Trick Psikologi: Homesick Bukan Penghalang Santri Baru Mondok
TSIRWAH INDONESIA – Orang tua selalu menginginkan anaknya mendapatkan pendidikan agama yang baik. Di antara pilihan sekolah yang beraneka ragam, pondok pesantren menjadi opsi terbaik untuk belajar agama lebih dalam.
Bagi santri baru, meninggalkan rumah rasanya cukup berat. Belum lagi rutinitas baru yang harus mereka jalani, sehingga santri baru sering kali mengalami homesick.
Mengutip buku The Campus Journey oleh Rahmat Abdu, homesick adalah perasaan yang timbul karena kehilangan hal-hal familiar sehingga menyebabkan seseorang tidak nyaman di lingkungannya.
Cara Meminimalisir Homesick pada Santri Baru
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisir homesick pada santri baru, di antaranya:
1. Mengatasi Homesick dengan Berdzikir
Berdzikir menjadi proses relaksasi yang dapat seseorang rasakan, sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan dan memperkuat daya emosional. Kegiatan ini merupakan bentuk pendekatan diri kepada Allah subhanhu wa ta’ala.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sendiri sering mengajarkan bahwa kontrol emosional merupakan kunci utama sukses dalam kehidupan. Oleh karena itu, berikut bacaan dzikir berdasarkan hadis nabi berikut ini:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian.”
Selain itu, dapat membaca Al-Quran surah Al-Insyirah ayat 1 sebagai berikut::
اَلَمۡ نَشۡرَحۡ لَـكَ صَدۡرَكَۙ ١
Artinya: “Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?”
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-Kahfi Ayat 28:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدٰوةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهٗ وَلَا تَعْدُ عَيْنٰكَ عَنْهُمْۚ تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَلَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا قَلْبَهٗ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ وَكَانَ اَمْرُهٗ فُرُطًا
Artinya: “Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas.”
Berdasarkan ayat tersebut, sabar menghadapi segala godaan duniawi menjadi kunci utama apabila seseorang melaksanakan pendidikan di pondok pesantren yang jauh dari orang tua.
BACA JUGA: Qona’ah: Kunci Kepuasan Hati, Mengatasi Masalah Psikologis
2. Menjalin Pertemanan untuk Mendapatkan Keridhoan-Nya
Menjalin hubungan sosial merupakan cara yang cukup efektif menghindari rasa homesick. Teman akan memberikan rasa dorongan, semangat, dan saling memahami. Rasulullah SAW bersabda:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
Artinya: ““Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api (pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk,” (HR Bukhari dan Muslim).
Ketika memiliki teman-teman sholeh, maka akan timbul rasa ingin bersaing, sehingga akan meningkatkan keimanan, seperti semakin rajin menghafalkan Al-Quran atau menambah jumlah khataman Al-Quran. Terdapat dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda:
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Artinya: “Seseorang bisa dilihat dari perilaku beragama sahabatnya. Hendaklah kalian memperhatikan bagaimana sahabatmu dalam beragama,” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).
Kecemburuan yang diperbolehkan adalah kecemburuan terhadap amalan kebaikan. Sehingga, iri terhadap amalan baik yang dilakukan orang lain untuk meningkatkan keimanan diri adalah perbuatan yang sahih.
3. Membangun Rencana Rutinitas Ibadah dan Mendekatkan Diri kepada Allah
Rutinitas dapat menjadi penghalang rasa homesick timbul. Membuat jadwal rutinitas dapat mengontrol dan menstabilkan pemikiran seseorang. Secara psikologis, rutinitas yang terjadwal dapat mengurangi tingkat stres.
Melansir dari halodoc.com, fokus kepada tujuan mampu melepaskan emosi negatif atau sulit dari pengalaman masa lalu yang membebani. Hal ini akan membuat seseorang mengurangi tingkat stres rindu terhadap rumah.
Jadwal rutinitas dapat dimulai sejak dini hari, seperti jadwal sholat wajib dan sunnah, jadwal dzikir, murajaah Al-Quran, hingga jadwal belajar fikih, akidah, akhlak. Variasi jadwal dapat dilakukan setiap tiga bulan sekali agar tidak jenuh.
Kesimpulan
Homesick merupakan kondisi wajar yang dialami oleh santri baru. Ada banyak trick yang dapat dilakukan untuk meminimalisir rasa tersebut timbul. Namun, hal yang paling utama adalah berniat dan menyerahkan diri kepada Allah SWT.
Wallohu A’lam
Oleh Ivas Salsabilla