Tokoh & Sejarah

Usaid bin Hudhair: Kisah Hidup dan Wafatnya, Simak Penjelasannya

TSIRWAH INDONESIA – Usaid bin Hudair bin Abdul Asyhal al-Anshari radiyallahu ‘anhu adalah ksatria kabilah Aus dan pemuka mereka.

Ayah Usaid bin Hudair juga panglima perang kabilah besar itu dan salah seorang tokoh mulia dalam sejarah Arab masa jahiliyah. 

Sebagaimana kata pepatah, ‘Buah jatuh tak jauh dari pohonnya.’ Usaid bin Hudair juga seorang yang bacaan Al-Qur’an nya di dengar oleh malaikat. 

Simak penjelasan berikut untuk mengetahui kisah perjalanan hidup Usaid bin Hudair:

Baca Juga: Sahabat yang Lantunan Al-Qur’annya Didengar Malaikat, Simak

Usaid bin Hudair bukanlah Ahlul Badr. Beliau tidak ikut serta dalam perang pertama umat Islam dengan orang-orang musyrikin Mekah itu. 

Ia berkata, “Wahai Rasulullah, segala puji bagi Allah yang telah memberimu kemenangan dan membuatmu bahagia. Demi Allah wahai Rasulullah, aku tak turut serta di Badr karena aku tak menyangka Anda bertemu dengan musuh. Aku mengira Anda hanya mencegat kafilah Quraisy. Kalau aku tahu Anda akan berperang, pasti aku tak akan ketinggalan.” Rasulullah berkata, “Iya, engkau berkata jujur.”

Kita tahu, keberangkatan Rasulullah SAW ke Badr bukanlah untuk berperang, tapi mencegat kafilah dagang. 

Rasulullah SAW juga tak mewajibkan semua sahabat ikut serta. Bahkan beliau hanya mengajak mereka yang benar-benar sudah siap. Tak butuh lagi persiapan lama. 

Karena mencegat kafilah harus segera dilakukan, tak perlu banyak orang, dan tak perlu persiapan lengkap.

Usaid bin Hudair radiyallahu ‘anhu adalah salah seorang sahabat yang pernah mencandai Rasulullah SAW dengan menuntut qishash pada beliau. 

Usaid bin Hudair berkata, “Saat ia sedang bercanda dan membuat orang-orang tertawa, Rasulullah mencolok pinggangnya dengan kayu. Usaid berkata, ‘Aku meminta balas atas apa yang Anda lakukan’. Beliau berkata, ‘Balas lah’. Usaid berkata lagi, ‘Anda memakai baju, sedangkan aku tadi tidak’. Lalu Rasulullah melepas bajunya. Serta merta Usaid mendekap beliau dan menciumi tubuh beliau, antara pinggang dan rusuk. Yang kuinginkan itu hanya ini, wahai Rasulullah (bukan membalas).”

Dari Abdullah bin Hubairah, ia menceritakan bahwa Usaid bin Hudair adalah imam di perkampungan Bani Abdul Asyhali. Suatu hari ia mengalami sakit. 

Ketika baru sembuh dari sakitnya, ia berangkat ke masjid. Orang-orang berkata, “Majulah (menjadi imam).” Usaid mengatakan, “Tidak. Aku tidak mampu shalat (secara sempurna).”

Kaumnya kembali berkata, “Tidak ada yang akan menjadi imam selama engkau ada di tengah kami.” Usaid berkata, “Duduklah.” Mereka pun shalat sambil duduk.

Inilah kedudukan Usaid di tengah kaumnya, dan apabila imam duduk karena sakit, makmum pun duduk meskipun mereka mampu berdiri.

Setelah memeluk islam, Usaid berkata kepada Mus’ab, “Sesungguhnya di belakangku terdapat seseorang (yaitu Saad bin Muadz), kalau dia sampai mengikuti kalian berdua, pasti tak seorang pun dari kaumnya yang ketinggalan mengikutinya. Aku akan datangkan dia kepada kalian berdua sekarang.”

Lalu ia meminta Saad bin Muadz menemui Mus’ab. Saad bin Muadz pun memeluk islam. Kemudian diikuti oleh orang-orang Kabilah Aus lainnya.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah: 

نِعْمَ الرجلُ أبو بكرٍ نعْمَ الرجلُ عمرُ نِعْم الرجلُ أبو عبيدةَ بنَ الجرَّاحِ نِعْمَ الرجلُ أُسَيدُ بنُ حُضَيرٍ نِعْمَ الرجلُ ثابتُ بنُ قيسِ بنُ شمَّاسٍ نِعْمَ الرجلُ معاذُ بنُ جبلٍ نعْمَ الرجلُ معاذُ بنُ عمرو بنُ الجَموحِ

Artinya: “Sebaik-baik laki-laki adalah Abu Bakar. Sebaik-baik laki-laki adalah Umar. Sebaik-baik laki-laki adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Sebaik-baik laki-laki adalah Usaid bin Hudhair. Sebaik-baik laki-laki adalah Tsabit bin Qais bin Syammas. Sebaik-baik laki-laki adalah Muadz bin Jabal. Sebaik-baik laki-laki adalah Muadz bin Amr bin al-Jamuh.”

Beberapa sahabat yang meriwayatkan hadits Rasulullah SAW dari Usaid bin Hudair adalah Ummul Mukminin Aisyah, Anas bin Malik, Abdurrahman bin Abi Laila, Ikrimah bin Khalid bin al-Ash radiyallahu ‘anhujami’an.

Aisyah radiyallahu ‘anha berkata, “Ada tiga orang dari Anshar yang keutamaannya tidak tertandingi oleh orang-orang Anshar lainnya. Mereka semua dari Bani Abdul Asyhali: Saad bin Muadz, Usaid bin Hudair, Ibbad bin Bisyr.”

Usaid bin Hudair wafat pada tahun 20 Hijriyah. Beliau dimakamkan di Baqi’. Saat wafat, ia meninggalkan hutang sebanyak empat ribu dirham, lalu dijual lah tanahnya. 

Umar berkata, “Aku tak akan meninggalkan anak-anak saudaraku dalam keadaan miskin. Tanahnya dikembalikan dan dari investasi tanah tersebut dibayarkan utangnya tersebut. Setiap tahun dibayar 1000 Dirham.”

Demikian kisah hidup dan wafatnya Usaid bin Hudair, sahabat yang lantunan Al-Qur’annya didengar malaikat. 

Wallahu A’lam
Oleh Ibayyana Ika Prastya

Editor: Muhammad Agus

Alumni Ponpes As'adiyah, Saat ini menempuh strata 1 di STKQ Al-Hikam Depok

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator