Fiqih & Akidah

Ustadz Adi Hidayat: Lakukan 4 Hal Ini Agar Wudhu Sempurna

TSIRWAH INDONESIA – Wudhu merupakan kegiatan yang wajib muslim lakukan sebelum melaksanakan sholat. 

Bahkan dalam riwayat Tirmidzi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: 

سنن الترمذي ٤: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ زَنْجَوَيْهِ الْبَغْدَادِيُّ وَغَيْرُ وَاحِدٍ قَالَ حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ قَرْمٍ عَنْ أَبِي يَحْيَى الْقَتَّاتِ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِفْتَاحُ الْجَنَّةِ الصَّلَاةُ وَمِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الْوُضُوءُ

Artinya: “telah menceritakan kepada kami (Abu Bakr Muhammad bin Zanjawih Al Baghdadi) dan tidak hanya satu, ia berkata: telah menceritakan kepada kami (Husain bin Muhammad) berkata: telah menceritakan kepada kami (Sulaiman bin Qarn) dari (Abu Yahya Al Qattat) dari (Mujahid) dari (Jabir bin Abdullah) radliyallahu ‘anhuma, ia berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Kunci surga adalah shalat, sedang kunci shalat adalah wudhu’,” (HR Tirmidzi).

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan dalam ceramahnya, “kata Nabi kalau sholatnya ingin sempurna, dimulai dari wudhu.”

Beliau melanjutkan bahwa tata cara berwudhu dalam surat Al-Maidah ayat 6:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berdiri hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku serta usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki.”

Berikut empat hal yang Ustadz Adi Hidayat jelaskan untuk menyempurnakan wudhu menurut surat Al-Maidah ayat 6:

Dalam membasuh muka beliau menunjukkan caranya yaitu dengan jari telunjuk membersihkan di sela-sela mata dan ibu jari membersihkan belakang telinga. Beliau mengatakan:

“Ambil airnya (telapak tangan) kemudian saya tumpahkan di sini (wajah) yang telunjuk membersihkan di sini di sela-sela mata yang jempol kemudian membersihkan di sela-sela belakang telinga. kemudian diselai-selai (jenggot). Selesai.”

Dalam membahas bagian ini beliau mengatakan, “ini yang sering keliru, dan tangan sampai siku.”

Menurut Beliau masih banyak orang yang langsung membasuh tangannya dengan air dari keran. Padahal yang beliau maksud adalah dengan mengambil airnya lalu membasuh tangan seperti ini:

“Jadi saat kita menggambil air wudhu. Ambil airnya tumpahkan dari sini (ujung jari), Ilal-maroofiq sampai ke siku. Balikin lagi kedepan. Jadi bukan kerannya dibeginikan (tangan langsung terkena air dari keran) sikunya dibeginikan (dibawah keran) dan diusap-usap, Bukan. Jadi bukan siku diteruskan ke bawah. Yang tepat itu ambil airnya kemudian basuh dari sini (ujung jari) sampai dengan ke siku nya. Hati-hati ini ada maknanya,”

“Di hadits muslim jika orang wudhu-nya benar, seperti ini, maka bersamaan dengan jatuhnya air wudhu itu jatuh pula dosa-dosa dan kotoran yang melekat pada anggota tubuhnya,” lanjut Ustadz Adi Hidayat.

BACA JUGA : 6 Makruh Wudhu yang Wajib Diketahui, Simak Selengkapnya

Untuk membasuh kepala, Ustadz Adi Hidayat mengingatkan bahwa yang diusapkan adalah kepala, bukan rambut. Caranya dengan menumpahkan air dahulu (masaha) baru kemudian mengusap kepala:

“Bukan rambut tapi kepala. Jadi dalam wudhu yang diusap bukan rambutnya tapi kepalanya. Itulah keadilan Allah. Kalau yang diusap kepalanya, semua manusia yang hidup pasti punya kepala,” jelasnya.

Ustadz Adi Hidayat menambahkan, “ketika diminta mengusap kepala. Bahasanya masaha artinya ambil airnya tumpahkan (telapak tangan) baru kemudian diusap di kepalanya.”

Untuk membasuh kaki, Ustadz Adi Hidayat menyampaikan bahwa kaki dibasuh sampai dengan mata kaki:

“Kaki dibasuh sampai dengan bagian mata kakinya,” jelasnya.

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan jika empat hal di atas merupakan wajib dalam wudhu, sisanya sunnah, “tapi yang ingin dijelaskan satu ini saja. Perhatikan baik-baik yang empat ini wajib, tambahannya sunnah.”

Wallahu A’lam
Oleh Lokeswara Daegal

Editor: Divya Aulya

Penulis bau amis yang menulis sejumlah karya fiksi dan non-fiksi. Memiliki ketertarikan dalam dunia kebahasaan, memiliki visi dalam memajukan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator