديث تقتضي المنع منه. قال العلماء: وطريق الجمع بين الأحاديث أن يقال: إن كان الممدوح عنده كمال إيمان وحسن يقين ورياضة نفس ومعرفة تامة بحيث لايفتنن ولا يغتر بذلك ولا تلعب به نفسه فليس بحرام ولا مكروه، وإن خيف عليه شيء من هذه الأمور كره مدحه كراهة شديدة
Artinya: “Adapun memuji orang yang berada di hadapan kita, ada beberapa hadits yang membolehkan dan ada pula hadits yang melarang. Para ulama berkata, ‘cara mengakomodasi beberapa hadits tersebut dalam praktiknya adalah bila orang yang dipuji sempurna keimanannya, keyakinannya bagus, dan pengetahuannya sempurna, sekira-kira tidak ada fitnah dan lalai bila dipuji dan hatinya juga tidak goyah, maka memuji tidak haram dan tidak pula makruh. Kalau dikhawatirkan hal seperti itu akan terjadi, sangat dimakruhkan memujinya’.”
Semoga tiga kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari yang dilarang oleh Rasulullah SAW tersebut dapat dihindari dan kita dapat berhati-hati dalam bertindak serta berucap.
Wallohu A’lam
Oleh Aryan Andika