Hikmah & Wawasan

Waspadalah Konspirasi Setan Melalui Makanan, Berikut Penjelasannya

TSIRWAH INDONESIA – Setan memahami seorang hamba yang beriman tidak akan memakan makanan yang diharamkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Namun setan akan membuat konspirasi untuk menjerumuskan orang-orang yang beriman ke dalam neraka, salah satunya konspirasi melalui makanan.   

Dahulu Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan Adam dan Hawa untuk tidak mendekati sebuah pohon, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam Qur’an surat Al-Baqarah ayat 35:

وَقلْنَا يٰاٰدَمُ اسْكُنْ اَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئتُمَاۖ وَلَا تقْرَبَا هٰذِهِ الشَّجَرَةَ تَكُوْنَا مِنَ الظّلمين

Artinya: “dan kami berfirman, ‘Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu.’ (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim.”

Akan tetapi, setan memperdayai Adam dan Hawa untuk mendekati pohon tersebut, bahkan memakan buahnya yang menyebabkan dikeluarkan dari surga. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam Qur’an surat Al-A’raf ayat 22:

فَدَلّٰىهُمَا بِغُرُوْرٍۚ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْءٰتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفٰنِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَّرَقِ الْجَنَّةِۗ وَنَادٰىهُمَا رَبُّهُمَا اَلَمْ اَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَاَقُلْ لَّكُمَا اِنَّ الشَّيْطٰنَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

Artinya: “dia (setan) membujuk mereka dengan tipu daya. Ketika mereka mencicipi (buah) pohon itu, tampaklah oleh mereka auratnya, maka mulailah mereka menutupinya dengan daun-daun surga. Tuhan menyeru mereka, ‘Bukankah Aku telah melarang kamu dari pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata’ bagi kamu berdua.”

Konspirasi setan terhadap seorang mukmin melalui makanan dengan cara menggelincirkan pendapatan rezekinya. Sehingga di saat seorang mukmin mendapatkan rezeki yang haram, maka ia akan memakan makanan haram juga.

Berikut di antara perbuatan yang menjadikan rezeki seseorang haram:

Melakukan riba adalah perkara yang diharamkan dalam agama Islam. Para pelaku riba akan mendapatkan hukuman berat, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam Qur’an surat Al-Baqarah ayat 275:

اَلَّذِينَ يَاكُلُونَ الرِّبٰوا لَا يَقُومُونَ اِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِى يَتَخَبَّطُهُ الشَّيطٰنُ مِنَ المَسِّ‌ؕ ذٰ لِكَ بِاَنَّهُم قَالُوۤا اِنَّمَا البَيعُ مِثلُ الرِّبٰوا‌ ‌ وَاَحَلَّ اللّٰهُ البَيعَ وَحَرَّمَ الرِّبٰوا‌ ؕ فَمَن جَاءَه مَوعِظَةٌ مِّن رَّبِّه فَانتَهٰى فَلَه مَا سَلَفَؕ وَاَمرُه اِلَى اللّٰهِ‌ؕ وَمَن عَادَ فَاُولٰئكَ اَصحٰبُ النَّارِ‌ۚ هُم فِيهَا خٰلِدُونَ

Artinya: “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”

Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam Qur’an surat Al-Baqarah ayat 188:

وَلَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوْا بِهَآ اِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوْا فَرِيقًا مِّنْ اَمْوَالِ النَّاسِ بِالْاِثْمِ وَاَنتُمْ تعْلَمُوْنَ ࣖ

Artinya: “Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.”

Subhat adalah suatu perkara atau masalah yang belum jelas hukum halal dan haramnya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam sebagai berikut:

إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبيْنهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتقَى الشُّبهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِى الشُّبهَاتِ وَقَعَ فِى الْحَرَامِ كَالرَّاعِى يرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يرْتَعَ فِيهِ أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللَّهِ مَحَارِمُهُ

Artinya: “Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di antara keduanya terdapat perkara subhat yang masih samar tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara subhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus dalam perkara subhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram. Sebagaimana ada pengembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir menjerumuskannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkan-Nya,” (HR. Bukhari no. 2051 dan Muslim no. 1599).

Wallohu A’lam
Oleh Ustadz Muhammad Safari

Editor: St. Chikmatul Haniah

Aktivis Dakwah, Penulis, Content creator, serta peniti karir akhirat dengan membangun rumah santri virtual melalui media sosial.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator